Keberdayaan Dalam Keterbatasan-KULWAP

///Keberdayaan Dalam Keterbatasan-KULWAP

Keberdayaan Dalam Keterbatasan-KULWAP

Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatsapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.

Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799

 

PENGUMUMAN KULWAP YHPI

  • Waktu : Selasa, 24 Februari 2023
  • Pukul : 19.00 – 21.00 WIB
  • Narasumber : Marissa Purba, M.Psi., Psikolog
  • Tema : Keberdayaan Dalam Keterbatasan
  • Moderator : Amida

Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI

Kulwap kali ini mengangkat tema Keberdayaan dalam Keterbatasan. Seperti yang ada di slide yang sudah dibagikan bahwa situasi dan kondisi dari gangguan medis tentu berdampak bagi psikis para penderitanya. Selain dihadapkan pada keterbatasan, kita juga dihadapkan pada kecemasan. Tidak hanya oleh penderita tetapi oleh orang lain di sekitarnya. Keberdayaan masih dapat diusahakan dengan memperhatikan kondisi fisik juga bahwa ancaman kesehatan itu nyata dan berupaya tetap optimal dalam batasan-batasan tertentu.

Keduanya harus sama sama diperhatikan baik medis dan juga psikis kita. Di sini, kami dari PIP akan membantu dari sudut pandang psikologis yang diupayakan mendukung proses medis dari teman-teman.

1. Pertanyaan:

Sri Wahyuni, 54, Klaten. Sesuai dengan materi tentang keberdayaan pada topik kali ini. Saya selama terdiagnosa asd dan Hipertensi Paru, lingkungan menganggap saya tidak mampu beraktifitas apa-apa. sehingga kalau ada kegiatan di desa atau orang hajatan tetangga saya tidak diperbolehkan membantu dan tidak pernah dilibatkan..

Padahal saya masih bisa kerja. Walaupun kondisi kadang tidak enak badan. Tapi jika sudah berkumpul dan aktifitas rasa tidak enak badan tadi berangsur hilang dan jadi seperti orang normal yang tidak punya keluhan. Terkecuali jika memang benar-benar sedang sakit, misal flu demam itu baru tidak bisa aktivitas alias istirahat penuh.

Pertanyaan nya apakah keterbatasan fisik ini memang harus di buat sangat terbatas sekali atau kita merasakan sendiri seberapa kemampuan kita untuk beraktifitas. Kenapa mereka sangat menghawatirkan dengan kondisi orang seperti saya padahal yang dikhawatirkan ini tidak separah yang mereka kira. Bagaimana cara menghadapinya dan menjawab komentar mereka.

Jawaban:

Halo, Ibu Sri Wahyuni. Saya senang mengetahui ibu memiliki semangat untuk beraktivitas secara mandiri. Untuk kekhawatiran orang lain, mungkin kita bisa melihatnya sebagai bentuk lain dari perhatian dan upaya mereka memastikan ibu baik-baik saja. Orang sekitar kita memiliki ketakutan didasarkan dari pengalaman mereka melihat ibu sakit dan mereka menjadi cukup takut pengalaman itu terjadi kembali.

Pada dasarnya ibu adalah tokoh utama yang memahami dan merasakan kondisi tersebut setiap hari. Hanya saja karena keterbatasan ini juga secara nyata berdampak pada ibu, maka tidak cukup hanya dengan merasa baik-baik saja. Ibu sebaiknya tetap memastikan bahwa secara medis memang dalam keadaan baik juga.

Jika ibu merasa baik dan secara medis ibu baik-baik saja, ibu bisa memberikan pengertian perlahan kepada orang di sekitar ibu. Selain melalui berbicara, Bu Sri bisa mulai meyakinkan mereka dengan melakukan kegiatan kecil yang semakin bertahap meningkat. Jika pada kegiatan kecil ibu baik-baik saja, akan menjadi bukti bagi orang lain bahwa ibu dapat beraktivitas kecil-kecilan dan nantinya mereka bisa lebih percaya ibu mampu melakukan kegiatan yang lebih besar.

2. Pertanyaan:

Rahmadani, 34 tahun, makassar. Assalamualaikum.. Selamat siang, sebenarnya sama saja ya selama saya di diagnosa asd pH awalnya saya merasakan memang terbatas dlm melakukan aktivitas.. Mudah capek, sesak seperti tidak bertenaga termasuk kurangnya percaya diri. namun demikian, akhirnya saya memutuskan untuk mau tetap bisa melakukan aktivitas seperti orang normal pada umumnya yaa bisa dikatakan sedikit memaksa diri saya sndiri. alhasil semakin kesini semakin saya yakin kalau saya bisa sekalipun sedikit berat. Seperti sekarang alhamdulillah saya bisa sering keluar rumah dan berkumpul bersama teman, ke acara-acara lainnya, arisan, jalan, memasak, bersih-bersih layaknya ibu rumah tangga pada umumnya. Selain mengurus anak juga rumah bahkan saya bisa kembali berpuasa sunnah senin Kamis.

Pertanyaan saya, Apakah saya terlalu egois memaksakan diri saya sendiri dengan keterbatasan saya? apakah hal ini bisa terus saya jalani atau memang saya harus tetap sadar dengan keterbatasan saya? Terima kasih

Jawaban:

Assalamualaikum, Ibu Rahmadani. Salut untuk ibu yang terus menjalankan kegiatan sehari-hari. Semangat ibu untuk berupaya tidak menjadikan kondisi fisik sebagai batasan berkegiatan dapat menjadi bensin yang membantu ibu untuk lebih kuat. Yang tetap perlu menjadi perhatian adalah hambatan secara medis yang ibu rasakan juga bersifat nyata dan dapat mempengaruhi kesehatan ibu keseluruhan nantinya.

Ketika ibu mengalami gejala yang kurang nyaman, ada baiknya untuk mengambil waktu sejenak dan memastikan kondisi ibu lebih stabil. Kondisi fisik dan psikis saling berhubungan, sehingga keduanya harus benar-benar dalam tahapan yang stabil. Mengabaikan salah satunya akan bersifat berbahaya bagi ibu. Catatlah kegiatan yang ibu lakukan dan tidak berdampak negative pada ibu dan komunikasikan pada dokter untuk keamanan secara fisik ya, Bu. Semangat terus Bu Rahmadani.

3. Pertanyaan:

Nama: Tyas Nurvita Sari, Usia: 30th, Domisili:Sragen. Selamat siang Dok. Sebagai pasien Asd Ph bagaimanakah cara menyikapi sebuah bentakan & sikap tidak mengenakan hati seseorang terhadap diri kita yang sering kali hal tersebut menyebabkan kita tiba-tiba sesak nafas berat & itu terjadi berulangkali entah disengaja/ tidak yang padahal kita berada dilingkungan yang sama setiap harinya & saat itupun yang bisa kita lakukan hanya diam karena untuk menghindari perdebatan. Sering kalipun karena hal tersebut membuat proses penyembuhan kita menjadi terhambat tubuh mudah drop & setiap malam susah tidur yang membuat kondisi kita menurun.

Bagaimana menyikapi ketidak berdayaan tersebut dok, bukankah yang kita butuhkan sekarang adalah dukungan orang-orang disekitar kita dengan keterbatasannya kondisi kita?. Terima Kasih dok mohon pencerahannya

Jawaban:

Salam, Bu Tyas. Ibu mengalami situasi yang tidak menyenangkan yaitu perasaan kurang didukung dan bentakan. Bagi semua orang, baik yang memiliki kondisi medis tertentu maupun tidak, situasi ini juga adalah situasi yang kurang menyenangkan.

Jika berhadapan dengan kondisi tersebut dan ibu memahami bahwa napas ibu dan tubuh sudah mulai bereaksi negatif, sebaiknya ibu menenangkan diri terlebih dahulu. Tangani gejala tersebut terlebih dahulu yang dapat dilakukan dengan relaksasi pernapasan ataupun menjauhi sumber stress ibu sesaat. Bila ibu merespon situasi tersebut secara langsung tanpa mengelola perasaan negatif, ibu pun mungkin tidak dapat berpikir dengan jernih dan malah berdampak pada kondisi fisik dan psikis.

Respon dari orang lain dapat beragam bu, adakalanya tidak sesuai dengan kita walaupun maksudnya adalah untuk mendukung kita. Saran saya, ibu mencari pihak netral dalam lingkungan ibu dan menyampaikan kesulitan ibu dalam menerima respon yang keras seperti itu dari orang lain. Dengan tidak menyampaikannya (secara langsung maupun melalui orang lain), kondisi ini akan terjadi berulang-ulang.

Setelah melakukannya, saya juga menyarankan ibu untuk mengenali hal yang menyenangkan untuk ibu karena dengan memikirkan hal itu terus menerus memberi dampak kesulitan tidur dan reaksi fisik lainnya yang dapat mengganggu kesehatan ibu. Semoga situasi dengan orang sekitar bisa lebih kondusif ya, Bu.

Tyas:

Saya lebih memilih untuk diam sejenak untuk mengatur pernafasan saya dok. Apakah sikap saya yang seperti itu akan membuat saya menjadi orang yang introvert dok?

Marissa:

Hi mbak tyas, introvert adalah kecenderungan kita yang lebih senang berkegiatan sendiri. Hanya saja jika anda diam terus menerus tanpa mengekspresikan pemikiran dan perasaan anda, maka rasa marah atau sedih akan terus terkumpul. Pada akhirnya akan berdampak kurang baik bagi anda. Jika anda rasa sangat berat dan membutuhkan tempat untuk mengekspresikan diri anda, saya tetap menyarankan anda melakukan konsultasi dengan psikolog mbak.

Tyas:

Kondisi fisik dan psikis memang saya akui sangat saling berhubungan. bahkan sering kali jika saya mengalami lagi-lagi rawat inap disitulah psikis saya rasanya tidak karuan.. pikiran saya lebih menguasai saya sehingga terkadang sakit yang saya rasakan juga seolah menutupi harapan-harapan saya untuk sembuh. namun demikian ketika pelan-pelan saya melewatinya baru saya sadar kalau saya masih diberi kesempatan.

Itu dok yang saya takuti selama ini. Saya sering memendam sendiri sampe akhirnya menumpuk-numpuk terkadang sampai meledak-ledak tapi tidak mampu menyampaikan lngsung keseseorang itu demi menjaga perasaannya.

Marissa:

sangat tidak dianjurkan memendam emosi, karena emosi itu sifatnya akan merembes keluar walaupun ditekan dan dipendam. Ia akan keluar melalui ledakan, melalui perilaku ataupun mengguncang pikiran kita karena pada dasarnya emosi membutuhkan pengeluaran.

Perasaan mbak tyas juga sama pentingnya. Selama ini cara memendam sudah dicoba dan mbak tyas paham sangat berdampak pada diri dan kesehatan anda. Ada baiknya kita mengganti caranya dengan cara yang baru. Tidak langsung berpikir menyampaikannya pada orang tersebut tetapi perlahan lahan mulai mengekspresikannya pada orang-orang terdekat atau dengan psikolog

4. Pertanyaan:

Nia rahma, 25, Tulungagung. Selamat siang. Saya pasien asd pH. Seringkali saya merasa bahwa hidup yang saya jalani tidak berarti apapun. Saya merasa mimpi- mimpi dimasa muda terasa terhenti, terbuang begitu saja. Karena hanya bisa melakukan aktivitas semampunya saja. Sebelumnya maaf dok, jika dokter berkenan memberi saya masukan. Sekiranya kegiatan apa yang mampu dilakukan dengan keterbatasan yang saya punya? Terimakasih dok

Jawaban:

Mbak Nia yang ingin bermimpi kembali. Situasi mungkin berubah mbak, tetapi bukan berarti mbak Nia tidak bisa bermimpi. Hanya saja, perlu disesuaikan dengan kondisi mbak saat ini. Ke-optimal-an mbak dengan kondisi saat ini masih dapat diusahakan walaupun tidak bisa dibandingkan dengan keadaan dimana tidak ada keterbatasan dari penyakit ini. Penggaris untuk mengukur mimpinya menjadi berbeda, Mbak.

Saya sarankan Mbak Nia menuliskan mimpi apa yang ingin anda capai lalu sandingkan dengan gejala fisik anda agar dapat menemukan titik temunya. Misalnya Mbak Nia masih ingin jalan-jalan ke tempat-tempat baru lalu tuliskan apa keterbatasan saya untuk mencapainya, tulis lagi pada setiap keterbatasan adakah yang dapat kita lakukan untuk mengantisipasinya.

Untuk kegiatan secara umum saya tetap menyarankan untuk kegiatan yang aman terlebih dahulu seperti membaca dan menulis, mulai mengambil kursus online, mengikuti komunitas-komunitas tertentu. Kegiatannya harap disesuaikan dengan hobi/minat dan kondisi kesehatan mbak nia ya.

5. Pertanyaan:

Tria Utari, 26 thn, Sunter, Jakarta Utara. Selamat siang, saya Tria pasien ASD PH. Memiliki keterbatasan itu memang sulit untuk dijalani. Saya sering ingin melakukan banyak hal yang sebelum saya sakit biasa dilakukan. Contohnya, melakukan apa saja dengan sendiri tanpa bantuan lingkungan terdekat, pergi kemana saja yang saya mau dengan sendiri. Tetapi semuanya berbeda, lebih sering ditemani, tidak boleh melakukan apapun dengan sendiri lagi, pergi saja harus ditemani.

Bagaimana cara meyakinkan caregiver bahwa seseorang yang mempunyai penyakit kronis juga bisa melakukan apa yang sudah menjadi aktivitas sebelum mempunyai penyakit tersebut untuk melakukan aktivitas dengan sendiri dan bisa pergi jalan-jalan sendiri ? Karena sebagai seseorang yang mempunyai penyakit kronis juga membutuhkan waktu untuk menikmati semuanya dengan diri sendiri. Mohon penjelasannya

Jawaban:

Hai, Mbak Tria. Saya menyadari bahwa keadaan ini membuat anda seperti terkungkung dan keberdayaan/kemandirian kita terasa direnggut paksa. Banyak kegiatan yang Mbak Tria ingin lakukan ya?

Kembali lagi bahwa ancaman fisik ini nyata adanya sehingga tidak saja menimbulkan kecemasan bagi kita tetapi bagi sekitar kita sehingga respon orang lain dapat menjadi sangat protektif. Untuk memastikan keamanan Mbak dan juga menurunkan kecemasan bagi sekitar kita, saya menyarankan Mbak Tria untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya seperti diskusi dengan dokter tentang kegiatan yang boleh dilakukan dan kemungkinan-kemungkinannya.

Yang bisa dilakukan seperti :

Menyusun daftar apa yang harus dilakukan bila terjadi keadaan tertentu, tindakan darurat apa saja dan berbagai kondisi lainnya. Mendapatkan pandangan ahli akan lebih memudahkan Mbak untuk meyakinkan orang lain bahwa kemungkinan untuk tetap beraktivitas mandiri dengan batasan-batasannya boleh dilakukan.

Mbak Tria juga dapat mengikuti komunitas terkait kondisi medis ini dan mengumpulkan informasi dan pengalaman orang lain untuk didiskusikan dengan orang sekitar. Mencoba kegiatan-kegiatan kecil yang paling aman terlebih dahulu dan tidak berdampak bagi anda akan menjadi bukti nyata bagi orang lain.

Saya berharap anda melakukannya secara perlahan dan tetap aware pada gejala gejala yang dirasakan ya, Mbak Tria. Tetap kuat ya mbak.

6. Pertanyaan:

Nama Erna susilawati asal Aceh, Diagnosa , katup bocor + pH. Izin bertanya, semenjak saya di vonis sakit katup pada tahun 2017 dan baru ada ph di tahun 2022, saya semenjak sakit kurang bergairah dalam menjalankan hidup, segala sesuatu yang saya kerjakan saya tidak pernah merasa senang, saya juga hampir setiap waktu hanya memikirkan kematian saja, soalnya saya pernah dengar banyak orang sakit katup +PH tiba-tiba meninggal.

Dari situlah saya mulai tidak semangat untuk hidup, pertanyaan saya apakah yang harus saya lakukan setidaknya untuk mengembalikan gairah hidup saya, sering saya juga ingin rasanya bunuh diri, fikiran saya sering kacau, tidak terkontrol mohon solusinya.

Jawaban:

Terima kasih, untuk pertanyaan dari Bu Erna saya mungkin hanya bisa memberikan saran yang general. Untuk lebih mendalam akan sulit dilakukan via chat. Saya menyarankan untuk melanjutkan didampingi oleh psikolog/profesional lainnya.

Salam, Bu Erna. Terima kasih ya masih berupaya keras menjalani hari demi hari, Bu. Situasi yang Ibu alami sangat tidak mudah untuk diterima dan berdampingan dengan kondisi ini. Selain berhadapan dengan rasa sakit, penderita juga masih harus berhadapan dengan ketakutan hari esok sehingga rasa sedih dan takut wajar untuk dirasakan. Apa yang bisa dilakukan ?

  1. Depresi menjadi faktor yang mengancam bagi kesehatan ibu sehingga bila dirasakan terlalu berat, saya menyarankan ibu untuk melakukan konsultasi bersama psikolog.
  2. Mengikuti komunitas terutama dengan komunitas penyakit yang sama agar dapat menjadi sumber informasi bagaimana para penderita lainnya menjalankan harinya. Sesama penderita mungkin pernah mengalami situasi yang mirip dengan ibu serta lebih memahami yang ibu rasakan. Hal ini dapat menjadi masukan bagaimana cara mereka kembali bangkit dengan keterbatasannya.
  3. Untuk menjauhkan dari pemikiran negatif, ibu dapat mencoba cara yang disampaikan di materi saya. Cobalah menemukan hal-hal netral di dalam keseharian ibu, seperti “hari ini saya cukup kuat untuk lebih lama berada di taman”, “hari ini saya bisa makan makanan yang enak bagi saya”
  4. Berbicara dengan orang-orang terdekat yang memberikan rasa nyaman bagi anda juga dapat membantu menetralkan perasaan.

Hal yang juga menambah berat perasaan adalah ekspektasi kita bahwa pasangan akan memahami dan menampilkan kepedulian yang kita harapkan. Saya menyarankan ini untuk dibicarakan lagi lebih mendalam bu misalnya perilaku seperti apa yang ibu harapkan dan sejauh apa bapak bisa menunjukkan sikap yang bagi ibu merupakan bentuk kepedulian.

Salah satu hal yang harus dihindari dalam keadaan emosional tinggi adalah membuat keputusan besar ya bu. Persoalan bu erna cukup kompleks, mungkin teman-teman lain ada yang mengalami hal yang mirip dan nantinya bisa menjadi sumber dukungan bagi bu erna. Bu erna merasa tidak mendapatkan dukungan dari orang yang paling dekat baginya, adanya komunitas akan sedikit banyak menjadi penguat dan bantuan bagi bu erna.

Mungkin disini saya tidak banyak bisa membantu dengan situasi chat kelompok ini, untuk konsultasi dgn psikolog saya harap ibu terus melanjuntukannya agar dapat didampingi berhadapan dengan ketidaknyamanan dalam relasinya. Beratnya kondisi tiap orang akan berbeda-beda ya mbak, demikian juga sumber stress setiap orang. Mari nantinya mari saling mendengarkan dan berbagi dalam konteks yang lebih personal. Bu erna, terima kasih sekali sudah berbagi dengan terbuka

7. Pertanyaan:

Nama: Debbie, Usia: 50 th, Domisili: Cibinong Bogor. Sejak divonis dokter memiliki 1 penyakit yang sangat ditakuti banyak orang saja sudah lumayan sedih ditambah dengan penyakit penyertanya  lumayan membuat anggota keluarga pun ikut sibuk memantau dan mengatur segala aktifitas yang biasa saya lakukan yaitu kemana² sendiri dengan mengendarai motor.

Sejak pasca operasi jantung tahun 2018 aktifitas sudah berkurang bahkan karena beberapa kali harus ranap karena penyakit saya ini otomatis mental dan pikiran saya “jadi ikut berubah jadi penakut dalam segala hal” sudah dengan berbagai cara untuk menghibur diri sendiripun saya lakukan tapi tetap saja masih ada rasa itu dengan keterbatasan fisik dari berbagai penyakit yang saya rasakan walau saya selalu menutupi semua itu dari orang lain selain anggota keluarga inti..

Bagaimana / apa yang harus saya lakukan untuk bisa kembali sepertii dulu dengan keterbatasan karena penyakit saya ini..dok  yang suami larang semua gerak-gerik yang saat sehat saya lakukan hal kecil sepertii berbenah, nyuci perabotan pokoknya urusan dapur? pengen sepertii orang biasa aja gitu dok…

Jawaban:

Halo halo, Ibu Debbie.Ibu Debbie mungkin juga ingin beraktivitas seperti biasanya ya bu dengan bersemangat? Hebat sekali. Seperti saya sampaikan di materi bu, kekuatan keinginan itu dapat menjadi sumber tenaga bagi ibu. Yang perlu kita perhatikan adalah ekspektasi atau harapan kita bahwa kita mampu melakukan semua hal yang dulu kita lakukan sebelum sakit. Jika kita berharap besar tetapi memang secara nyata terhalang oleh kondisi fisik kita maka nantinya kita akan mengalami kekecewaan dan frustrasi, Bu Debbie.

Mungkin kita harus melepaskan kata-kata dan pemikiran “seperti dulu”, Bu. Kondisi saat ini adalah ibu mungkin tidak boleh terlalu lelah dan berkegiatan berat sehingga aktivitas sehari-harinya juga harus disesuaikan. Mungkin sebaiknya satu kegiatan satu hari bu, jika ibu ingin mencuci piring maka tidak diikuti oleh berbenah lainnya karena terlalu lelah. Sehabis cuci piring, ibu bisa beristirahat dulu karena beristirahat adalah bagian dari kegiatan yang harus dilakukan dan bukan berarti Bu Debbie tidak berdaya.

Saya kembali menyarankan untuk konsultasi dengan dokter dalam rangka menyusun kegiatan apa saja yang dapat ibu maksimalkan sehari-hari. Keinginan ibu adalah bukti bahwa ibu adalah orang yang berdaya

 

“Terima kasih untuk pertanyaan-pertanyaannya dan semangat diskusinya. Mungkin diskusi kita via whatsapp ini tidak sedetil bila langsung berhadapan dengan psikolog secara personal. Tapi sedikit banyaknya kita bisa berbagi disini dan mungkin ada teman-teman juga yang permasalahannya mirip sehingga kita jadi tahu bahwa kita tidak sendirian menghadapi ini semua. Dari diskusi ini saya memahami keinginan teman-teman untuk terus berdaya. Semoga semangat yang dimiliki akan membantu juga dalam menjaga kesehatan fisik teman-teman semuanya. Terima kasih sekali lagi. Persoalan yang kecil bagi seseorang, bisa jadi dunia bagi orang lain. Selagi kita bisa saling mendukung untuk lebih berdaya, mari saling dukung ya teman-teman”._Marissa S. Purba, M.Psi.,Psikolog

 

By | 2023-03-09T06:29:42+00:00 March 9th, 2023|Kuliah lewat WhatsApp|0 Comments

About the Author:

Yayasan
Yayasan Hipertensi Paru Indonesia adalah komunitas pasien, keluarga, dan kalangan medis pemerhati Hipertensi Paru. Silakan klik Daftar Anggota untuk bergabung dalam komuniitas dan klik IndoPHfamily untuk bergabung di forum utama pasien di Facebook
Open chat