Oleh: Misnawati
~Serasa Hancur Dunia, Saat Dokter Vonis Saya Harus Minum Obat Seumur Hidup~
Assalamualaikum wr.wb.
Hai sahabat, Semoga semua dalam kondisi yang stabil dan buat sahabat yang sedang kurang fit, tetap semangat! Perkenalkan nama saya Misnawati, yang akrab dipanggil Misna. Saya adalah seorang guru di sebuah sekolah dasar negeri di Bukittinggi. Menjadi tenaga pendidik adalah impian terbesar yang saya impikan sejak kecil. Alhamdulliah saya juga adalah seorang ibu dari dua orang anak.
Anak yang senantiasa memberikan semangat dalam hidup saya. Kehidupan saya dari kecil hingga awal pernikahan semuanya baik-baik saja. Menjadi istri adalah moment berharga dalam hidup, hingga saya dinyatakan hamil anak pertama itu adalah hal yang paling membahagiakan, karena hampir setahun lebih penantian kami.
Tidak ada yang berubah dalam diri saya hingga akhirnya anak pertama saya berusia 18 bulan. Saya tiba-tiba merasakan sesak napas setiap kali beraktivitas, padahal aktifitas yang saya lakukan tidaklah berat.
Semakin hari gejala yang saya rasakan semakin memburuk. Setelah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter, akhirnya awal tahun 2022 saya dinyatakan ada kebocoran jantung dengan hipertensi paru yang mana penyakit tersebut belum ada obatnya.
Pada awal tahun 2021 saya dilarikan ke ICU karena kondisi semakin memburuk, itu dikarenakan kehamilan anak kedua yang tidak direncanakan. Dokter melarang saya untuk hamil selama dalam masa observasi sakit yang saya alami, tapi ternyata Allah punya rencana indah lain.
Tidak hanya itu, setelah divonis dokter yang mengharuskan saya bolak-balik kontrol ke dokter setiap bulan, instansi tempat saya awal bekerja memutuskan untuk memberhentikan saya, karena melihat kondisi saya sebagai pesakitan yang membuat mereka memandang kinerja saya buruk.
Setelah vonis dokter yang mengharuskan saya minum obat seumur hidup dan hilangnya pekerjaan membuat dunia saya runtuh seketika. Tapi hal yang saya syukuri adalah suami dan keluarga saya selalu memberikan dukungan yang tiada henti.
Hingga akhirnya saya diterima kembali lagi bekerja menjadi tenaga pendidik, dimana semua orang disana memberikan support dan semangat kepada saya tanpa memandang rendah saya seorang pesakitan.
Saya sangat dihargai dilingkungan tempat saya mengajar, walau saya menderita penyakit kronik PH primer.
Hari-hari yang saya lalui semakin baik, yang mana pengobatan serta dukungan lingkungan sekitar saya memberikan energi positif sehingga keadaan saya sekarang jauh semakin membaik dan cenderung terlihat seperti orang normal.
Sesak yang saya alamipun sudah jauh berkurang, sehingga saya dapat memaksimalkan diri dalam mengajar. Walaupun ada kegiatan-kegiatan ektrakurikuler yang tidak dapat saya ikuti.
Memang tidak mudah hidup dengan menyandang penyakit tersebut, tapi yakinlah bahwa Allah tidak pernah memberi cobaan jika hambanya tidak sanggup menerimanya. Yakinlah bahwa Allah memilih kita karena kita sanggup menjalaninya, jangan pernah menyerah. Kita tidak tahu rahasia Allah. Pasti ada hal-hal yang bisa kita syukuri dalam hidup ini. Indahnya pelangi setelah badai akan mengurai senyum dalam kebahagiaan hidup kita.