Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatsapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.
Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799
PENGUMUMAN KULWAP YHPI
- Waktu : Kamis, 1 Agustus 2024
- Pukul : 19.00 – 20.30 WIB
- Narasumber : Marissa S. Purba, M.Psi. Psikolog
- Tema : Menjalani Keseharianku
- Moderator : Amida
Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI
Dalam menjalani keseharian kita, banyak sekali situasi yang berubah-ubah. Dari hal yang paling kecil seperti pindah tempat berbelanja, hingga perubahan besar pada kehidupan kita. Dalam menghadapi perubahan, penyesuaian diri diperlukan. Penyesuaian diri terkait dengan respons perilaku yang kita tampilkan pada kondisi yang berubah. Bila kita dapat menyesuaikan diri dengan perubahan, maka kita dapat menjalani hari hari kita dengan lebih baik.
1. Pertanyaan:
Nama: Vonny, Usia: 28, Domisili: Makassar. Pertanyaan:
- Apa yang terjadi jika kita tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan ..
- Bagaimana penyesuaian dri terhadap perubahan psikologis tentang perilaku..
Terima kasih
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Vonny. Bila kita sulit menyesuaikan diri dengan perubahan maka umumnya akan berdampak pada diri kita seperti :
- Kesulitan kita dapat menyebabkan stres dan kecemasan karena kita merasa tidak mampu menghadapi situasi baru atau perubahan dalam hidup kita.
- Kadangkala kita menjadi tidak berani untuk mengambil kesempatan baru yang sebenarnya bisa saja lebih baik
- Perubahan yang kita alami seringkali mempengaruhi hubungan dengan orang lain.
Penyesuaian diri terhadap perubahan dapat dilakukan dengan mengakui dan menerima perubahan yang terjadi terlebih dahulu. Kita mengenali apa saja perubahan yang terjadi, baru kita dapat menentukan apa yang harus kita lakukan. Misalnya : perubahan pekerjaan, kita harus mengenali tugas kita dan apa yang harus kita lakukan. Perubahan kondisi fisik, kita lalu mengenali apa saja hal yang dapat dan tidak dapat kita lakukan supaya kita dapat menyesuaikan diri dengan kondisi kita yang baru. Perubahan tidak dapat dihindari dalam keseharian kita, berubah menjadi lebih baik juga pilihan yang dapat dilakukan.
Vonny:
Yang mau saya tanyakan mba di poin 3. perubahan yang kita alami seringkali mempengaruhi hubungan dengan orang lain… itu maksudnya bagaimana mba.. maaf
Psikolog:
Jika kita tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan dalam hidup kita maka hubungan dengan teman, keluarga, atau rekan kerja bisa terganggu karena sulit memberikan respons yang dapat selaras dengan orang lain. Misalnya ya Mbak Vonny, kita merasa sedih dan marah terus menerus pada perubahan kondisi kesehatan kita, dibandingkan dengan mengubah cara hidup dan mendengarkan saran dari dokter, kita malah fokus pada kemarahan kita dan menolak bantuan dari orang lain. Kita menutup diri dan tidak mau lagi bergaul dengan orang lain bahkan keluarga sendiri. Tentu lama kelamaan akan mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain dan biasanya ke arah yang negatif, Mbak Vonny.
Vonny:
Maaf mba berarti klau sudah muncul amarah yang tidak bisa dikontrol lagi .. berarti kontrol di psikiater atau dimana mba ya?
Psikolog:
Bantuan profesional dapat diberikan oleh layanan seperti psikolog atau psikiater Mbak. Untuk tindakan atau terapi yang akan diberikan, akan disesuaikan dengan hasil konsultasi terlebih dahulu.
2. Pertanyaan:
Nama : Danu, Domisili : Nabire. Bagaimana saya akan mulai bekerja, saya ingin sekali bekerja. Tetapi saya takut mengecewakan bos atau teman-teman di tempat kerja. Karna kondisi saya yang terbatas. Seperti tidak bisa banyak melakukan kegiatan, atau angkat-angkat berat, atau perjalanan jauh.
Jawaban:
Halo Mbak Danu. Memulai pekerjaan dengan kondisi kesehatan tertentu memang bisa menjadi tantangan tersendiri ya Mbak Danu. Sebaiknya kita perlu pahami terlebih dulu apa saja keterbatasan kita dan bagaimana hal tersebut nantinya dapat mempengaruhi pekerjaan.
Di sisi lain, kenali juga kekuatan dan keahlian yang dimiliki yang bisa menjadi nilai tambah bagi pekerjaan kita nantinya. Fokus pada keahlian yang bisa kembangkan sebagai modal untuk bekerja (misalnya yang tidak membutuhkan aktivitas fisik berat).
Sebelum bekerja, jika memungkinkan jalin komunikasi terbuka dengan atasan dan rekan kerja mengenai keterbatasan kita. Keterbukaan ini dapat membantu mereka memahami situasi kita dan mencari solusi bersama untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung seperti kondisi yang Mbak Danu sebutkan tadi.
Mungkin juga sebaiknya sejak awal dapat mencari bidang kerja yang lebih sesuai dengan kondisi Mbak Danu misalnya dengan mencari informasi dari komunitas kesehatan yang sama sehingga mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan Mbak Danu.
Yang paling penting adalah Mbak Danu jangan lupa untuk mengelola kondisi fisik dan mental, jangan lupa bahwa dalam kondisi stress dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan sebaliknya. Salut untuk semangat bekerjanya, Mbak Danu.
3. Pertanyaan:
Nama: Ririn, Usia: 33, Domisili: Jepara. Saya sejak kecil termasuk seseorang yang pendiam dan penakut, setelah dewasa dan bekerja saya dituntut untuk menjadi seorang yang pemberani dan pandai bicara. Selain itu, setelah menjadi seorang Ibu saya hrs bisa mengerjakan semuanya sendiri padahal dulu saya termasuk anak yang jarang mengerjakan pekerjaan rumah. Setelah saya beradaptasi dengan semua itu, beberapa tahun setelahnya saya didiagnosa penyakit jantung bawaan ASD+PH. Apakah perubahan psikologis berpengaruh pada kesehatan fisik? Terima kasih
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Ririn. Semoga saya dapat memberikan jawaban yang sesuai ya 🙂 Benar ada hubungan antara kondisi psikologis dengan kondisi fisik dimana keduanya saling mempengaruhi. Misalnya kita ketahui bahwa kondisi stress dan cemas dapat berdampak pada lambung dan juga sakit kepala, melemahkan kekebalan tubuh dll.
Sebaliknya, kondisi tubuh seperti sedang sakit atau tidak nyaman membuat kita merasa cemas atau stress. Tidak hanya yang negatif, kondisi psikologis yang positif juga mempengaruhi fisik kita seperti membuat kita merasa lebih sehat dan bersemangat dalam menjalani terapi/pengobatan kita.
Mbak Ririn sudah melalui berbagai penyesuaian dalam hidup ya Mbak, memang dalam keseharian banyak hal yang membutuhkan penyesuaian diri. Dari hal yang kecil hingga yang besar seperti kondisi kesehatan. Adanya perubahan pada kondisi kita akan membutuhkan penyesuaian baik kegiatan kita hingga cara kita memandang kondisi kita. Jangan lupa bahwa kondisi fisik dan psikologis salaing mempengaruhi. Semoga Mbak Ririn dapat menyesuaikan diri selalu pada berbagai perubahan dalam hidup. Semangat juga untuk Mbak Ririn.
Ririn:
Terima kasih atas jawabannya dokter, berarti intinya kita harus bahagia untuk mempercepat proses penyembuhan y dok…tapi sejak divonis sakit sudah 6 tahun terakhir ini jadi sering cemas, takut, kliyengan, pusing dan tidak PD jika berhadapan dengan orang banyak
Psikolog:
Reaksi cemas, takut, pusing dan tidak percaya diri adalah respons kita terhadap perubahan yang sulit dalam hidup Mbak. Saya sarankan jika sudah cukup lama mengganggu Mbak Ririn, sebaiknya dikelola dengan bantuan orang-orang terdekat Mbak Ririn, ataupun bantuan profesional seperti psikolog/psikiater Mbak. Supaya Mbak Ririn bisa mengurangi kecemasan dan rasa takut yang mengganggu Mbak Ririn. Semoga bisa menjadi lebih bahagia ya Mbak 🙂
4. Pertanyaan:
Nama : Sahanaya, Umur :33, Asal: NTT. Saya bekerja sebagai bidan puskesmas, bagaimana caranya mengatasi panik jika dengan pasien atau dengan banyak orang.
Jawaban:
Halo Mbak Sahanaya. Pada dasarnya reaksi panik terjadi ketika kita merasa cemas dengan kondisi yang tidak pikir tidak bisa kita kendalikan. Reaksi panik dan cemas merupakan respons alamiah dari manusia, yang menandakan adanya “bahaya” bagi kita. Karena alami maka semua orang pernah mengalaminya.
Orang yang profesional sekalipun seperti bidan jika sedang merasakan panik dapat membuatnya lupa prosedur yang sudah diketahuinya dengan baik. Oleh sebab itu, kondisi panik dan cemas yang umum itu tetap harus dikelola agar dapat bekerja dengan optimal.
Cobalah untuk melakukan pengaturan napas karena biasanya panik ditandai dengan napas yang menjadi tidak beraturan, detak jantung lebih cepat dan berbagai reaksi fisik. Beri waktu sesaat untuk kita meredakan kecemasan kita.
Atur napas teratur selama beberapa detik, sampaikan kata-kata yang netral pada diri kita seperti “aku sedang panik, tapi ini hanya sesaat dan ini normal terjadi”.
Jika memungkinkan, sampaikan pada teman kerja kita jika kita merasa membutuhkan dukungan lebih. Apabila situasi ini sering terjadi dan mempengaruhi kinerja Mbak Sahanaya, konsultasi ke profesional seperti psikolog atau psikiater juga dapat menjadi pilihan. Semoga membantu Mbak Sahanaya.
5. Pertanyaan:
Nama: Riza, Usia: 32, Domisili: Jogja. Jadi artinya apakah bisa dikatakan Perubahan diri dari ekstrovet ke introvet itu tidak berhasil dalam penyesuaian diri bila perubahan yang terjadi tidak sesuai harapan dalam hal kesehatan?
Padahal diri merasa baik2 saja ketika menarik diri dari lingkungan sosial. Apakah respon tersebut baik untuk keadaan mental? Karena kalo untuk keadaan fisik cukup baik karena banyak mengurangi kegiatan di luar rumah. Terima kasih.
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Riza. Penyesuaian diri tidak selalu tentang relasi dengan lingkungan yang besar dan mampu berinteraksi dengan semua orang. Penyesuaian diri dimaknakan kepada berbagai perubahan dalam kehidupan kita yang selalu terjadi dan perilaku yang kita tampilkan pada perubahan itu.
Apabila kita tidak menyesuaikan diri dengan kondisi yang berubah dalam hidup dengan cara kita sendiri (tapi yang positif ya) maka kita akan menemukan kendala dalam menjalani keseharian kita.
Misalnya dalam perubahan kondisi kesehatan kita, ada kegiatan yang harus berubah, ada cara hidup yang harus berubah, ataupun ada perubahan dalam relasi sosial kita maka kita menyesuaikan diri. Pada kondisi kesehatan kita yang sedang tidak nyaman, lantas kita lebih memilih lingkungan kecil yang suportif untuk kita dan membantu kita menyesuaikan diri dengan kondisi yang baru, maka akan baik untuk dilakukan.
Tidak berarti kita harus mengubah diri kita kepada sosok yang dianggap ideal untuk lingkungan karena kita yang dapat memilah kondisi seperti apa yang lebih baik untuk kesehatan kita secara fisik/psikologis. Semoga dapat membantu ya, Mbak Riza
6. Pertanyaan:
Nama: Eris, Usia: 34, Domisili: Solo. Bagaimana mengelola emosi dan pikiran ketika anak sedang sakit pasti bawaan saya stress, nangis terus, dan over thinking, takut anak kenapa-kenapa, padahal saya sendiri sedang sakit PH. Takutnya tidak bisa maximal dalam menjaga anak yang sedang sakit dan takut disalahkan orang karena biasanya kalau anak sakit, pasti salah ibunya.
Jawaban:
Hai, Mbak Eris. Adanya kondisi yang tidak menyenangkan pasti mempengaruhi kita, secara psikologis maupun fisik. Perasaan takut dan menangis adalah respon yang otomatis timbul pertama kali ketika kita menyadari adanya bahaya pada kita atau orang lain yang kita sayangi. Tidak apa untuk mengekspresikannya terlebih dulu selama beberapa saat, Mbak Eris.
Setelahnya persiapkan diri Mbak Eris dengan menenangkan diri, atur napas dan minum dulu. Setelah relaksasi sesaat tadi, mulai telusuri permasalahan yang dihadapi dan kenali apa yang dapat dikendalikan. Misalnya : membawa ke rumah sakit, menghubungi orang orang yang anda yakin tidak akan menyudutkan anda untuk membantu dan tindakan lainnya.
Di sisi lain, Mbak Eris memiliki kondisi kesehatan tertentu sehingga mempersiapkan diri dengan tetap menjaga istirahat dan makan makanan yang sehat dan berolahraga ringan sesuai anjuran dokter sebaiknya dilakukan. Hal ini bertujuan membantu menguatkan anda ketika harus berperan sebagai ibu jika anak sakit. Memang tidak mudah merawat anak, tetapi anda juga harus tetap dalam kondisi prima sesuai keadaan anda agar bisa menjalankan peran sebagai ibu ataupun sebagai seorang Eris. Yang kuat ya Mbak Eris.
7. Pertanyaan:
Nama: Saras, Usia: 24, Domisili: Bali. Saya di diagnosa F31.6 di salah satu RS yang ada di Bali. Setelah terdiagnosa saya sempat pindah ke Jogja dan meneruskan pengobatan, berkali-kali ganti obat sampe merasa ga kurang cocok dengan obatnya karna merasa banyak stressor nya di jogja, juga dokter hanya meresepkan obat tanpa terapi lain seperti saat di bali, akhirnya saya pindah lagi ke bali dan sudah hampir sebulan berhenti obat dan menerapkan hidup sehat, juga selalu menyemangati diri sendiri ketika pikiran ini ingin merendahkan diri ini bahwa semua akan baik baik saja.
Ketika merasa hampir manik atau hampir depresi, saya selalu mencoba untuk mengendalikan diri dengan berfikir “sepertinya saya hampir manik/depresi”, dengan mencoba mengatur jam tidur agar tidak larut malam meski masing sering terbangun setiap 2/3 jam sekali. Karna ketika saya minum obat, saya jadi malas bangun dan terlalu lelap sedangkan saya masih punya 2 toddler dan sedang LDM dengan suami. Setelah beberapa hal dari lingkungan mentrigger saya dengan trauma saya, akhirnya sekarang saya membiarkan semuanya lewat mengalir begitu saja.
Apakah dengan perlakuan cuek saya terhadap orang-orang yang sering mengatur kehidupan saya, yang selama ini selalu menganggap saya ngeyel dan tak mau mendengarkan arahan mereka, itu terlihat saya egois kah? Apakah dengan saya cuek menjadikan saya orang yang dzolim? Karna sekarang saya menganggap apapun yang mereka ucapkan itu hanya pendapat mereka yang kalau itu buruk bagi saya, saya tidak akan melaksanakan nya. Dan apakah jika saya berhenti minum obat, itu akan membuat semakin parah? Karna kalau tidak salah itu jg termasuk kronis ya? Dan apakah saya perlu hypnotherapy untuk menghilangkan trauma saya? Atau terapi selain obat contohnya apa saja? Karna saya hanya mencari-cari edukasi melalui sosmed. Tapi saya merasa lebih bisa mengontrol diri saya tanpa obat karna memang saat minum obat, masalahnya malah tambah banyak dengan saya dapat stigma bahwa penyakit jiwa itu sangat buruk dengan perkataan bahwa saya orang yang punya penyakit hati, yang jauh tidak punya iman, dan dibilang pemalas karna sering ketiduran. Terimakasih dok
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Saras. Berdasarkan cerita Mbak Saras tadi, ada kondisi yang menantang dalam menjalani keseharian dan diagnosa yang sudah tegak ya Mbak?
Mungkin saya tidak dapat menjawab secara mendalam melalui kulwap ini dan saya sangat menyarankan Mbak Saras didukung oleh profesional psikolog atau psikiater secara langsung. Benar bahwa stigma tentang kesehatan psikologis sifatnya cukup negatif ya Mbak sehingga menjadi kendala tersendiri bagi kami untuk memberikan bantuan.
Untuk kondisi tertentu yang sudah cukup jelas (diagnosa) dan terutama bila berdampak pada kesejahteraan seseorang ataupun lingkungan sekitarnya, penggunaan obat diperlukan. Hanya saja harus dikonsultasikan terlebih dahulu untuk menemukan pengobatan yang tepat. Di samping itu, adanya dukungan melalui peran psikolog dapat membantu untuk dapat menjalani keseharian kita. Terapi yang sesuai akan ditentukan pada saat sudah bertemu dengan psikolog sehingga saya pun tidak dapat memastikan bahwa hipnoterapi adalah kebutuhan Mbak Saras saat ini.
Untuk pendapat orang lain, upayakan untuk memikirkan dan mengolahnya pada saat situasi perasaan Mbak Saras sedang netral agar dapat memilah usulan ataupun maksud dari pendapat orang sekitar Mbak Saras. Semoga Mbak Saras dapat menemukan dukungan psikologi dan kesehatan yang sesuai untuk menyesuaikan diri dengan keseharian Mbak Saras
Saras:
Terimakasih dok. Saya masih sering ketrigger dengan lingkungan saya ketika saya konsumsi obat dan terlalu lelap, malah dibilang males, lalu saya sampaikan bahwa saya ada gangguan mental, dan lingkungan pun malah semakin mencibir saya dengan kalimat “ga ada penyakit gitu2an yang ada itu saya kurang sabar kurang bersyukur dan kurang beriman” Dan itu terus ada di pikiran saya berulang, sampai saya selalu merendahkan diri saya sendiri. Dan kalau saya minum obat, saya sampe tidak punya rasa cinta terhadap suami dan anak2 saya, bahkan malah emosinya terlampiaskan ke mereka, terutama ibu kandung saya yang sering menyalahkan saya, itu yang membuat saya sering berontak karna trauma masa kecil saya yang sering di pukul. Jadi saya memilih tinggal di bali bersama suami agar tidak berantem saya ibu saya. Memicu depresi saya, kasian sama ibu, tapi ibu selalu menyalahkan saya
Psikolog:
Mungkin lingkungan saat ini belum dapat memahami yang Mbak Saras hadapi. Saya sungguh menyarankan Mbak Saras untuk mendapatkan bantuan yang sesuai melalui psikolog atau psikiater agar dengan tepat membantu kondisi Mbak Saras saat ini. Mungkin untuk malam ini berikut yang saya dapat sampaikan, semoga sedikit banyaknya membantu Mbak Saras.
“Penyesuaian diri bukan hal yang mudah dan cepat untuk dilakukan. Perlu proses untuk dapat memahami bahwa kita harus melakukan perubahan agar dapat menjalankan keseharian kita dengan kondisi psikologis yang lebih baik. Kenali perubahan yang terjadi dalam hidup kita dan kenali tindakan yang dapat kita lakukan karena perubahan tidak dapat kita hindari dalam kehidupan kita sehari-hari. Cari dukungan dari lingkungan kita dan juga bila diperlukan bantuan profesional dapat segera ke psikolog atau psikiater. Semangat selalu teman-teman YHPI.”_ Marissa S. Purba, M.Psi., Psikolog