Oleh: Nunik
~ Sempat Mogok Kontrol, Kini Berakhir Indah ~
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Perkenalkan nama saya Nunik, usia 33 tahun asal dari Bandung. Singkat cerita di tahun 2019, dua bulan pasca melahirkan anak kedua, saya drop. Gejala yang saya rasakan sesak napas, edema dan mudah lelah. Saya memberanikan diri untuk periksa lagi ke RS setelah 3 tahun berhenti kontrol dan berhenti minum obat. Mungkin karena dokter lihat kondisi saya yang benar-benar drop, akhirnya disarankan untuk rawat inap.
Seminggu pasca rawat inap, dirujuk ke RS yang lebih lengkap yaitu ke Santosa Hospital, belum sempat ketemu dokter di sana, saya kembali drop dan akhirnya dilarikan ke IGD. Dan lagi-lagi saya harus dirawat inap. Selama dirawat, dilakukan tindakan echo dan dari hasil echo di ketahui bahwa ada kelainan jantung VSD dan hipertensi paru. Dokter pun menjelaskan apa itu hipertensi paru, karena baru pertama kali dengar hipertensi paru dan dokter berkata bahwa sudah tidak bisa dioperasi, harus minum obat seumur hidup.
Dan subhanallah saya di resepin viagra donk, yang harga pertablet nya 120 ribu. Saya malah tambah drop dan hampir masuk ICU. Waktu itu ditangani dr. Aninka, karena dokter yang dirujuk oleh dokter RSUD sedang tidak ada. Setelah beberapa hari dirawat, akhirnya dokter yang dituju dari awal visit ke ruangan. Dan beliau ingin saya di echo ulang langsung oleh beliau, dokter Charlotte. Masya Allah penjelasan dari beliau bikin hati saya sedikit tenang, karena beliau bilang belum bisa menyimpulkan sebelum ada tindakan kateterisasi.
Dan akhir nya setelah seminggu dirawat saya diijinkan pulang, di hari kontrol pasca rawat inap saya di jadwalkan untuk kateterisasi. Dari hasil kateterisasi dokter Charlotte menjelaskan bahwa PH nya tinggi (sekitar 98mmhg), beliau bilang masih bisa operasi tapi harus di RS Jakarta.
Bulan November 2019 saya berangkat ke Jakarta dan dirujuk ke dr. Yovie di poli pediatrik. Berhubung masih awam dan juga belum tahu jadwal dokter, saya dialihkan ke dr. Sisca Natali, karena dr. Yovie praktek hari Rabu, saya ke Harkit hari Senin. Saya pikir proses nya bakalan instan ya Eh, ternyata dilakukan lagi pemeriksaan dari awal selama hampir 3 tahun lamanya saya digantung olehnya.
Mei 2022, dr. Sisca menyampaikan bahwa saya masih belum bisa operasi karena PH masih tinggi. Sedih, kecewa, perasaan campur aduk, seakan dijatuhkan dari langit setelah dibawa terbang jauh. 2 bulan saya gak mau ke RS, karena masih ada rasa kecewa. Dan akhir nya di bulan Agustus kembali ke Harkit dengan support dari teman-teman Yhpi yang lain dan tentunya saya pindah dokter untuk cari second opinion.
Dan saya pindah ke dr. Rina Ariani di poli jantung umum, seperti biasa dilakukan pemeriksaan dari awal. Seminggu sekali saya ke harkit, pertama untuk ketemu dokter Rina di Minggu selanjutnya di jadwalkan echo, minggu selanjutnya ambil hasil sekalian konsul lagi, dan minggu selanjutnya dijadwalkan kateterisasi terakhir konsul lagi pasca kateterisasi.
Dan Masya Allah dokter Rina menyampaikan bahwa hasil kateterisasi nya bagus,dan sudah bisa operasi. Tinggal nunggu hasil konferensi bedah saja katanya, akhirnya setelah hampir 3 tahun lebih saya dapat surat cinta dari dokter Rina untuk ke poli bedah. Seneng dan bersyukur banget, buah dari kesabaran saya selama 3 tahun akhirnya terbayar.
Beberapa minggu kemudian saya ke poli bedah, untuk melengkapi persyaratan operasi. Seperti ke poli gigi, THT dan paru. Tapi di situ Allah uji lagi, dengan harus ada pembiayaan operasi sebesar 15 juta. Rasanya mulai hancur lagi, tetapi sembari cari solusi untuk biaya sambil dijalani pemeriksaan gigi, THT dan paru.
Sebulan kemudian di bulan Desember persyaratan operasi sudah lengkap dan dilakukanlah kesepakatan saya dengan bagian penjadwalan operasi untuk menyetujui biaya yang 15 juta. Di kasih lah jadwal operasi di akhir Januari 2023.
Mendekati jadwal operasi, saya sudah menghentikan aktivitas untuk menjaga kondisi agar tetap stabil. Pada 29 Januari 2023, saya melakukan cek lab dan PCR, sambil menunggu hasilnya, saya di telpon penjadwalan bahwa sore itu harus sudah masuk kamar ranap karena tindakan operasinya dimajukan sehari dari tanggal yang ditetapkan.
Deg-degan gak karuan sih, di kamar ranap gak boleh ditemenin pendamping. Dan Allah Maha Baik, setelah suami urus-urus masalah admin yang 15 juta. Akhirnya biaya tersebut masuk subsidi rumah sakit. Subuh nya tepat di tgl 30, sekitar jam 4 saya makan sahur karena harus mulai puasa. Kebetulan saya dapat jadwal kedua, semakin pagi makin siang makin berdebar. Tak hentinya kulihat jarum jam yang terus berputar dan melihat ke arah pintu menunggu panggilan.
Tepat pukul 13.30, saya dibawa ke ruang tindakan operasi dan menunggu di ruang transit bareng pasien yang lain. Giliran yang lain di bawa masuk ruang bedah, makin gak karuan rasanya. Tubuh semakin menggigil, dari 4 pasien, saya yang terakhir dibawa masuk ruang bedah.
Di ruang bedah, dokter mencairkan suasana dengan perkenalan dan setelah dokter anastesi memasangkan infus kedua di tangan kiri, seketika langsung tidak ingat apapun lagi, saya tertidur nyenyak sekali.
Saya bangun posisi sudah di ICU jam 11 malam. Pertama kali sadar, Masya Allah segala alat sudah terpasang di tubuh. Gak nyangka banget bakalan bisa buka mata lagi dan kalo ditanya rasa nya operasi gimana, subhanallah banget ya. Selama 2 Minggu pasca operasi kalo menjelang malam itu parno banget, tetapi bersyukur sudah bisa lewati masa-masa itu.
Buat kalian yang masih berjuang, jangan pernah menyerah tetap semangat. Dan apapun yang sudah ditakdirkan untuk kita, mungkin itulah yang terbaik untuk kita. Jangan berburuk sangka sama Allah, Allah tau apa yang terbaik buat kita. Yang masih bisa operasi ayo semangat juga ya, sekian cerita saya. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bersama kita kuat.