Mintalah Maka Akan Diberi-Brocky-OPJ

//Mintalah Maka Akan Diberi-Brocky-OPJ

Mintalah Maka Akan Diberi-Brocky-OPJ

 

mintalah maka akan diberikan

 

Perkenalkan saya Raden .I. Supadarmadjati nama panggilan Brocky, Umur 70 tahun

Saya penderita PH tipe 3 grade C ke D, artinya PH karena PPOK (penyakit Pernafasan Obstruktif Kronis).

Tahun 2014 Agustus, di diagnosa Hipertensi, Bulan Okt 2014 dirawat Di RS Hermina Depok karena sesak nafas,  pada saat itu Tensi 200/135, Hasil Rontgen Thorax Cadiomegali (bengkak jantung) ringan. Di IGD 1 hari penuh, 3 x ganti tensi meter, 3 x ganti alat EKG, karena hasil EKG membingungkan, 3 x ganti monitor jantung karena SPO2 nya Saturasi oksigen <90%, kemudian di ICU, 5x henti jantung (Monitor jantung garis datar), kondisi tetap sadar. Jadi tidak pakai alat pacu jantung, periode henti jantung tidak lama kisaran 20-30 detik. Saya menolak untuk disuapi kalau makan akibatnya tensi loncat sampai 175/115, butuh waktu 30 menit untuk normal. Hasil, Bengkak Jantung, CHF, HHD, infrak miokard, dan PPOK

Kemudian lepas rawat inap, dari Okt, masuk lagi Des 2019 rawat 3 hari karena sesak nafas juga. Januari 2015 dirawat 10 hari karena sesak nafas suspect SGOT, mau ditambah 3 hari karena penyakitnya belum ketemu, ijin rawat jalan,  Maret di Echocardiography, oleh seorang dokter pemerhati PH, kesimpulan TR mild (bocor katup Tricuspid, mild), pengobatan hanya pencegahan serangan jantung dan diberi obat pengencer darah (clopidogrel 75 mg), tahun 2017 RS Hermina Depok naik kelas dari C ke B, jadi harus pindah RS, keliling dapat di RS Citra Medika Depok, disini saya lihat poster Hipertensi Paru, sepertinya saya kena PH, di Citra Medika tidak ada dokter Jantung, kemudian September 2018 pindah RS, akhirnya terdampar di RS Bhakti Yudha Depok, di poli PD, hasil Rontgen dicurigai paru paru kambuh (SGOT), Okt dikirim ke Poli Paru, Nov dirujuk ke Poli Jantung,  suspek PH, tgl 3 November hasil echocardiography sesuai PH, bocor di Katup Tricuspid, Mitral dan Pulmo (mild). Tanggal 11 Nov 2018  terdaftar di YHPI, pendaftaran isi formulir dipandu Admin Bu Arni, ditanya mPAP tidak tahu, tidak tahu dimana tulisan mPAP, ternyata mPAP 40 mmHg, kemudian obat obat yg diberikan juga tidak tahu, karena belum ketemu dokter, tgl 24 November baru ketemu dokter, ditanya obat yg dikasih dokter jantung tidak ada dianggap jantung cukup sehat (Bengkak jantungnya sembuh). Oleh Dokter Hadisono, di test fungsi paru dan lain, hanya dinyatakan saya menderita PH tipe 3 karena PPOK (penyakit Pernafasan Obstruktif Kronis). Oleh Dr Hadisono tidak diberikan Dorner atau Sildenafil dengan satu pesan kuat “JANGAN TERGANTUNG OBAT,, walaupun bisa diberi obat, beliau mau konsen ke rehabilitasi paru. Dalam periode ini tidak pernah sesak nafas lagi. Pada tahun 2019 satu Minggu sebelum lebaran saya mulai sesak nafas lagi, hari kedua lebaran ke Bogor, satu Minggu kemudian ke Cariu perbatasan dengan Cianjur, esok harinya jam 11 keringat dingin dan mau pingsan, sadar kalau jantung terganggu. Habis magrib berangkat ke Depok, langsung ke IGD RS Bhakti Yudha, dirontgen dan di EKG, hasil EKG diulang sampai 3x, esok hari rawat inap 3 hari, kemudian selama 1 bulan, tiap 3 hari di oksigen dan di uap, bulan 2 mulai seminggu sekali, akhirnya sebulan sekali. Pada bulan Juli 2019, disuruh beli Tabung Oksigen dan nebulizer untuk di rumah, tidak saya beli, Hasil testing waktu di IGD, fungsi paru tinggal 30%, EKG detak jantung 120, telapak tangan dan kaki sudah ungu. Agustus 2019 sudah mulai pulih. Akhir Desember awal Januari 2020 mulai sesak nafas lagi. Tanggal 1 Februari 2020 terkena uap fogging, jam 15.00, jam 17.00 langsung ke IGD RS Bhakti Yudha, setiap 6 jam di nebulizer (diuap), setiap 24 jam ganti tabung oksigen yg besar. Tgl 5 Februari diijinkan  rawat jalan. kontrol tgl 7, 10, 14, dan nanti tgl 28 Februari, Alhamdulillah kondisi makin baik, nafas sudah lebih leluasa, jalan datar paling 100 meter berhenti sesaat, mampu jalan lebih dari 15-20 menit, masih agak mudah lelah, harapannya PH nya mulai membaik.

 

Kesimpulan :

Saya PH tipe 3 karena PPOK grade D awal, karena perokok dan terpapar bahan kimia.

Mungkin yang menolong saya pertama kali dirawat adalah, Pikiran saya;  yg salah alat monitor, karena rata2 diganti sampai 3x, kondisi saya baik baik saja, jadi santai menghadapi kondisi darurat

Selama menderita PH tidak pernah dikasih obat PH (dorner dan sildenafil)

Sempat stress karena fungsi paru tinggal 30%, tapi tetap semangat mau sembuh

Tanpa tabung oksigen dan nebulizer, saya lebih percaya diri

Selalu mohon kepada Allah SWT, untuk kesembuhan (mintalah maka akan diberikan)

Jangan pernah kehilangan keyakinan akan sembuh atau lebih baik

Terimalah keadaan ini (penyakit), baru bisa kita olah dari negatif ke positif

Jaga emosi. Tetap optimis

Jangan lupa kita tidak sendiri, banyak kawan bisa saling mendukung. Ada lebih parah tetapi tetap semangat

By | 2023-01-25T10:57:18+00:00 April 8th, 2020|Our PH Journey|0 Comments

About the Author:

Yayasan
Yayasan Hipertensi Paru Indonesia adalah komunitas pasien, keluarga, dan kalangan medis pemerhati Hipertensi Paru. Silakan klik Daftar Anggota untuk bergabung dalam komuniitas dan klik IndoPHfamily untuk bergabung di forum utama pasien di Facebook
Open chat