Mengelola Stress-KULWAP

///Mengelola Stress-KULWAP

Mengelola Stress-KULWAP

Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatsapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.

Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799

 PENGUMUMAN KULWAP YHPI

  • Waktu : Senin, 29 Januari 2024
  • Pukul : 19.00 – 20.30 WIB
  • Narasumber : Rt. Annissa Apsyari, M.Psi., Psikolog
  • Tema : Mengelola Stress
  • Moderator : Amida

Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI

 

Siapa sih di antara kita yang belum pernah mendengar atau mungkin merasakan stres? pasti kata ini cukup familiar ya diantara kita semua karena pada dasarnya stres ini adalah manusiawi, reaksi alamiah yang dihadapi oleh kita semua ketika kita menilai situasi / kejadian yang sedang dihadapi adalah sesuatu yang dirasa mengancam, stresfull, membuat kita merasa tidak nyaman.

Menurut Shelley, stres merupakan pengalaman emosional negatif yang disertai dengan perubahan biokimia, fisiologis, kognitif, dan perilaku yang dapat mengarah untuk mengubah situasi stresnya atau “mengakomodasi” efeknya.

Stres akan terjadi ketika kita telah melakukan penilaian mengenai peristiwa / situasi yang dialami (seperti: apakah berbahaya, mengancam, atau menantang?), memprediksi respons yang akan terjadi / dialami, dan merespons kejadian yang kita hadapi. Jadi pastinya semua makhluk hidup di dunia ini pernah mengalami stres, tidak hanya manusia loh, binatang pun bisa stres, bahkan tumbuhan juga loh.

Nah respons stres dalam setiap individu ini berbeda-beda, ada yang menghindar, ada yang berusaha untuk menghadapi, bahkan melawannya. Kedua respons ini tidak ada yang benar maupun salah kok, karena kedua respons ini sifatnya adaptif, sebagai upaya yang kita lakukan untuk merespons sesuatu yang dianggap kita mengancam

Namun, jika stres ini berkepanjangan, tak kunjung usai, tidak terkelola, bahkan sudah mempengaruhi beberapa atau hampir seluruh aspek kehidupan, wah ini nih yang harus diwaspadai ya, karena stres itu dapat mempengaruhi diri kita, baik secara fisik, maupun psikologis, gawatnya nih bisa menjadi dasar masalah kesehatan kalau stres ini tidak kita kelola dengan baik

Dalam menghadapi stres, ada yang namanya coping, coping ini adalah upaya kita untuk mengelola, baik tuntutan ekternal maupun internal, yang memunculkan stres. Coping stres pada dasarnya terbagi 2, ada emotional focused (segala upaya untuk meregulasi emosi yang dirasakan) dan problem focused (segala upaya untuk mencari solusi dan berfokus pada penyelesaian permasalahan)

misalkan nih, saya sedang merasa stres karena tugas banyak sekali yang harus dikerjakan sampai gak bisa bagi waktu. Saya akhirnya memilih sejenak menonton Netflix untuk meredakan suasana perasaan saya, nah di sini saya melakukan emotional focused sebagai upaya saya untuk meregulasi emosi saya sehingga yang tadinya kesal karena banyak tugas, saya refresh nih sama kegiatan menonton dan akhirnya recharged kembali.

mungkin ada juga ibu / bapak di sini yang kalau stres bawaannya makan mulu, atau malah jadinya seneng belanja mulu, atau malah menangis misalkan ya, nah ini pun upaya diri dalam meredakan stres yang termasuk emotional focused

Beda lagi misalkan dalam situasi yang sama (tugas banyak), saya malah mengidentifikasi permasalahan yang membuat saya stres dan mencoba menyusun rencana untuk mengatur waktu saya sehingga saya punya jadwal untuk menyelesaikan semuanya dengan baik. Nah di sini saya melakukan coping yang termasuk ke dalam problem focused di mana saya berusaha mencari solusi terhadap permasalahan yang saya hadapi.

Jadi kalau ditanya “mana dong coping yang tepat?”, jawabannya “semuanya tepat”. Karena strategi coping stres mana yang digunakan oleh individu bergantung juga kepada permasalahan / situasi dihadapinya, tetapi kedua hal ini ada baiknya perlu dilakukan ya.

 

1. Pertanyaan :

Nama :Vonny otoluwa, Usia : 27tahun, Domisili: Makassar. Pertanyaan :

1.panik itu katagori stres atau tidak ?.

2.Ketika menghadapi org yang sedang stres bgaimn cara menanggapinya ..

3.Bagaimana cara mengendalikan diri supaya tidak panik atau stres dalam menghadapi sebuah masalah.

4.apakah stres itu kategori gangguan kejiwaan dan bagaimana cara mengobatinya. Terima kasih.

Jawaban:

Hallo mba Vonny, terima kasih sudah bertanya. Pertanyaannya sangat menarik sekali, saya coba menjawab ya mba. Pertanyaan di poin pertama, panik merupakan rasa takut yang timbul secara tiba dan intens sehingga menyebabkan reaksi fisik tertentu, seperti jantung berdebar, nafas menjadi tidak teratur, gemetar, keringat dingin, kadang sakit kepala/pusing, dll. Biasanya panik terjadi karena seseorang menghadapi situasi/keadaan/pengalaman yang dirasa menakuntukan/meneror secara berlebihan.

Sedangkan stres merupakan reaksi yang manusiawi dan alamiah ketika kita memberikan penilaian kita terhadap peristiwa yang sedang kita alami, merespons tentang apa yang nantinya akan terjadi, dan merespons kejadian yang sedang kita hadapi. Jadi dari kedua hal ini, stres dan panik adalah sesuatu yang berbeda.

Lalu, pertanyaan yang kedua, bagaimana kita menanggapi orang yang sedang stres? yang dapat kita lakukan dalam menanggapi seseorang yang sedang stres adalah dengan mencoba untuk menerima ia apa adanya, kita juga bisa menjadi teman untuk menemaninya dalam menghadapi situasi yang dirasanya menekan/membuatnya stres tersebut. Stres dapat terjadi ketika seseorang menghadapi suatu persoalan dan dirasa tidak dapat/tidak mampu dalam menyelesaikannya, bisa juga karena kejadian/persoalan yang dihadapinya ambigu, overload, negatif, atau tidak dapat dikontrol olehnya.

Kita dapat membantunya dengan cara memahaminya dengan benar apa yang melatarbelakangi stres tersebut muncul, kita juga bisa membantunya dalam memberikan support & penguatan, misalkan dapat memberikan bantuan terhadap apa yang orang tersebut butuhkan dan membantu meringankan persoalan yang dihadapi (yang sebisa mungkin dalam kapasitas kita), jika sudah di luar kapasitas pun sebenarnya bisa kita bantu dengan misalkan memberikan support secara emosional, membantu mencarikan solusi, dll sesuai dengan kebutuhannya.

Wah pertanyaan yang ketiga menarik sekali mba. Kita dapat mengendalikan diri dengan cara mengidentifikasi terlebih dahulu apa yang dirasakan oleh kita dan apa penyebab/latar belakangnya. Memang hal ini tidak mudah dan perlu dilatih.

Setelah kita dapat mengidentifikasi, kita bisa merefleksikan diri apa yang kita miliki (kekuatan kita) untuk dapat mengatasi hal tersebut.

Untuk menghindari panik yang dirasa, selain mengidentifikasi perasaan/emosi, kita dapat mengolah/mengatur nafas, hal ini cukup membantu kita untuk menenangkan diri sejenak. Kita bisa juga melalui relaksasi ya di sini.

Yang termudah adalah relaksasi respiratori (pernapasan), kita dapat bernapas santai atau mendalam: di sini akan melibatkan napas yang pelan dan mendalam sembari paru-paru terisi dan membuat otot menjadi lebih relax. Mba Vonny dapat search di google/youtube untuk contoh videonya ya.

Untuk pertanyaan keempat, stres adalah reaksi alami dari diri kita dan ini adalah bagian dari kehidupan. Pastinya stres dialami oleh setiap individu. Jadi hal ini adalah wajar serta sangat manusiawi sekali dan setiap manusia memiliki caranya masing-masing ketika dihadapkan pada situasi yang potensial memunculkan stres. Dalam konteks normal atau tidak, jika stres yang dirasakan sudah mengganggu beberapa aspek kehidupan atau mengganggu keseharian kita, maka hal tersebut yang harus diwaspadai dan dapat dikonsultasikan dengan professional ahli untuk mengidentifikasi dan dibantu dalam mencari solusinya. mungkin sekian yang bisa saya sampaikan, mba Vonny.

2. Pertanyaan :

Nama: Isla, Usia: 37thn, Domisili: Sidoarjo, Pertanyaan:

  1. Bagaimana cara menghadapi rasa takut berlebihan yang tak terkendali saat memikirkan akan menjalani tindakan operasi?
  2. Apakah stres sebelum tindakan yang membutuhkan bius total, memiliki dampak pada pasien saat sadar (bangun stelah tindakan selesai)?

Jawaban:

saya coba jawab pertanyaan selanjutnya. Selamat malam mba Isla, saya coba menjawab pertanyaannya ya mba. Saya paham sekali mba dengan kecemasan dan ketakutan mba Isla dalam menghadapi situasi tindakan operasi. Tampaknya sebagian besar orang akan merasakan kecemasan ataupun ketakutan dalam menghadapi tindakan operasi.

Namun sekiranya kita perlu mengelola perasaan tersebut, untuk meredakan perasaan ini, mba Isla dapat menuliskan list kekhawatiran apa saja yang dimiliki oleh mba Isla terkait dengan tindakan operasi ini.

Mba Isla dapat berkonsultasi kepada dokter yang menangani mba Isla, dengan berdiskusi dan mengutarakan kekhawatiran (yang sudah dibuat list-nya) kepada dokter yang menangani, saya rasa dapat membantu mba Isla untuk meredakan kecemasan yang dirasa. Dengan melakukan hal tersebut, secara langsung mba Isla akan mendapatkan jawaban secara objektif dan professional dari dokter yang menangani terkait dengan kekhawatiran/ketakutan mba Isla.

Pastinya saya yakin dokter-dokter yang membantu dalam pengobatan mba Isla merupakan para dokter yang memiliki pengalaman yang cukup banyak dan baik di bidang praktisinya sehingga dapat melakukan tindakan operasi sesuai dengan keilmuan yang dimilikinya, jadi untuk profesionalisme, mba Isla dapat mempercayakan kepada dokter yang menangani

Untuk pertanyaan kedua dari mba Isla, mohon maaf sebelumnya terkait dengan pertanyaan ini saya blm menamukan maupun membaca jurnal/artikel terkait. Namun yang dapat dilakukan adalah bagaimana kita mempersiapkan secara fisik dan mental, terutama dalam mengelola perasaan seperti kecemasan/ketakutan yang dihadapi sehingga kita bisa lebih tenang dan siap dalam menghadapi tindakan operasi.

Misalkan seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, mengonsultasikan kekawatiran mba Isla dan mengomunikasikan harapan mba Isla kepada dokter yang menangani cukup dapat membantu untuk mengelola persiapan sebelum tindakan operasi dilakukan. Mungkin itu yang dapat saya sampaikan mba, semoga cukup jelas dan dapat menjawab pertanyaan dari mba Isla. Semoga juga pengobatan yang dilakukan maupun tindakan operasi serta pemulihan pasca operasinya berjalan dengan lancar… Aamiin

3. Pertanyaan :

Nama: Nana, Usia:  31, Domisili: Bandung. Pertanyaan:

  1. Bagaimana cara mengendalikan perasaan kita yang sensitive ketika orang lain ngjudge kita ke arah yang negative padahal yang kita harapkan adalah support dari orang -orang terdekat . Contoh : seperti bahasa yang mengampangkan keadaan kita ,atau bahasa yang tak pantas di dengar kek , kamu mau ngikutin perintah saya ga untuk sehat kalau kamu ga  mau ngikutin saran orang-orang terdekatmu  berati kamu sudah siap mati saya kirim ambulan sekarang berati kamu sudah siap dikubur ( padahal kegiatan itu sudah  dilakukan setiap hari dengan batas maksimal kemampuan sebagai PHers ), Sedangkan kita kan kalo sedang sakit butuh support yang membangun. Karena setiap perkataan negative takutnya menjadi doa.
  2. Bagaimana cara membersihkan perkataan negative orang2 yang ke kita ,dari diri kita supaya tidak terngiang2 atau kepikiran  terus -menerus ? Terimakasih

Jawaban:

Baik, saya izin menjawab pertanyaannya. Rasanya sedih sekali ya mba seperti tidak dipahami dan tidak dimengerti oleh orang-orang yang seperti ini. Dan mungkin saja orang2 yang berbicara seperti ini bukan orang2 yang benar2 paham dengan kondisi kita atau sedang berada dalam posisi kita. Untuk menyikapi hal ini, kita boleh kok membuat batasan, membatasi diri dan menentukan kepada siapa serta bersama siapa kita akan menjalin relasi yang saling support dan saling menguatkan.

Tetapi tak jarang memang orang2 seperti ini selalu bisa kita hindari. Yang pasti dan dapat kita lakukan adalah bagaimana kita mengontrol diri kita, misalkan tidak membuat ekspektasi yang lebih dari orang-orang tersebut dan mengetahui kepada siapa kita bisa mendapatkan support.

Dan sedih memang rasanya ya mba ketika kita mendapatkan penilaian/perkataan negatif dari orang-orang dan memang secara riset bahwa perkataan/sesuatu yang negatif memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan hal-hal yang positif. Yang dapat kita lakukan adalah bagaimana kita bisa memprosesnya sehingga kita bisa secara perlahan dapat menerima situasi dan perasaan yang kita alami tersebut serta mendapatkan sudut pandang lain dari hal/perkataan negatif tersebut.

Seperti halnya Sejarah, kita tidak bisa melupakan Sejarah, tetapi yang bisa kita lakukan adalah mempelajari Sejarah agar dapat mengembangkan diri kita lebih baik. Jika mempelajari Sejarah, kita bisa melihat dan mendapatkan sudut pandang seperti apa yang dapat kita pelajari dari kejadian tersebut, sehingga kita  tidak akan berada pada posisi itu lagi. Memang hal ini tidak mudah dan instan, tetapi ada baiknya untuk mulai dipraktikkan.

4. Pertanyaan :

Nama: cumey, Usia: 38, Domisili: Sukabumi. Saya kalo setres banyak fikiran suka pusing keleyengan, pandangan muter kayak naik korsel  kadang kalo di paksain buka mata jalan keringetan deras dan muntah. saya harus bagaimana kalo tiba-tiba pusing seperti itu lagi.

Jawaban:

saya coba menjawab pertanyaannya ya mba Cumey. Setiap orang memiliki reaksinya tersendiri terhadap stres, ada yang muncul di fisik, ada yang muncul di pikiran (jadi sulit berpikir, atau jadi acak2an), ada yang di emosi (bawaannya pengen marah2, atau sedih berkepanjangan), ada juga yang di perilaku (jadi males ngapa-ngapain misalnya). Perlu juga kita kenali, jika kita stres, reaksinya apa? sehingga kita bisa mengenali antisipasinya saat kita mengalami stres.

Yang dialami oleh mba Cumey ini berarti reaksi fisik ya, muncul di pusing gitu ya mba, akhirnya malah keringetan dan muntah, yang perlu diperhatikan pertama  adalah apakah reaksi tersebut terjadi semata-mata karena sedang merasa stres? ataukah ada situasi/kondisi fisik yang menyertainya (misalkan, maaf, ada penyakit tertentu yang membuat kondisi fisik tersebut muncul).

Jika reaksi tersebut merupakan penyerta dari riwayat kesehatan yang dialami, maka ada baiknya dikonsultasikan ke dokter. Namun jika hal ini terjadi bukan karena kondisi/riwayat kesehatan tertentu dan lebih mengarah kepada kondisi psikologis yang menyebabkan reaksi fisik, maka hal yang perlu diperhatikan adalah dengan mengenali apa yang melatarbelakanginya, sekiranya peristiwa apa yang sebelumnya terjadi sehingga menyebabkan kondisi ini muncul.

Jika pusing/sakit kepala dirasakan karena stres, atau malah karena terlalu banyak hal yang dipikirkan, ada baiknya untuk menenangkan diri sejenak, mengatur napas, mencoba teknik relaksasi pernapasan, hal ini dilakukan untuk membuat tubuh dan otot-otot kita lebih relax dan tenang. Berhenti sejenak dan menenangkan diri merupakan hal yang dapat kita lakukan (emotional focused), lalu setelah tenang, kita dapat lanjut kepada penyelesaian persoalan yang kita hadapi. sekian mungkin jawaban dari saya, semoga cukup jelas dan dapat membantu ya mba Cumey.

5. Pertanyaan :

Nama : Sunarti, Usia : 56, Domisili : Tanah Tinggi  Jkt Pusat.  Saya kalau setress, pelariannya ke makan, makan kesukaan atau ngemil snack, bawaannya laper, kadang tengah malam ngemil biscuit dan merenung. Kadang nyesel sehabis ngemil, kan imbas nya ke Berat Badan jadi naik, padahal dokter jantung bilang nya secara halus apa bisa di turunkan BB, saya cuma jawab semoga ya dok. Nah bagaimana agar stress itu, pelariannya tidak ke makanan walau sesudah itu ada rasa penyesalan. Terima kasih.

Jawaban:

Selamat malam ibu Sunarti, saya coba jawab pertanyaannya ya bu. Seperti yang sudah saya paparkan sebelumnya, tentu saja reaksi stres dapat memengaruhi kita, baik secara fisik, pikiran, emosi, maupun perilaku. Cara menanggapi stres pada setiap orang pun ada yang berbeda-beda, ada yang belanja, bertemu dengan teman, menceritakan keluhan kesahnya, nonton, bernyanyi, bahkan makan. Kegiatan tersebut dilakukan oleh individu untuk menurunkan stres dan membuat perasaan kita menjadi kembali dalam kondisi yang dirasa seimbang (meredakan ketidaknyamanan), dengan kata lain kita sedang melakukan coping emotional-focused.

Namun benar ada beberapa cara/coping stres yang pada akhirnya menjadi tidak produktif atau malah destruktif, hal ini yang perlu menjadi perhatian. Kita dapat mengeksplorasi cara baru untuk menghadapi stres, misalkan dengan melakukan problem-focused, mengidentifikasi persoalan yang dihadapi dan merefleksikan apa yang kita miliki untuk menghadapi situasi tersebut sehingga kita cukup bisa menghadapinya.

Biasanya kegiatan olahraga cukup efektif dalam pengelolaan perasaan/emosi yang biasanya terkait dengan stres, atau kita bisa melakukan kegiatan lain seperti melakukan hobi kita, atau sekedar membagi cerita/sharing tentang apa yang kita rasakan, hal tersebut sekiranya dapat membantu bu dalam meredakan stres yang dialami.

Saya pun sering bu ketika stres malah jadinya makan atau nonton netflix, dengan kadar yang masih dalam cakupan normal, hal tersebut tidak apa-apa kok. Namun sekitaranya jika sudah mengganggu dan malah memunculkan masalah yang lain, ada baiknya kita mencari cara yang lebih produktif dalam mengelolanya

6. Pertanyaan :

Nama: Siti Fatimah, Usia: 24thn, Doili: Lamongan. Saya mempunyai pengalaman trauma operasi sesar (bius total). Bagaimana caranya menghadapi rasa trauma yang selalu muncul difikiran yang membuat pikiran selalu negatif thinking sehingga membuat perasaan takut yang berkepanjangan dan apakah itu termasuk stres?

Jawaban:

Saya coba menjawab pertanyaannya ya mba Siti. Pengalaman operasi bagi sebagian orang pastinya membekas dan beberapa akan merasa hal tersebut menjadi sesuatu yang traumatis. Pastinya orang yang pernah mengalami tindakan operasi memiliki pengalaman tersendiri yang perlu dikelola terkait dengan hal tersebut, begitu juga dengan mba Siti.

wajar jika pengalaman ini membuat mba Siti takut, cemas, khawatir sehingga akhirnya memunculkan pemikiran2 negatif yang malah membuat takut berkepanjangan

Dalam menghadapi situasi dan kondisi yang tidak nyaman, hal ini dapat dikatakan stres, namun ketika ini menjadi hal yang berkepanjangan, ini bukan lagi hanya sekedar stres, terlebih ketika sudah mulai mengganggu.

Untuk mengatasi hal tersebut, mba Siti dapat mengidentifikasi apa perasaan yang diraskan dan membuat trauma ini muncul, seperti misalkan ketakutan kah? atau kekhawatiran? Dengan mengetahui perasaan/emosi yang muncul, akan membantu mba Siti dalam memproses hal tersebut.

Dari perasaan tersebut, kita bergerak untuk mencari penyebab/situasi yang melatarbelakanginya, hal ini perlu dilakukan. Memberikan sudut pandang lain, misalkan terkait dengan hal/Pelajaran yang kita dapatkan dari kejadian tersebut sehingga kita dapat mengevaluasinya agar menjadi lebih baik ke depan akan cukup membantu. Afirmasi atau self talk positif dapat kita lakukan kepada diri kita sebagai penguatan bagi diri kita. Namun sekiranya jika perasaan cemas/takut ini berkepanjangan dan sudah mulai menganggu aspek kehidupan, ada baiknya untuk dikonsultasikan dengan professional ahli. Sekiranya itu yang bisa saya sampaikan mba Siti, semoga bisa membantu.

7. Pertanyaan :

Nama: Novaadhita, Usia: 24 tahun, Domisili: Surabaya. Bagaimana ya caranya biar saya bisa sedikit mengekspresikan perasaan saya? Soalnya saya kalo stres, diem. Kalo sedih, gak bisa nangis. Pengin gitu sedih ya nangis. Bahagia ya ketawa kayak orang pada umumnya. Tapi kadang malah gak bisa begituu kenapa ya. Terima kasih.

Jawaban:

Terima kasih mba Nova, saya izin coba jawab ya mba. Dalam mengekspresikan emosi, memang ada beberapa orang yang rasanya mudah sekali dalam mengekspresikannya, ada juga beberapa orang yang tidak terbiasa, atau mungkin ada beberapa orang yang memilih untuk tidak terbuka dalam mengekspresikan emosinya, bahkan cenderung memendamnya, sehingga pada akhirnya kurang dapat mengekspresikannya.

Untuk dapat mengekspresikan emosi dengan tepat, kita dapat melakukannya dengan mengenali emosi, menghayati, dan mengetahui reaksi yang dirasakan dari emosi yang muncul akan membantu diri kita dalam mengekspresikan emosi.

Pada dasarnya, ada beberapa orang yang tidak dibiasakan / terbiasa untuk mengekspresikan perasaan/emosinya sehingga terkadang membuat kita menjadi enggan untuk mengekspresikannya atau mengekspresikannya tetapi menjadi tidak tepat. Saran saya, belajarlah untuk meregulasi emosi, dimulai dengan belajar mengenali emosi, mengetahui reaksinya, dan mengekspresikannya kepada orang yang kita percaya, perlahan-lahan akan membuat kita terbiasa untuk mengekspresikannya secara tepat.

Dan yang penting adalah bagaimana kita bisa menerima seluruh emosi  yang hadir maupun kejadian yang kita rasakan/alami, hal ini pun menjadi sesuatu yang penting dalam mengekspresikan emosi kita secara tepat. Mungkin itu yang dapat saya sampaikan mba Nova, semoga cukup menjawab dan dapat membantu.

8. Pertanyaan :

Nama : Herlina, Usia : 62 thn, Domisili : Medan. Saya suka sedih karena tidak bsa beraktifitas seperti biasanya, dan rasa minder saya yang menjadi-jadi ketika bertemu orang, menjadikan saya seperti anti-sosial akhir-akhir ini, oleh karena itu saya merasa kesepian dan suka melamun, bagaimana cara memperkecil perasaan tersebut?

Jawaban:

Selamat malam bu Herlina, saya izin menjawab ya bu pertanyaan ibu. Sedih sekali ya bu ketika ada keinginan dan menjadi sulit untuk dilakukan. Apalagi kegiatan tersebut merupakan aktivitas biasa, namun dalam kondisi saat ini ada hal-hal yang perlu disesuaikan. Penyesuaian terhadap situasi dan kondisi penyakit kronis memang seperti roller coaster ya bu, terkadang kita ada di atas, kadang di bawah, kadang juga perubahan-perubahan ini bisa cepat terjadi dan harus kita hadapi.

Saya rasa yang dapat dilakukan oleh bu Herlina adalah menyusun aktivitas baru, aktivitas seperti kegiatan baru yang bisa menjadi pengganti rutinitas ibu sehari-hari. Pasti akan ada penyesuaian, baik dari kegiatan maupun pengelolaan perasaan  yang akan dihadapi dalam menghadapi situasi yang baru.

Dalam situasi yang dialami ibu Herlina saat ini, dapat juga mengidentifikasi seperti identifikasi apa  yang membuat rasa minder ini muncul? Apakah orang-orangnya? Apakah reaksi orangnya? Atau apakah karena penilaian orang? Atau mungkin ada hal lainnya yang ibu khawatirkan? Dengan memahaminya, kita dapat menemukan solusi yang tepat yang dapat dilakukan. Membicarakan hal ini kepada orang yang ibu rasa dapat dipercaya dan membuat rasa nyaman pun akan membantu ibu Herlina untuk mengelola perasaan ini.

Terkait dengan rasa kesepian yang dirasakan, dapat ibu coba atasi dengan mencari dan mengikuti kegiatan di komunitas yang memiliki anggota yang kondisinya hampir serupa akan membantu ibu dalam mendapatkan support secara emosional. Tetap terbuka terhadap orang lain dan mencari orang yang tepat untuk berbagi akan cukup membantu ibu dalam mengatasi rasa kesepian ini. Mungkin ini yang dapat saya sampaikan untuk bu Herlina, semoga dapat membantu ya bu.

9. Pertanyaan :

Nama : Tria Utari, Usia : 27 thn, Domisili : Jakarta Utara. Selamat siang, saya izin bertanya dok. Saya mudah emosi jika ada kerabat atau teman saya yang membicarakan penyakit saya dengan cara yang negatif di depan umum. Misal: penyakit saya membuat beban bagi lingkungan saya atau sial bagi lingkungan terdekat saya. Dan saya berusaha buat menjelaskan kepada mereka dengan baik, tetapi mereka tidak terima dan membuat saya emosi.

Pertanyaan saya, Apakah itu hal yang wajar bila saya emosi kepada pendapat mereka dan sekarang saya mulai menjauhi lingkungan saya yang menyakitkan untuk saya ? Mohon informasinya.

Jawaban:

Selamat malam mba Tria, saya izin menjawab ya mba. Sedih sekali ya mba rasanya jika dalam kondisi ini. Saya rasa jika berada pada posisi mba saat ini, saya pun akan mersakan kesal, marah, sekaligus sedih karena merasa tidak dipahami oleh lingkungan, apalagi jjika lingkungan tersebut adalah lingkungan terdekat. Terlebih jika kita sudah berusaha untuk menjelaskan agar dipahami oleh mereka, tetapi tetap mendapatkan perlakuan demikian.

Mengontrol diri kita akan lebih mudah dibandingkan kita mengontrol orang lain. Oleh karena itu, dalam menghadapi hal ini, ada baiknya untuk membuat batasan yang tepat. Dengan memilih lingkungan yang dirasa tepat dan dapat membuat diri kita lebih berkembang, tentunya merupakan pilihan yang baik dalam mengelola hal ini. Mencari orang yang dapat sama-sama saling membantu dan berkembang, saya rasa hal ini wajar dilakukan oleh mba Tria.

Dengan tidak berekspektasi kepada orang lain ketika kita menjelaskan kondisi kita pun akan cukup membantu karena belum tentu orang yang diberikan penjelasan oleh kita sepenuhnya paham terhadap apa yang kita sampaikan. Batasan yang baik tentunya akan membantu kita untuk lebih baik juga dalam menjalankan hidup kita. mungkin ini yang dapat saya sampaikan mba Tria, semoga menjawab.

 

“Ada endokrinolog, namanya Hans Selye, beliau punya quotes yang bagus dan saya suka: It’s not stress that kills us, it is our reaction to it jadi katanya bukanlah stres yang membunuh kita, melainkan reaksi kita terhadapnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mencari cara mengelola stres yang tepat dan produktif sehingga kita dapat menghadapi dengan baik situasi yang yang membuat kita menjadi stres. Tetap semangat para teman-teman caregivers dan para pejuang PH di sini.”_ Rt. Annissa Apsyari, M.Psi., Psikolog.

By | 2024-02-16T02:02:22+00:00 February 16th, 2024|Kuliah lewat WhatsApp|0 Comments

About the Author:

Yayasan
Yayasan Hipertensi Paru Indonesia adalah komunitas pasien, keluarga, dan kalangan medis pemerhati Hipertensi Paru. Silakan klik Daftar Anggota untuk bergabung dalam komuniitas dan klik IndoPHfamily untuk bergabung di forum utama pasien di Facebook
Open chat