Mendampingi Anak Dengan Keadaan Istimewa -KULWAP

///Mendampingi Anak Dengan Keadaan Istimewa -KULWAP

Mendampingi Anak Dengan Keadaan Istimewa -KULWAP

Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatsapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.

Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799

 PENGUMUMAN KULWAP YHPI

  • Waktu : Rabu, 21 Juni 2023
  • Pukul : 19.00 – 21.00 WIB
  • Narasumber : Yusrinda S. Diwanti, M.Psi., Psikolog
  • Tema : Mendampingi Anak Dengan Keadaan Istimewa
  • Moderator : Amida

Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI

 

Mendampingi anak secara optimal adalah harapan semua orang tua atau pun caregiver. Keadaan istimewa yang dialami anak dapat memberikan dampak bagi anak dan orang tua, terutama dalam kehidupan sehari-hari. Diperlukan pemahaman agar dapat membantu anak berkembang secara optimal sesuai dengan potensi dan keadaannya. Pendampingan secara lekat dan hangat sangat diperlukan oleh anak untuk bertahan menghadapi keadaan istimewa yang ia alami. Di sisi lain, orang tua juga perlu menjaga dan menguatkan diri untuk dapat mendampingi anak.

Orang tua dapat mengkomunikasikan keadaan istimewa kepada anak seperti mengajak anak berdiskusi mengenai keadaannya, dampaknya pada kegiatan sehari-hari, memberikan informasi secukupnya sesuai dengan usia anak, serta memberikan penguatan bagi anak.

Pendampingan seperti komunikasi secara terbuka dan hangat, memiliki rutinitas yang konsisten, memiliki aturan dan batasan yang jelas, memberikan ekspektasi mengenai perilaku anak yang diinginkan, memberikan apresiasi, dukungan, penguatan, serta kesempatan untuk mengekspresikan diri dan emosinya merupakan hal yang penting dan dibutuhkan oleh anak.

Di sisi lain, orang tua juga perlu menjaga kesehatan tubuh dan kesehatan mental dengan memiliki waktu untuk diri sendiri, memenuhi kebutuhan diri, memiliki cara untuk mengatasi stress dan tantangan, serta terhubung dengan dukungan sosial yang dibutuhkan untuk mendampingi anak dengan keadaan istimewa.

1. Pertanyaan:

Nama: Yuli, Usia anak: 20 bulan, Domisili: Jakarta. selamat pagi Bu, bagaimana ya mengatasi anak yang tantrum sedangkan kita tuh gak tau maunya apa dan apa yang dia rasain, ketika tantrum dia hanya nangis dan teriak ,gak mau ngomong apa yang dia mau, aku berusaha untuk terus sabar karena aku yakin dia pasti ngerasain sakit yang kita tuh gak bisa liat, tapi terkadang rasanya pengen emosi dan bahkan pengen nangis, mohon jawabannya kak terimakasih.

Jawaban:

Selamat malam Ibu. Memang tidak mudah ya Bu, melihat dan mengatasi tantrum pada anak terlebih kalau kita tidak tahu apa yang ia rasakan. Di satu sisi, tantrum merupakan hal wajar terjadi pada anak usia 20 bulan karena di usianya ini ia kesulitan dan masih dalam tahap belajar mengekspkresikan emosi kompleks yang ia rasakan ke dalam kata-kata. Orang tua dapat mencegah perilaku tantrum pada anak dengan memenuhi kebutuhan dasarnya seperti makan, minum, tidur, kebersihan diri, dan lain sebagainya.

Pemenuhan kebutuhan dapat mengurangi ketidaknyamanan yang memicu perilaku tantrum. Kemudian saat anak sedang tantrum, orang tua dapat menenangkan diri terlebih dulu seperti mengatur pernapasan, membayangkan bahwa tantrum adalah situasi yang juga tidak nyaman bagi anak, tantrum adalah proses bagi setiap anak untuk dapat mengekspresikan dan mengelola dirinya.

Di saat ini, anak sangat membutuhkan pendampingan dan penerimaan dari orang tuanya. Setelah merasa tenang, orang tua dapat berbicara dengan anak menggunakan volume suara yang rendah, tenang, dan perlahan. Akui emosi anak misalnya mengatakan “adik sakit ya badannya” “adik sedih ya badannya ngga enak”.

Berikan waktu bagi anak untuk menyelesaikan tangisan/amukannya dengan tetap berada di sekitar anak sehingga ia tahu bahwa orang tuanya tetap tersedia baginya sambil orang tua mengawasi perilaku-perilaku yang tidak diinginkan. Berikan pelukan dengan diam, pelukan dapat membuat anak merasa aman dan memberitahunya bahwa orang tua peduli dengannya, bahkan jika orang tua tidak setuju dengan perilakunya.

Ketika anak sudah tenang, ajari anak untuk menyampaikan perasaan dan kebutuhannya dengan cara yang tepat. Berikan contoh untuk dapat menyampaikan hal yang ia rasakan secara verbal.

Yuli:

Berarti harus menunggu timing yang tepat ya kak untuk sounding

Psikolog:

Betul Ibu, membacakan buku cerita tentang pengelolaan emosi misalnya tokohnya menangis sambil memeluk bantal dapat menjadi media belajar bagi anak. Buku cerita tersebut dapat memberikan contoh bagaimana mengelola emosinya.

Kita juga dapat mengatakan bahwa ia boleh menangis, namun tidak boleh berteriak-teriak, melempar barang, atau guling-guling di lantai misalnya saat sedang berbicara santai dengan anak. Hal tersebut dapat menjadi kesempatan kita menyampaikan ekspektasi atas perilakunya.

2. Pertanyaan:

Nama : Riska, Usia anak : 5 tahun, Domisili : Jawa timur. Assalamualaikum bu saya mau bertanya anak saya usia 5 tahun dengan diagnosa dokte spA Autisme ringan dan cenderung hiperaktif nah disini kan harusnya udah usia sekolah TK tapi ini saya terapikan wicara dan okupasi alhamdulillah sudah ada kemajuan untuk bicara sudah mau yang mau saya tanyakan apa anak saya ini tetap lanjut terapi atau saya masukan ke TK saja mengingat usianya sudah 5tahun terimakasih

Jawaban:

Waalaikumsalam wr wb Ibu. Untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku dan perkembangan anak saat ini akan lebih baik jika melakukan evaluasi perkembangan lagi, termasuk evaluasi terapi yang sudah dijalani. Biasanya anak perlu dipastikan terlebih dulu untuk dapat duduk dan mengikuti instruksi saat masuk TK agar dapat membantu ia bermain dan belajar dengan optimal sesuai dengan kemampuannya di sekolah.

Dari hasil evaluasi perkembangan dan terapi akan didapatkan hasil rekomendasi untuk bersekolah. Kalaupun Ibu berencana untuk menyekolahkan anak ke TK, kita perlu memilih sekolah yang tepat bagi anak. Misalnya bersekolah di sekolah inklusi yang memiliki program pembelajaran individual (PPI) yang disesuaikan dengan kemampuan anak, fasilitas sarana prasarana yang menunjang kegiatan bermain dan belajar anak, serta guru pendamping untuk mendampingi anak secara intensif dan konsisten.

Orang tua pun perlu memfokuskan pada aspek perkembangan, kemandirian, dan kemampuan bantu diri. Orang tua dan guru dapat bekerja sama untuk menstimulasi perkembangan anak secara konsisten di rumah dan sekolah. Sekolah inklusi diharapkan dapat membantu ia berinteraksi dengan teman sebaya dan lingkungan sosial yang beragam. Di sisi lain, perlu juga tetap melanjuntukan terapi dan stimulasi secara konsisten di rumah akan dapat membantu anak mendapatkan stimulasi dalam mengoptimalkan kemampuannya.

3. Pertanyaan:

Nama anak : earlyta, Usia : 8 th. Assalamualaikum maaf  ijin bertanya, earlyta memiliki riwayat selain ASD, PH (Hipertensi Paru) juga memiliki riwayat  gangguan adalah, gangguan komunikasi, cerebral palsy spastis, suspek disabilitas intelektual, dan disleksia, tapi alhamdulillah sudah closure, dan bisa seperti anak normal lainnya.. yang menjadi kendala saat ini meretas dileksia nya.. dan saat ini earlyta mau duduk dikelas 2, apakah perlu ya ada tes IQ lagi.. ? Dan apakah dengan anak belajar lebih dari anak-anak normal lainnya mempengaruhi psikologisnya ? Apakah anak akan menjadi tertekan ? Bagaimana cara menerapkan belajar yang baik untuk anak dileksia ? Maaf jadi banyak pertanyaan

Jawaban:

Waalaikumsalam wr wb Ibu. Pemeriksaan kembali, seperti pemeriksaan potensi kecerdasan serta perkembangan anak dapat dilakukan kembali untuk mendapatkan gambaran potensi dan perkembangan anak, termasuk aspek-aspek yang perlu distimulasi lebih intensif. Sebagai bekal bagi orang tua dalam stimulasi dan mengoptimalkan potensi anak.

Pemeriksaan juga dapat membantu kita untuk menegakkan diagnosa kemudian memfokuskan treatment yang diperlukan anak saat ini. Orang tua juga dapat bertanya kepada psikolog klinis anak/dokter tumbuh kembang yang melakukan pemeriksaan mengenai kegiatan-kegiatan konkret yang dapat dilakukan untuk mendampingi anak di rumah.

Untuk belajar, memiliki jadwal rutin belajar di rumah yang telah didiskusikan dengan anak dapat membantu anak memprediksi kegiatan dan mengelola dirinya. Di satu sisi, perlu disesuaikan dengan kemampuan anak, misalnya belajar selama 30 menit dengan jeda selama 5 menit untuk melakukan peregangan atau istirahat baru kemudian melanjutkan belajar. Belajar menggunakan media, contoh konkret, bantuan visual dan audio mungkin diperlukan oleh anak agar  dapat membantu dalam menangkap dan memahami materi pelajaran.

4. Pertanyaan:

Nama Anak : Auliya, Usia : 13 Tahun. Maaf Ijin Bertanya Bagaimana Cara memberikan Pengertian kepada Anak untuk bisa menerima Kondisinya saat Ini, apalagi usia Anak Saya beranjak Remaja yang Kadang Perlu Pengertian Yang ekstra. Dan satu lagi pasti Ini jadi Problem untuk Ibu² juga Untuk disiplin agar anaknya mau minum Obat tepat waktu. Karena Yang saya rasakan cukup Sulit Dan kadang harus bersitegang Dengan anak Agar dia mau Minum Obatnya. Terimakasih

Jawaban:

Selamat malam ibu. Mendampingi perkembangan remaja memang susah-susah gampang ya Bu, pasti rasanya menantang dengan ciri khas perubahan emosi yang ditunjukkan oleh remaja. Menerima kondisi dan keadaan yang berbeda dengan teman sebaya juga sebenarnya tidak mudah dilakukan oleh remaja. Apalagi di usianya sebagai remaja, diterima dan memiliki hubungan dekat dengan teman sebaya merupakan hal yang penting.

Yang dapat kita lakukan sebagai orang tua, kita dapat memberikan kesempatan bagi anak dalam mengekspresikan diri dan emosinya secara terbuka. Orang tua dapat mengajak anak berdiskusi dan bercerita mengenai hal yang ia pikirkan dan rasakan, apa yang membuat ia berpikir dan merasakan hal tersebut, apa yang ia inginkan, apa keadaan istimewa yang ia alami, bagaimana dampaknya pada kehidupan sehari-hari, cara apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya, serta dukungan/bantuan seperti apa yang ingin ia dapatkan dari orang tua.

Kegiatan tersebut juga dapat memperkuat hubungan antara remaja dan orang tua dengan menunjukkan bahwa orang tua peduli, berempati, mau mendengarkan permasalahannya, dan memberikan dukungan emosional yang ia butuhkan.

Untuk membiasakan anak minum obat tepat waktu, orang tua dapat mengajak ia berdiskusi/mengobrol mengenai mengapa ia perlu minum obat, mengapa harus tepat waktu, apa konsekuensinya jika tidak minum obat tepat waktu, apa yang menjadi kendalanya, apa yang bisa kita bantu sebagai orang tua.

Berikan apresiasi dan penguatan, misalnya berikan pujian verbal “mama senang tadi kakak bisa minum obat sendiri, tepat waktu juga. Terima kasih ya” dan memberikan pengingat seperti alarm yang diatur beberapa menit sebelum waktunya untuk mengingatkan anak akan jadwal minum obat. Orang tua dan anak juga dapat berdiskusi mengenai konsekuensi menyenangkan jika dapat minum obat secara rutin tanpa perlu diingatkan.

Sebagai contoh, jika mampu minum obat secara tepat waktu tanpa diingatkan ia mendapat 1 poin. Poin tersebut dapat dikumpulkan dan ditukar dengan makanan kesukaan/aktivitas menyenangkan baginya di akhir pekan, seperti 10 poin ditukar dengan berjalan-jalan bersama keluarga dan lain sebagainya.

Auliya:

Ngobrol sama anak Tentang Pentingnya Minum obat tuh sering, tapi ya Begitu besokannya Kembali lagi. Saya selalu tanya Kenapa alasannya Teh gak mau Minum Obat ? Jawaban simple Yaitu ” Cape ”

Psikolog:

Kita bisa akui dulu perasaannya dengan mengatakan “teteh capek ya harus minum obat setiap hari” berikan dukungan yang ia butuhkan atau tawarkan bantuan misalnya “teteh mau dipeluk dulu?” atau “apa yang bisa mama bantu buat mengurangi capeknya teteh minum obat?” kemudian dapat juga menggunakan poin tadi sebagai reward secara konsisten yang dapat membantu menguatkan anak untuk dapat minum obat secara mandiri.

Atau mungkin Bapak Ibu disini ada yang memiliki cara atau trik lain mengajak anak untuk minum obat secara mandiri? Atau mungkin Bapak Ibu disini ada yang memiliki cara atau trik lain mengajak anak untuk minum obat secara mandiri?

5. Pertanyaan:

Nama anak: Apryla, Usia 15 tahun. Alhamdulillah setahun perjalanan berobat ,anak saya masih baik2 saja ..dia hanya sesekali mengeluh kenapa belum ada panggilan buat operasi …mungkin dia jenuh juga kelamaan di rumah.

Tapi dia jadi ga mau nerusin sekolahnya ..malah mintanya kaya masuk klub olah raga kaya basket tenis yang memang jadi cita-cita nya dari dulu ..itu kan hal yang ga mungkin ..saya sudah berusaha kasih pengertian bahwa pisik dia sedang sakit insya Alloh nanti pasti bakal bisa basket atau pun tenis ..sabar ya berdoa..dia tertegun dan bergumam ini teh sampai kapan begini..

Selang beberapa hari sampai saat ini dia ceria bu ..tapi tetep ga mau nerusin sekolah ..kalo bgtu apakah keadaan jiwa anak saya baik-baik saja bu ..atau apakah dia sudah bisa menerima keadaannya bahwa dia lagi sakit. Saya takutnya dia memendam rasa ga berani mengungkapkan isi hatinya sama saya  Apa yang harus saya lakukan agar bisa menumbuhkan semangat sekolahnya lagi .. saya agak bingung juga karena setiap saya berusaha menyingggung masalah sekolah dia berlalu seperti ga mau denger , begitu bu curhatan saya …terima kasih sebelumnya..

Jawaban:

Selamat malam Ibu. Saya membayangkan tidak mudah bagi anak untuk melepaskan cita-cita dan kegiatan kesukaannya sejak dulu karena keadaan istimewa yang sekarang sedang ia alami. Saya sepakat dengan ibu bahwa pengertian, dukungan, dan penguatan terus menerus dari orang tua masih sangat ia perlukan untuk membantu ia menerima keadaannya secara perlahan.

Sebagai remaja, ia membutuhkan orang tua yang terkadang mau berperan sebagai temannya yaitu menjadi pendengar dan teman diskusi yang baik. Orang tua dan anak dapat memiliki quality time misalnya, untuk bercerita mengenai apa yang ia rasakan, apa yang ia pikirkan tentang sekolah, rencana apa yang ia miliki, jika sekolah lagi bagaimana, bagaimana ia memandang keadaan istimewa yang ia miliki saat kembali ke sekolah, serta apa harapan orang tua terhadap anak.

Orang tua juga bisa mengajak anak untuk mencari alternatif kegiatan lain (selain aktivitas fisik yang berat) yang dapat ia lakukan sebagai hobi/mengisi waktu luang, kegiatan menyenangkan namun tidak mengganggu kondisinya. Sebagai contoh kegiatan seni, memasak, DIY, dan lain sebagainya. Kegiatan tersebut juga dapat menjadi media untuk mengekspresikan emosinya.

Jika dirasa perlu dan terlihat bahwa sudah mengganggu kehidupan sehari-hari anak, ibu juga bisa mengajak anak untuk melakukan konseling ke psikolog agar ia dapat mengekspresikan diri dan emosi secara lebih terbuka.

Apryla:

Terima kasih bu saya faham, pernah suatu waktu saya mengajaknya  memasak bu keliatannya dia happy dan malah ngebet nyari uang sendiri bu, saya menanggapinya dengan senyum aja bu, gimana tuh bu, malah dia suka ikutan jualan sama saya, ya saya bawa aja pikiran saya daripada dia ngelamun atau tiduran dengan harapan suatu aaat dia bisa tergugah hatinya untuk melanjuntukan sekolah..apakah yang saya lakukan sudah benar bu

Psikolog:

Bisa juga Bu dengan cara tersebut, sambil sesekali kita ajak untuk ngobrol santai tentang sekolah. Ibu bisa sampaikan apa harapan ibu kepada anak, misalnya ibu ingin ia sekolah lagi. Akui kekhawatirannya untuk kembali sekolah “mama ngerti kalau kakak khawatir buat sekolah lagi, kakak rencananya gimana? Apa yang bisa mama bantu biar kakak bisa PD untuk sekolah lagi” sekolah seperti apa yang ia inginkan, atau misalnya bersekolah vokasional yang sesuai minatnya. Misalnya seperti itu Bu.

Selain menjaga kesehatan fisik dan mental anak, semoga Ibu Bapak juga tetap ingat untuk menjaga kesehatan fisik dan mental diri sendiri ya. Memiliki dukungan sosial seperti grup orang tua yang memiliki anak dengan keadaan yang sama, dukungan dan kerja sama dengan pasangan, dukungan dari teman dan anggota keluarga juga diperlukan bagi Ibu Bapak agar punya semangat untuk terus mendampingi anak.

“Demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan dan jawab mengenai materi Mendampingi Anak dengan Keadaan Istimewa. Mudah-mudahan sesi diskusi kita malam ini bisa bermanfaat bagi Ibu Bapak sekalian. Mohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan. Izinkan saya menyampaikan quotes yang tadi saya baca, “I can’t promise miracles, but there’s always hope. There will be some small advance in your child’s condition tomorrow that may not be today.” — Dr. Arnold Greenfield. Terima kasih sudah selalu berusaha dan bertahan mendampingi anak Ibu/Bapak dengan keadaan istimewanya. Terima kasih atas partisipasinya. Semoga Ibu Bapak juga sehat selalu.”_Yusrinda S. Diwanti, M.Psi., Psikolog

By | 2023-07-15T08:40:04+00:00 July 15th, 2023|Kuliah lewat WhatsApp|0 Comments

About the Author:

Yayasan
Yayasan Hipertensi Paru Indonesia adalah komunitas pasien, keluarga, dan kalangan medis pemerhati Hipertensi Paru. Silakan klik Daftar Anggota untuk bergabung dalam komuniitas dan klik IndoPHfamily untuk bergabung di forum utama pasien di Facebook
Open chat