Oleh: Kartika Girianingtyas
~ Maknai hidup dengan positif maka semua akan terasa indah dan menyenangkan ~
Assalamualaikum warahmatullaahi wabarakatuh. Selamat malam teman-teman seperjuangan.
Semoga dalam keadaan sehat & stabil ya. Hallo, perkenalkan saya Kartika Girianingtias, usia 38 th. Berasal dari Pontianak yang sekarang menetap di Sawangan, Depok. Disini saya mau bercerita mengenai kisah hidup saya sebagai pejuang PH ( Hipertensi Paru) yang penuh dengan warna.
Saya didiagnosa ASD + severe PH di tahun 2013. Hal ini bermula ketika tahun 2011, saya merasakan kejanggalan di tubuh ketika saya sedang melaksanakan tugas PTT sebagai dokter gigi di wilayah sangat terpencil bernama Kayong Utara, Kalimantan Barat. Saat itu saya gampang merasakan cepat lelah ketika berjalan cukup jauh dan menanjak/menaiki tangga. Selain itu terkadang saya juga merasakan detak jantung yang tidak beraturan. Padahal medan yang terjal, lokasi yang tidak bersahabat dan gerak cepat merupakan sebuah tantangan bagi seorang tenaga medis yang bertugas di daerah yang sangat terpencil. Dan itu merupakan makanan sehari-hari bagi kami yang harus dilalui untuk melakukan pelayanan kesehatan. Tetapi Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan tugas tersebut hingga masa penugasan berakhir tanpa kejadian yang tidak diharapkan.
Selama kurang lebih setahun merasakan adanya “kejanggalan” pada tubuh ini, akhirnya pada akhir tahun 2013, ketika saya berada di Jogja, saya menceritakan keadaan kondisi tubuh saya ke kakak saya yang berprofesi sebagai seorang dokter yang dinas di Jogja. Awalnya saya dicurigai hipertiroid, karena ciri-ciri tersebut mirip dengan penderita hipertiroid dan disarankan melakukan beberapa pemeriksaan lab. Tetapi setelah melakukan pemeriksaan lab tersebut, hasilnya negatif. Kemudian kecurigaan beralih menjadi ada masalah di jantung saya.
Akhirnya saya memeriksakan diri di JIH Jogja dan terdiagnosa ASD. Karena saya tinggal di Depok, dokter langsung memberikan rujukan ke Harkit untuk dilakukan pemeriksaan lanjut. Setelah kembali ke Depok, saya melakukan pemeriksaan lanjutan di Harkit dan didiagnosa ASD + severe PH. Tidak berselang lama kemudian dijadwalkan untuk tindakan operasi open heart di bulan Agustus 2014. Ada satu memori buruk saat berkonsultasi dengan Sp.B sebelum melakukan operasi. Saat konsultasi itu, dokter menyampaikan bahwa dengan PH yang saya derita, sudah terlambat untuk dilakukan operasi.
Saat itu saya sempat kecewa dengan perkataan dokter tersebut, mengapa dia bisa mengatakan hal tersebut dengan mudah tanpa empati. Karena saya sebagai seorang dokter gigi pun sering menemui pasien dengan prognosis buruk tapi sebisa mungkin menyampaikan hal tersebut dengan kata-kata yang baik dan memberikan motivasi agar pasien tetap mau untuk berobat.
Tentunya saya tetap percaya dengan tim dokter Sp JP yang telah melakukan persiapan sebelum saya diberikan tindakan operasi, maka saya tetap melanjutkan operasi ini dan menyerahkan semuanya pada Allah. Alhamdulillah operasi dapat dikatakan berjalan lancar dan selama proses penyembuhan & rehabilitasi medik tidak ada kendala (setelah operasi saya masih memiliki PH 50mmHG).
Tahun 2015, Alhamdulillah saya dikaruniai seorang anak. Selama kehamilan, saya dipantau ketat oleh Sp.JP dan hanya boleh melahirkan di RSAB Harkit. Karena hal itulah, mulai trimester 3 saya pindah kontrol kehamilan di RSAB Harkit. Proses kelahiran anak saya melalui SC, tetapi pasca SC saya mengalami hipotermia. Jadwal melahirkan yang dijadwalkan paling pagi yaitu jam 07.30 tetapi akhirnya menjadi pasien yang paling lama keluar dari ruangan operasi.
Yaitu sekitar pukul 12 an dikarenakan menunggu tubuh saya stabil terlebih dahulu . Setelah itu saya dibawa masuk ke ruang perawatan. Baru beberapa jam saja disana, saya dibawa masuk ke ruang ICU karena demam tinggi, albumin yang rendah dan kondisi yang kembali kurang stabil. Alhamdulillah setelah 1 hari di ruangan ICU, saya bisa kembali ke ruang perawatan selama beberapa hari dan diperbolehkan pulang.
Selama kehamilan dan menyusui saya sama sekali tidak mengkonsumsi obat-obatan PH selama kurang lebih 1 tahun karena saat itu dokter Sp. JP memang tidak memberikan resep obat. Tetapi kemudian saat saya kontrol dan dilakukan pemeriksaaan echo, ternyata tekanan paru saya kembali tinggi sekitar 70-80mmHg dan saya kembali meminum obat rutin.
Tahun 2018, suami saya mendapat tugas belajar ke Jepang dan saat itu saya dan anak saya mengikuti untuk mendampingi selama di Jepang. Awalnya saya sangat ragu untuk ikut dan tinggal disana, karena obat-obatan seperti sildenafil sangat dilarang penggunaannya dan saya takut jika saya tiba-tiba drop ketika disana. Tetapi Alhamdulillah kami diberikan kelancaran tinggal selama kurang lebih 8 bulan disana. Dan ternyata ketika saya kembali dari Jepang, tekanan paru saya bisa turun di angka 50mmHg.
Walaupun selama disana kami harus sering jalan kaki untuk menuju suatu lokasi, jalan yang naik turun, dan suhu udara yang cukup dingin, saya jarang merasakan kelelahan yang berlebihan atau sesak. Mungkin ada beberapa hal yang sangat membantu menurunkan angka PH saya disana adalah seringnya berjalan kaki dan kondisi udara yang bersih. Namun sayangnya setelah pulang dari Jepang, tekanan paru saya kembali meningkat (70mmHg) dalam kurun waktu satu tahun.
Kehidupan saya berjalan “normal” seperti biasa dan saya sudah kembali berpraktek sebagai dokter gigi sampai di tahun 2024. Tapi di pertengahan tahun ini, saya mulai merasakan sakit HNP (saraf kejepit) yang saya derita semakin parah. Mulai merasakan sakit nyeri, kebas, semutan yang menjalar dari pinggang sampai telapak kaki kanan. Sudah dilakukan fisioterapi tetapi tidak ada perubahan yang signifikan. Dan ini sudah sangat mengganggu aktivitas dan mental saya. Dan saya merasa saya lebih gampang capek dan sesak ketika hanya berjalan beberapa meter saja.
Akhirnya setelah berdiskusi dengan keluarga dekat, saya memutuskan untuk melakukan operasi BESS. Ada kendala yang saya hadapi ketika ingin melakukan operasi ini. Pertama, kondisi dengan severe PH memiliki resiko yang besar dengan teknik anestesi general. Kedua, mencari RS yang memiliki dokter Sp.OT, Sp.JP pemerhati PH, Sp.An dalam satu RS yang mengerti kondisi tubuh kita dan RS menerima cover asuransi dari kantor suami. Karena untuk menyatukan semua itu bukanlah hal yang mudah. Hal ini cukup menyita waktu dan pikiran bagi kami. Alhamdulillah akhirnya kami menemukan semua itu di RS Siloam Kebon Jeruk.
Desember 2024 kemarin saya memutuskan hal besar untuk melakukan operasi BESS dengan anestesi spinal dan menerima segala konsekuensinya. Tentunya anestesi spinal ini bukan hal yang biasa dilakukan untuk prosedur operasi BESS tetapi karena tim dokter yang baik dan luar biasa, operasi ini dapat dilakukan dan berjalan lancar. Dan seperti biasa saya tetap masuk ke ruangan ICU & HCU pasca operasi dan memerlukan waktu lebih lama untuk rawat inap pasca operasi 🙂
Demikian kisah saya sebagai pejuang PH, banyak sekali lika-likunya. Harus minum obat rutin sampai detik ini, punya keterbatasan fisik, belum mampu untuk melanjutkan cita-cita,dll. Tetapi hal tersebut tidak menyurutkan langkah saya untuk menghadapi kehidupan di dunia ini. Sebagai hamba Allah kita telah ditetapkan garis takdir sejak masih dalam kandungan, yang sekarang kita bisa lakukan adalah ikhtiar sekuat tenaga untuk menjalankan hidup dengan baik, tetap bermanfaat bagi sesama dan terus melangitkan doa. Jangan patah semangat, jangan tanya kenapa, tapi apa yang bisa kita perbuat/lakukan untuk menjalani hidup ini dengan baik.
Mungkin menjalani hidup dengan kondisi PH ini memang sulit tapi yakinlah kita bisa melaluinya. Selalu bersyukur dan bahagia yaa. Dan buat teman-teman semua jangan lelah untuk berjuang bersama. Ketika hidup dimaknai dengan positif, semua akan terasa indah dan menyenangkan. Selalu bermanfaat bagi orang lain itu yang utama. Semangaaat..
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.