Semangatlah dan Lakukan apa Yang Kita Inginkan-IIN-OPJ

//Semangatlah dan Lakukan apa Yang Kita Inginkan-IIN-OPJ

Semangatlah dan Lakukan apa Yang Kita Inginkan-IIN-OPJ

Oleh : Iin

-Tetap Semangat dan Lakukan apa Yang Kita Inginkan-

 

Assalamu’alaikum wr wb

Selamat malam manusia-manusia tangguh. Gimana kabar kalian?? Semoga sehat selalu ya. Sebelumnya terimakasih sudah memberi kesempatan untuk saya berbagi cerita tentang perjuangan saya untuk sembuh.

Perkenalkan nama saya Iin listyowati, usia 23thn, dengan dianogsa ASD VSD dan Hipertensi Paru (PH). Saya tinggal di kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Mungkin disini ada yang satu kota sama saya?

Menjalani kehidupan dengan kondisi yang berbeda dengan anak anak normal lainya sangat tidaklah mudah, butuh hati yang kuat dan ikhlas untuk menerima semua hal yang tidak kita inginkan. 23 tahun yang lalu pada tahun 1999 saya lahir di dunia.

Saya terlahir prematur dengan berat badan 1,2kg, dengan kondisi bayi tidak menangis dan tubuh nampak membiru. Hujatan demi hujatan, bullyan demi bullyan sudah saya telan, mulai dari perkataan langsung di depan maupun dibelakang saya.

“Dih kok badanmu kurus banget in, kurang gizi?”

“Jalan sebentar saja udah kerasa capek”.

Dan yang paling menyakitkan “Buang saja buk lagian kecil banget itu bayinya”.

Tapi nggakpapa kok itu memang kenyataannya. Dulu sebenarnya orang tua saya sudah mengetahui ketika saya terdianogsa kelainan jantung bawaan dengan kondisi yang sudah saya jelaskan tadi. Namun karena di rumah sakit sini belum ada akses apapun apalagi untuk berobat ke dokter spesialis jantung pun tak ada, jadi saya hanya berobat ke dokter spesialis anak selama kurang lebih 5 tahun lamanya.

Sebenarnya dokter spesialis anak sudah menyarankan kedua orang tua saya untuk melakukan tindakan operasi dan segera dirujuk di rumah sakit Harapan Kita (HARKIT) , tapi karena biayanya mahal dan kami belum punya kartu kesehatan jenis apapun, jadi saya hanya menjalani berobat jalan di RSUD SETJONEGORO Wonosobo dokter spesialis anak.

Perjuangan yang sangat panjang saya lalui hingga opname 3 kali dalam kurun waktu 2 tahun, karena kondisi fisik dan jantung makin lama makin melemah bahkan tubuh semakin membiru, hingga pemerintah dengan sigap mengurus pengobatan saya, mulai dari biaya kebutuhan susu vitamin dan biaya opname.

Karena di tahun 1999-2005 kasus anak yang mengalami kelainan jantung masih sangat minim pada waktu itu, jadi terbilang kondisi pasien jantung bocor hanya beberapa saja di Wonosobo.

Setelah 5 tahun berobat, Dr Ratih Sp.A memberi tahu kepada orang tua saya, bahwa kebocoran jantung saya akan menutup dengan sendirinya setelah usia remaja, hingga akhirnya saya berhenti berobat saat umur 5 tahun.

Tahun 2013 ketika sudah memasuki sekolah SMP kelas 7, awalnya saya masih terlihat baik baik saja, bahkan seperti anak pada umumnya. Dan masih bisa mengikuti pembelajaran fisik di lingkungan sekolah seperti mapel penjasorkes. Hanya saja tubuh saya yang terbilang sangat kecil atau kurus hingga guru olahraga membatasi untuk melakukan hal tersebut, katanya “Mbak iin ikut teorinya aja ya nggak usah ikut praktek”.

Kenaikan kelas telah tiba, setelah memasuki bangku kelas 8, di situlah saya mengalami drama haid selama berbulan bulan, saya fikir itu hanya hormonku yang tidak stabil atau pengaruh fikiran , namun lama kelamaan kok sampai bertahun tahun hingga kelas 9 bahkan sampai kelulusan sekolah. “Duh gawat kalo gini terus aku jadi nggak tenang untuk kedepannya” Ujarku.

Akhirnya ibu saya menyarankan untuk periksa ke dokter kandungan untuk diperiksa ada apakah gerangan dengan saya hingga berbulan bulan haid saya nggak berhenti. Setelah keluar hasil pemeriksaan, kata dokter “Mbak, kamu ada masalah pada jantungnya sejak kapan??” Entahlah saya tidak mengerti kenapa dokter kandungan tiba” bilang begitu. Dan ternyata benar ini karena ada masalah dengan jantungku.

Singkat cerita, pada tahun 2017 yang pastinya saya sudah masuk sekolah SMK. Saya disarankan untuk rujuk ke dokter jantung karna untuk melakukan pemeriksaaan lebih lanjut. Kebetulan tahun 2017 RSUD sudah ada dr spesialis jantung. Hari demi hari, bulan demi bulan pemeriksaan pun sudah saya lalui, mulai dari ronsen, echo dan akhirnya pada tahun 2018 saya dirujuk lagi ke RSUP dr Sarjito.

Setelah saya berobat jalan di Rumah Sakit Sarjito selama 2 bulan tiba tiba dokter memberi tahu saya kabar yang tidak enak untuk didengar. Saya terdianoga Hipertensi Pulmonary sekunder, seketika pikiran dan perasaan saya campur aduk, overthinking lebih tepatnya. berlebihan banget ya, tapi emang kenyataan nya begitu.

Setelah melewati hari demi hari bulan demi bulan, barulah masuk fase pemeriksaan satu per satu yaitu echo, TEE, treadmill dan RHC, saya menjalani tindakan RHC dua kali, pada tahun 2018 dan 2020 menjelang operasi.

Nah, inilah puncak drama perjuangan saya yang paling riweh katanya. Di tahun 2020 dokter telah menjadwalkan tindakan operasi untuk saya, saat penjadwalan tiba mulailah ada sebuah kendala demi kendala, saya mengalami haid panjang hingga berbulan” Sampai hari H itu tiba, hingga penjadwalan pun di undur sampai tiga kali. sedangkan orang orang yang mau mendonorkan darah untuk saya sudah siap semua.

Saya mengalami haid hingga 2 bulan lamanya, entahlah mungkin karna saya nerves atau bagaimana hingga hormon saya terganggu, dan lebih sedihnya saat selesai haid dan saya melakukan pemeriksaan echo ulang tiba tiba PH saya tinggi sekitar 120 mmhg, dokter Ganda yang sudah menghubungiku untuk melakukan tindakan operasipun menyarankan saya untuk membeli obat iloprost tersebut.

Tapi sayang nya pada tahun 2020 iloprost masih sulit didapat dan belum tersedia dimanapun bahkan harganya pun sangat mahal sedangkan saya butuh 3 ampul pada waktu itu. bahkan saya sudah keliling dari apotik satu ke apotik lainya tetap tidak ada, Alhamdulillah akhirnya aku mendapatkan iloprost yang saya cari itu di Pak Andi.

Alhamdulillah dua bulan kemudian haid ku pun berhenti hingga hari operasi pun di lakukan, namun naas 5 hari sebelum tindakan operasi ternyata saya haid lagi, saya makin gelisah sama masalah ini stressku bertambah karena haid ku yang tidak kunjung berhenti tersebut.

Setelah saya melakukan tindakan operasi, saya masuk ke ICU selama 5 hari lamanya, karena didalam ruang ICU saya sempat demam dan makanan yang saya makan pun tidak mau masuk diperut. Hari jumat saya keluar dari ruang ICU untuk dipindahkan di ruang bangsal, sesampai di ruang bangsal malamnya saya mengalami demam lagi.

Syukur alhamdulillah setelah 14 hari dirawat, saya keluar dari rumah sakit. Perjuangan untuk sembuh belum berakhir. Untuk seterusnya saya tetap melanjutkan kontrol sampai sekarang ini.

Owh iya untuk kalian yang belum melakukan tindakan operasi atau yang sudah tidak dapat di operasi, kalian jangan putus asa, kalian lebih hebat daripada yang orang lain kira, obatnya harus tetap diminum okey??, semangat dan lakukan apa yang kita inginkan karena perjuangan kita masih panjang.

Satu kata lagi dari saya, kalian semua hebat dan semangat untuk sembuh.

By | 2023-03-09T04:22:21+00:00 March 9th, 2023|Our PH Journey|0 Comments

About the Author:

Yayasan
Yayasan Hipertensi Paru Indonesia adalah komunitas pasien, keluarga, dan kalangan medis pemerhati Hipertensi Paru. Silakan klik Daftar Anggota untuk bergabung dalam komuniitas dan klik IndoPHfamily untuk bergabung di forum utama pasien di Facebook
Open chat