Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatsapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.
Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799
PENGUMUMAN KULWAP YHPI
- Waktu : Selasa, 17 September 2024
- Pukul : 19.00 – 20.30 WIB
- Narasumber : Mariska S. Rompis, M.Psi., Psikolog
- Tema : Membersamai Kesendirian & Meraih Orang-Orang Sekitar
- Moderator : Amida
Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI
Jadi sebetulnya tema Loneliness ini saya pilih karena loneliness – atau kesepian – adalah hal yang saya akan bilangnya kecil-kecil cabe rawit. Kecil sih, ngga ganggu-ganggu amat sih, tapi berpotensi membahayakan kita secara fisik dan mental kalau dibiarkan terus-menerus ada dalam diri kita. Banyak klien yang datang pada saya tuh susah sekali untuk mengakui kalau sebetulnya mereka kesepian. Butuh temen ngobrol, butuh temen main, atau sekedar pengen didengerin aja ceritanya. nanti ujung-ujungnya sok-sok menguatkan diri, ‘ah ngga apa-apa, aku bisa kok sendiri’. Pasti ada kan di antara rekan-rekan yang ujungnya melakukan hal ini?
Saya suka bilang sama klien juga, kesepian tuh kayak kentut loh, kalo ditahan kan bikin sakit perut ya… Sama kok, rasa kesepian juga gitu loh. Malah lebih serem, kalo dibiarkan. Berkepanjangan rekan-rekan dapat meningkatkan risiko penyakit fisik (diabetes, hipertensi, penyakit kardiovaskuler) atau mental (depresi, kecemasan, dementia, alzheimer’s)
Pada dasarnya, kita kan makhluk sosial ya, memang merupakan makhluk yang berkelompok, bukan soliter. Sehingga, kalau kita berpikir kita ngga punya siapa-siapa, bisa berdampak buruk untuk kita… Ga ada yang dukung, ga ada yang bantu, ga ada temen nongkrong, dsb
Kesepian juga bisa muncul dalam berbagai bentuk ya – kesepian bisa muncul walaupun kita ada di tengah banyak orang sekalipun. Misalnya nih, kita ada di ada tengah-tengah orang tapi ngga nyambung nih obrolannya sama orang-orang.. Bisa ngerasain kesepian juga kok. bisa disimak di slide yang saya bikin ya ciri-cirinya apa aja hehehe
kebalikan dari kita bisa kesepian walaupun di tengah banyak orang, sendirian juga ngga harus jadi kesepian lho. banyak dari kita yang lebih menikmati waktu sendirian atau sedang butuh me-time, itu juga bagus untuk kesehatan. ada beberapa manfaat dari me time, di antaranya kesempatan untuk recharge dan berpikir kreatif.
Tapi gimana nih kalau kita sebenernya ngga ada pilihan lain selain sendirian? Misalnya sedang merantau atau sedang tidak enak badan jadi harus sendirian di rumah/kosan?
Di slide 9, saya memberikan beberapa contoh aktivitas yang rekan-rekan dapat eksplor ketika harus sendirian ya… Mencoba aktivitas baru, meredekorasi kamar/rumah, atau mencari kedekatan dari makhluk hidup lain seperti tumbuhan atau binatang peliharaan
Lantas bagaimana dengan kita yang sebenernya kesepian dan menjalin relasi dengan orang-orang di sekitar kita?
Pertanyaan-pertanyaan di slide ini (slide 10) tolong dijawab nih oleh masing-masing, dari bawah sampe ke atas. Kenapa? Karena tidak semua dari kita memiliki preferensi yang sama dalam menjalin interaksi sosial. Misalnya ada nih yang lebih seneng ngobrol via telepon, ada yang senengnya texting. Nah ini harus sadar betul nih… Jangan sampai anda bete sama temen anda karena ‘dia mah ngga pernah mau angkat telepon aku!’ padahal memang temen anda ngga nyaman dengan teleponan dan lebih suka chatting.
Rekan-rekan juga perlu tahu banget nget nget apa yang anda perlukan dari lingkungan dan gimana cara yang paling anda suka untuk deket sama orang. Sebelum rekan-rekan sibuk cari temen baru, lihat dulu ya di sekitar anda sebetulnya masih ada siapa – masih ada pasangan kah? Keluarga kah? Tetangga kah? Teman smp/sma kah? Jika masih ada, perkuat dulu relasi yang kita punya dengan mereka kalau merasa kesepian ya.
Sering-sering lah reply insta/whatsapp story, tanyakan kabarnya, samperin rumahnya. Sebelum rekan-rekan terpikirkan untuk membuka relasi yang baru, penting juga untuk mengevaluasi diri nih… Ada ngga yang mungkin anda suka lakukan dan bikin orang susah dekat sama anda?
Misalnya nih anda tuh jarang senyum, anda tuh kalau bercanda garing, atau anda kalau dicurhatin orang malah suka curhat balik…. Dipikir-pikir dulu ya apa umpan balik yang mungkin sebelumnya anda pernah terima. Kalau sudah aman nih, sudah tau titik-titik lemahnya di mana, rekan-rekan bisa mengeksplorasi lingkungan baru (contoh-contohnya ada di slide 14 ya). Nah mungkin sekian dulu ya rangkuman dari materi yang saya sudah berikan kepada rekan-rekan mengenai loneliness / kesepian
1. Pertanyaan:
Nama: Ririn, Usia: 33, Domisili: Jepara. Saya penderita ASD + PH, setiap hari saya selalu berinteraksi dengan anak-anak dan teman kerja. Saya berusaha berdamai dengan diri sendiri tetapi ketika berkumpul dengan orang-orang sekitar tetap saja merasa keterbatasan dalam diri kita, semisal ikut shalat berjamaah tiba-tiba jantung berdetak kencang dan ketika terlalu lama berdiri ad perasaan ingin jatuh. Apakah itu efek dari obat jantung yang diminum selama bertahun-tahun?, Bagaimana cara memupuk rasa percaya diri agar bisa ikut kegiatan/ berkumpul orang-orang sekitar dengan keterbatasan yang kita miliki?
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Ririn. Memang ada banyak efek samping dari obat-obatan ya, salah satunya adalah jantung berdebar. Sebaiknya dikonfirmasi lagi kepada dokternya apakah obat yang diberikan memang, secara statistik, menimbulkan gejala tersebut. Dalam domain kami, jantung berdebar yang dikaitkan dengan rasa tidak percaya diri karena memiliki keterbatasan merupakan efek dari perasaan cemas.
Saya setuju dengan Mbak, bahwa kita perlu memperkuat keyakinan bahwa terlepas keterbatasan kita, kita masih sama dengan rekan-rekan yang lainnya – sama-sama punya kelebihan, sama-sama punya ketertarikan terhadap sesuatu, sama-sama disayang orang lain, dsb. Fokuskan perhatian kita terhadap hal-hal ini yang kita miliki. Salah satu caranya adalah dengan memilih 3 hal (boleh kelebihan, hobi, atau kejadian menyenangkan yang terjadi pada kita di hari itu), sebuntukan dengan keras di depan cermin, setiap malam sebelum tidur. Selamat mencoba ya.
2. Pertanyaan:
Nama: Meza, Usia: 23, Domisili: Sumatera Selatan. Saya ASD Sinus Venosus + PH. Jadwal operasi saya sudah keluar dok, saya sering merasa cemas berlebih mengingat dokter mengatakan ada 3 kemungkinan pasca operasi dan kemungkinan ke-3 mati. Dari itu saya mulai merasa takut dok, memang hidup dan mati Allah yang tentukan. Tapi kenapa dokter bilang begitu? Itu membuat saya yang awalnya semangat untuk operasi menjadi sangat cemas dan takut karena takut tidak bisa membuka mata lagi sehabis operasi. Na’udzubillah
Bagaimana menghilangkan rasa cemas itu dok? Seharusnya saya merasa bersyukur karena masih bisa dioperasi. Tapi karena ketakutan saya yang berlebihan membuat saya menunda-nunda terus jadwal operasi.
Pertanyaan ke-2 karena ASD saya ini tipe yang jarang adanya, karena kebanyakan pasian ASD Secundum itu juga buat saya kepikiran dok, saya merasa sendiri dan selalu merasa kesepian di tempat yang rame. Dukungan dari keluarga dan teman-teman alhamdulillah menyemangati dan selalu memberi dukungan terhadap saya, tapi kenapa saya sering merasa hanya saya saja yang berjuang sendiri? Mohon dukungannya dokter.
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Meza. Saya doakan dari sini ya, Mbak, semoga operasinya diberikan kelancaran oleh Yang Mahakuasa aamiin yra. Kecemasan yang Mbak alami ini ‘kan sangat natural ya, Mbak, mengingat situasinya seperti ini. Siapapun dalam posisi Mbak pasti mengalami cemas. Betul, Mbak, hidup matinya seseorang hanya bisa ditentukan oleh Allah SWT tapi sebagai insan-Nya, kita diperbolehkan untuk berusaha.
Dalam hidup ini, apa yang masih Mbak ingin lakukan? Lakukanlah, Mbak. Siapa yang masih ingin Mbak Meza habiskan waktu bersama? Habiskanlah waktu dengan orang-orang tersebut. Ceritakan pada mereka ketakutan-ketakutan Mbak, berdoalah bersama, menangislah bersama jika perlu. Buatlah setiap hari bermakna, terlepas kita ngga akan pernah tahu kapan waktu kita. Dapat digunakan juga pendekatan spiritual seperti berdoa dan beribadah ya.
3. Pertanyaan:
Nama :vonny, Usia :28tahun, Domisili :Makassar. Bagaimana cara mengekspresikan perasaan terhadap lingkungan kalau kita merasa kesepian dan kesendirian. Terima kasih
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Vonny. Pertanyaan yang bagus sekali, saya tidak terpikirkan lho memasukkan ini ke dalam materi padahal ini penting sekali. Sentimen yang bagus, jika ada yang kita rasakan, ekspresikan, sampaikan, buat orang-orang di sekitar kita tahu. Bagaimana caranya? Baik secara tulisan maupun lisan, mulailah dengan ‘I statements’ atau kalimat yang dimulai dengan ‘saya’ diikuti apa yang kita rasakan dan pikirkan. Contohnya : ‘saya lagi pengen cerita deh, kamu lagi bisa diceritain ngga?’ boleh secara personal atau secara massal misalnya di Instagram/Whatsapp story.
4. Pertanyaan:
Nama: Harini, Usia:34, Domisili: Tuban. dok kenapa saya sering merasa gliyengan. Dan terasa berat di bagian perut. Juga kadang sesak kalo nafas. Saya sudah minum obat teratur. Saya sedang menunggu jadwal kateterisasi jantung. Kadang saya juga merasa cemas jika berbaur sama orang orang di sekitar.
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Harini. Hal-hal yang Mbak sampaikan dirasakan memang dirasakan oleh mereka yang mengalami kecemasan. Jika memang betul (bukan merupakan simptom dari penyakit/efek samping obat, untuk lebih jelasnya, bisa juga dikomunikasikan ke psikolog/ psikiater ya, Mbak) maka yang perlu diatasi terlebih dahulu adalah sensasi fisiknya. Area yang terganggu, baik itu di perut, di dada, atau di kepala, diberikan kenyamanan seperti diusap, dihangatkan, atau dipijat. Ketika sudah merasa lebih nyaman, silakan dievaluasi apakah di hari itu atau minggu itu sudah ada atau sedang ada hal tidak menyenangkan yang sedang berlangsung.
5. Pertanyaan:
Nama : Melli, Usia :31, Domisili: ciamis. Sebelum sakit saya orangnya extrovert, bergaul dengan banyak orang bahkan pekerjaan saya sebelum sakit adalah frontliner customer service yang harus berbicara dengan banyak orang, setelah sakit saya di luar sebentar ngobrol sama orang rasanya Tidak Nayaman dan ingin buru-buru pulang, gelisah gak enak. Skrg menyendiri di kamar sangat lebih nyaman bahkan saya bisa 24 jam diem di kamar tanpa keluar berinteraksi dengan orang luar ataupun orang rumah aktfts saya di dalem kamar paling dengerin lagu, scrolling sosmed dan bikin konten jualan karna semenjak sakit saya resign dan saya coba buat jadi affiliate tiktok. Apakah kondisi tersebut akan berbahaya untuk mental dan fisik saya dok? Bagaimana caranya mengembalikan kondisi nyaman seperti dulu ketika berbicara dengan banyak orang?
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Melli. Betul, Mbak, jika didiamkan terus-terusan khawatirnya malah berdampak negatif kepada Mbak – kemungkinan paling buruknya bisa sampai mengembangkan simptom depresif, Mbak. Dikurang-kurangi ya mengurung diri di kamarnya. Menguranginya harus pelan-pelan ya, Mbak, jangan langsung dipaksakan besoknya datang ke konser atau mall yang banyak orangnya. Misalnya, pertama-tama biasakan untuk luangkan waktu 30 menit dulu aja untuk duduk-duduk di ruang tamu/ruang makan bersama keluarga. Besoknya lagi, waktunya ditambah. Besoknya lagi, duduknya di teras. Besoknya lagi nongkrong depan rumah, besoknya ke mini market, terus dan terus sampai terbiasa bertemu lagi dengan lingkungan luas. Semoga berhasil ya, Mbak.
6. Pertanyaan:
Nama: Chofiyah, Umur: 39, Domisili: Wonosobo. Bagaimana cara mengekspresikan perasaan, terhadap orang disekitar kita, ketika saya sedang merasa apa-apa harus sendiri, terlebih lagi ketika ujian hidup apalagi ekonomi yang saat ini saya harus berjuang sendiri, harus berdiri sendiri, apalagi penyakit yang selama ini saya rasa ya harus di hadapi sendiri, bagaimana cara untuk bisa menyemangati diri sendiri apalagi ada anak yang saat ini sangat butuh ibunya, kadang saya seperti tidak sanggup mohon pencerahan nya.
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Chofiyah. Saya turut prihatin dengan situasi yang sekarang sedang dialami ya, Mbak. Semoga keadaan segera membaik. Mbak Chofiyah tidak berutang penjelasan kepada orang-orang di lingkungan kok, Mbak, tapi jika Mbak merasa terganggu dengan perkataan/perlakuan orang di lingkungan, sampaikan rasa tidak nyamannya. Jika Mbak membutuhkan bantuan dari lingkungan, sampaikan bantuan apa yang dibutuhkan kepada mereka yang dirasa bisa membantu. Anak memang merupakan tanggung jawab kita, orang tuanya, Mbak, tapi mereka pun bisa menjadi sumber ketenangan dan kekuatan kita. Ketika sedang tertekan, peluk, Mbak, anaknya, sampaikan kalau mama sedang tidak baik-baik saja dan butuh dukungan dari dia. Nggak apa-apa, Mbak, anak ‘kan tidak harus selalu melihat ibunya kuat, anak-anak pun perlu tahu kalau nggak apa-apa kok kalau sedih, anak dan orang tua bisa saling menguatkan.
7. Pertanyaan:
Nama : Tria, Usia : 27 thn, Domisili : Jakarta Utara. Akhir-akhir ini saya lebih berinteraksi dengan orang-orang yang mempunyai kesamaan berjuang dengan penyakit kronis daripada orang-orang disekitar saya karena lebih memahami kondisi saya. Sedangkan yang saya rasakan ketika berkomunikasi dengan orang-orang disekitar saya yang tidak mempunyai penyakit kronis lebih menghindar karena sebagian dari orang-orang tersebut saya selalu mendapatkan stigma negatif tentang penyakit saya. Yang ingin saya tanyakan :
1.Apakah itu hal yang biasa atau memang yang saya lakukan itu salah ?
2.Jika yang saya lakukan itu salah, bagaimana untuk solusi ke depannya ?
Mohon penjelasanya mba mariska
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Tria. Males ya, Mbak, pastinya kalau orang-orang di sekitar kita udah nggak mengerti apa yang kita jalanin, eh masih juga ada yang nge-judge. Memungkinkan dan bisa dimengerti banget untuk kesal dan akhirnya memilih menghindar. Nggak apa-apa kok Mbak untuk dilakukan, daripada ngebatin sendiri ya ‘kan. Yang tidak boleh adalah kalau Mbak berpikir semua orang seperti itu tanpa ada bukti yang konkret. Siapa saja nih yang memberikan stigma negatif – kurang-kurangi gaul dengan oknum/kelompok tersebut. Tapi jangan tutup lingkungan yang lainnya yaa. Mbak Tria ke depannya perlu membagi-bagi : kelompok A/si anu ini teman untuk apa, si B teman untuk apa, dst. Semua orang dalam hidup kita pasti ada porsinya.
8. Pertanyaan:
Nama:Yusnita, Usia:38 th. Bagaimana caranya lebih mencintai diri sendiri?.dan membuat orang sekitar mengerti kondisi saya sebagai pasien. Sedangkan dulunya saya sangat perduli sama masalah-masalah yang dihadapi keluarga besar & kawan-kawan saya, saya selalu ada saat dibutuhkan, kondisinya skrg berbeda, dan mreka blm bisa menerima sepenuhnya kadang masalah mereka d ungkapkan pada saya minta solusi dan sering kali mengganggu pikiran saya.
Karena akhir-akhir ini saya pun sering kali lupa apa yang mau saya bicarakan & lakukan minum obatpun terkadang salah. sehingga sayapun mulai membuat catatan-catatan kecil sehari-hari. Bahkan beberapa orang sejak saya sakit seperti menjauh karena saya yang biasa membantu mereka kita hanya jadi manusia yang sesekali butuh bergantung pada orang-orang dirumah. Disini ada ungkapan perasaan saya. Kok saat saya seperti ini anda tidak bisa memaklumi dan mengerti, kalau saya juga butuh support anda, seperti dulu saya selalu ada buat anda bahkan berkorban baik, waktu, tenaga, materi , pikiran,sampai perasaan.dll buat anda. Sekarang orang terdekat hanya anak, bahkan suamipun yang saya pikir sandaran hidup saya, dimana saya selalu support dan berjuang untuk dia malah sering kali menghianati saya. Saya pernah mencoba pergi dari rumah menenangkan pikiran tapi hati dan pikiran saya tertinggal dirumah. Terimakasih
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Yusnita. Sepertinya sedang kalut sekali ya suasana hatinya. Saya turut bersimpati ya, Mbak, semoga badai yang sedang dihadapi segera berlalu. Saya bisa membayangkan baik bagi pasien maupun caregiver, menerima diagnosis bukanlah hal yang mudah. Dalam pengalaman saya mendampingi klien dengan penyakit kronik, pertanyaan dari caregiver yang saya sering terima adalah, ‘saya harus ngapain ya?’ bukan karena maksud menjahati tapi lebih karena tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk berempati. Namun, itu hanya salah satu kemungkinan, semoga memang itu yang ada di kepala kerabat dan rekan Mbak Yusnita, bukan yang memang dengan maksud menyakiti Mbak.
Jika masih memungkinkan untuk berdiskusi dengan pihak-pihak terkait, tolong dilakukan selalu dengan menyampaikan apa yang kita rasakan dan pikirkan dulu seobjektif mungkin sehingga lawan bicara tidak merasa terpojok. Jika kita sedang marah dan frustrasi, mungkin yang ingin kita sampaikan menjadi tidak sesuai dengan intensinya. Mengambil jarak dari rumah bisa jadi salah satu opsi untuk memberikan waktu cooling down untuk Mbak, semoga setelahnya bisa memberikan headspace yang memadai untuk mengomunikasikan kebutuhan dengan pihak-pihak terkait ya.
9. Pertanyaan:
Nama: Heni, Umur: 30, Domisili: Sragen. saya punya GERD, dan sebulan sekali Gerd itu selalu kambuh, padahal pola makan setiap harinya sama tidak ada yang berubah, tapi selalu kambuh terlebih lagi ada sariawan yang sampe berminggu-minggu, terkadang sampe saat motoran di jalan saya sering tidak fokus sering mau jatuh gitu, dan kalau malam susah tidur, banyak yang bilang banyak pikiran, tapi saya selalu merasa tidak ada yang saya pikirkan lebih. Itu bagaimana ya dok? Bagaimana mengontrol pikiran, karena ini sangat menganggu sering membuat tidak fokus kesehariannya.
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Heni. Reaksi fisik akibat stres bisa datang dari berbagai sumber, Mbak. Ada yang datang dari tekanan yang jelas sedang kita hadapi saat ini, ada yang datang dari pengalaman masa lalu yang terpendam, ada yang datang dari kekhawatiran yang akan datang, dan ada juga dari sesuatu yang sebenarnya mengganggu tapi dianggap ngga ada – nah lho. Ini berlaku untuk kita-kita yang suka ‘ah udah lah ngga usah dipikirin’, dll. Kalau Mbak Heni masih kesulitan untuk mengidentifikasi stressor, biasakan setiap harinya untuk mencatat hal-hal tidak menyenangkan yang terjadi di hari tersebut – boleh di notebook, boleh di notes HP, boleh di mana aja. Kalau masih ngga ketemu juga, bisa sambil diingat-ingat yang udah lewat atau yang ditakuntukan dan belum kejadian.
“Kepada para PHighters & Caregivers di dalam grup ini, kesepian bukanlah sesuatu yang aneh untuk dimiliki. Hampir sebagian dari kita merasakan, kok. Rekan-rekan di sini, dengan keadaan yang melatarbelakangi (i.e. Kondisi kesehatan yang dimiliki) berisiko tinggi mengalami kesepian. Jangan disangkal-sangkal, jangan ditahan-tahan, jangan dibiarkan tersiksa sendiri ya rekan-rekan tidaklah sendiri dan tidak akan pernah sendiri. Tetap semangat yaa. Terima kasih rekan-rekan yang telah meluangkan waktunya untuk membaca materi, mengobrol di sini dan memberikan pertanyaan. Semoga membantu ya untuk semuanya! Semoga sehat selalu semuanya.”_Mariska S. Rompis, M.Psi., Psikolog