Oleh: Dwi Afriyanti
~ Jalani dengan syukur maka hidup jadi lebih indah ~
Nama saya Dwi Afriyanti (Afrie) asal dari desa Pamotan Kec. Dampit Kab. Malang Jawa Timur. Saya lahir di Bogor. Saat kecil diparu-paru ada flek. Sering keluar masuk RS. Saat usia 3 tahun nenek menyuruh orang tua saya untuk pulang ke Dampit karena rumah di Dampit kosong. Akhirnya saya tidak melanjuntukan pengobatan untuk paru-paru saya. Udara di Dampit cukup membuat saya bisa berkembang dengan baik sampai dewasa. Bisa menjalankan aktivitas seperti anak-anak lainnya meski dengan kondisi tubuh saya yang kecil dan sulit gemuk.
(Awal 2013) Sampai suatu ketika saat dirumah sendiri, saya sedang tiduran tiba-tiba batuk. Ketika ke kamar mandi,, yang keluar darah. Saya bilang ke ibu. Akhirnya hari senin ke puskesmas terdekat dan dokter menyarankan untuk ronsen dada. Ketika hasil ronsen sudah jadi, dokter menyarankan untuk ke RSUD Dr. Saiful Anwar Malang untuk memastikan. Karena dokter puskesmas sudah menjelaskan sedikit bahwa ada masalah di jantung saya. Kaget, terpukul.. pasti. Karena datang begitu tiba-tiba. Konsentrasi saya harus dipecah dari persiapan Ujian Nasional dan pengobatan.
Akhirnya hari kamis ke Malang sesuai arahan rujukan dari puskesmas. Dan disana disuruh untuk test darah, ronsen dada ulang, rekam jantung dan echocardiography. Dan itu berulang-ulang sampai tiap selesai try out harus ke Malang. Pernah berpikir untuk menyerah karena sudah terlalu capek dengan keadaan yang entah sampai kapan akan berjalan seperti ini.
Sampai akhirnya diagnosa keluar hasilnya Asd secundum dan PH severe. Saat itu resep obat yang diberikan hanya dorner dan harus beli sendiri karena biaya mandiri. Karena harga dorner yang lumayan,, jadi setiap bulan hanya mampu beli separo. Karena pengobatan terus berlanjut, akhirnya orangtua mendaftar BPJS mandiri. Dan Puji Tuhan dorner masuk di BPJS.
Sampai suatu ketika ada dokter di RSSA yang menyarankan untuk daftar YJI (Yayasan Jantung Indonesia) untuk daftar antrian operasi di RS. Harapan Kita. Mencari info dan formulirnya, daftar, dan pihak YJI sudah survei kerumah. Dan saat minta keterangan dokter Jantung untuk mendaftar,, dokter Heny saat itu menolak untuk memberikan ijin. Akhirnya pasrah dan tetap mengikuti pengobatan seperti biasa.
Tahun 2017 bulan Oktober, jadwal katerisasi jantung yang pertama. Dan disitu dokter bilang bahwa jantung saya belum bisa ditutup. Operasi besar tidak menjamin untuk sembuh. Jadi harus mengkonsumsi obat terus menerus. Akhirnya saya pasrah. Dan saat itu juga akan dijadwalkan untuk Echo ulang. Karena penjadwalan Echo terlalu lama, akhirnya tahun 2018 saya nekad untuk berhenti ke RS dan berhenti minum obat.
April 2019, saya batuk dan muntah darah lagi. Sampai darah yang keluar susah untuk di hentikan. Akhirnya saya ke RS terdekat dan disarankan opname. Disitu benar-benar sudah seperti tidak ada harapan lagi. Karena saat mau di rujuk ke RSSA, pihak sana tidak merespon karena terlalu sibuk dengan pasien covid. Saya minta pulang, dan dirumah lebih baik daripada RS. Saya mulai kontrol rutin kembali tiap bulan dengan dokter baru ditempat opname. Resep obatnya dorner, spironolactone dan furosemid.
Pergantian tahun 2020 ke 2021, saya sempat drop dan harus opname. Terasa sesak dan susah bernafas. Tindakan yang disarankan dokter jantung waktu itu pengambilan darah untuk mengurangi sesak yang saya rasakan. Akhirnya dokter jantung di situ, menyarankan untuk kembali ke RSSA karena Sildenafil sudah di cover BPJS. Saya kembali lagi kontrol rutin bulanan di RSSA sejak Maret 2021. Dan baru dapat Sildenafil Revatio bulan Maret kemarin. April 2021, saya dijadwal untuk katerisasi yang kedua. Dan hasilnya tetap masih belum bisa ditutup. Karena tekanan paru / tekanan PHnya masih tinggi. Jadi dokter menyarankan tetap minum obat dan sementara ini masih belum disarankan untuk katerisasi lagi yang ketiga.
Saat ini saya masih menjalankan treadmill untuk meningkatkan saturasi oksigen. Awal-awal ngerasa ingin menyerah dengan keadaan ini, tapi saya tau bahwa kehidupan terus berlanjut dan semua ini atas kehendak-Nya, karena Tuhan Maha Tahu, kalau saya dan teman-teman kuat untuk menjalani ujian cobaan hidup ini. Saya memilih untuk berdamai dengan sakit ini. Agar lebih mudah menjalani hari kedepannya. Stress pasti. Tapi semua saya jalani dengan ucapan syukur. Apapun yang sedang terjadi dalam hidup kita, kita percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Dia selalu ada untuk kita.
Kita harus selalu berpikir positif, selalu menjaga pola makan sehat, jangan biarkan hal-hal negatif memenuhi pikiran kita. Tetap jaga kesehatan, tetap senangkan diri sendiri kalau kita sehat, pasti kita bisa menyenangkan orang lain. Stay strong!!