Latihan Fisik Pada PHers-KULWAP

///Latihan Fisik Pada PHers-KULWAP

Latihan Fisik Pada PHers-KULWAP

Tema: Kulwap Sharing Phers “ Latihan Fisik pada PHers “

Oleh : Koesharini Indriawati

Minggu, 24 November 2019

 

Assalammualaikum wr.wb.

Bismillah, puji syukur kehadirat Alloh SWT kita diberi waktu yang luar biasa. Sehingga kita bisa berkumpul untuk berbagi pengalaman diacara Kulwap sharing PHers. Terimakasih sebelumnya buat Mbak Indri dan dr Novi serta rekan semua yang sudah mendukung saya, sehingga dapat mencapai kondisi yang lebih baik daripada sebelumnya. Perkenalkan saya Koesharini Indriawati panggil saja mba Koes, asal dari Yogyakarta & sudah berusia diatas 50 tahun lebih. dah lansia nich..

Pertama kali diagnosa sakit jantung thn 1981, saat itu baru tahu hanya ada gangguan dijantung. Riwayat sering pingsan sejak SD-SMA. Kakak perempuan saya memperhatikan kalau saya bicara terengah-engah saat saling telepon. Pada tahun 2001 beberapa bulan setelah almarhumah ibu saya meninggal,saya mendapat serangan yang begitu hebat. Dada kiri & punggung belakang atas seperti ditusuk2, nyeri dan sesak nafas. Saya langsung periksa ke RS Panti Rapih diantar tetangga dan akhirnya diopname. Saat Echo hasilnya saya didiagnosa ASD Secundum Biderectional Shunt diameter 1,6 – 2 cm. Sedih rasanya saat itu, dunia seakan runtuh. Akhirnya saya opname 12 hari, bedrest 1 bulan lebih tidak kerja. Setelah agak membaik saya masuk kerja lagi, shift siang jam 12.00- 21.00. Sampai rumah kadang jam 11 atau 12 malam kalau ada lembur. Pada saat momen tertentu kalau pesanan kue banyak pasti lembur sampai malam, tapi saat itu saya masih merasa sehat.

Pada akhir tahun 2001 saya kena serangan jantung lagi. Kali ini tetangga mengantar saya ke RS Bethesda beda dengan sebelumnya. Karena kondisi sangat mengkhawatirkan, batuk tidak pernah berhenti, akhirnya saya diopname juga. Oh ya lupa waktu opname di RS panti rapih yang pertama saya diminta untuk operasi jantung. Rasanya begitu takut seakan besok sudah tidak lagi melihat sinar mentari dari ufuk timur. Tapi saya tidak sanggup untuk membiayai biaya operasi yang saat itu senilai harga rumah KPR BTN tipe 54. Dengan  rasa sedih dan bingung saya cuma berobat jalan. Saat di RS Bethesda ini saya juga di minta operasi jantung. Saat itu kondisiku sangat lemah, batuk terus dan pucat seperti mayat hidup. Ada teman berkata bahwa saya tidak akan terselamatkan. Namun saat itu aku terus berdo’a memohon sama Alloh SWT agar diberi kekuatan umur yang panjang, ingin menebus segala dosa. Aku  belum siap untuk mati. Alhamdulillah do’aku terijabah, opname di RS Bethesda selama 2 minggu dan aku dibolehkan pulang.

Setelahnya aku rutin kontrol di RS Panti Rapih, dokter memberi tahu batuk ku tidak sembuh2 karena efek dari jantung. Tiap cek up selalu diminta operasi, aku justru merasa takut. Saat diruang tunggu duduk sendirian dan dihampiri seorang Bapak,dia melihat kesedihanku menanyakan sakitku lalu aku cerita semuanya. Dia baik sekali memberi semangat agar aku tabah hadapi cobaan itu. Dia menasehati untuk berikhtiar dengan alternatif dan berdoa pasrah pada Alloh SWT. Sejak itu aku berobat alternatif,seluruh jogja ku ubek2 demi sehat. Pergi ke Klaten, Solo, Magelang, Kopeng, Bojonegoro, Pemalang  itu aku pergi sendirian dengan mengendarai motor, kecuali Pemalang. Tapi pada akhirnya aku drop karena batukku yang tidak sembuh2. Aku periksa ke dokter ahli penyakit dalam mungkin batuk karena alergi debu, tapi tidak ada hasil. Akhirnya aku coba ke RS Paru Lowano Kotagede Yogya, hasilnya TBC negatif. Akhirnya aku dapat info ke alternatif pratek seorang dokter herbal lulusan UGM. Disitu aku diberi ramuan rempah2, kayu dan daun. Alhamdulillah batuk berkurang, badan lebih enak. Sampai dokter itu pindah praktek aku masih kontrol padanya.

Tahun 2006 saat terjadi gempa sampai tahun 2013 aku tidak pernah cek up lagi. Kupikir dokternya sudah tidak praktek karena saat itu tidak ada yang tahu dimana pindahnya. Sejak itu aku hanya mengandalkan kekuatan dan pengalamanku saat kondisi tubuh tidak bersahabat. Aku tahu betul alarm yang tidak dimaui tubuh dan mana yang diperlukan oleh tubuh. Seperti tidak boleh minum es,tidak boleh terlalu capek, tidak boleh mengambil barang yang jatuh dgn menunduk langsung, karena akan sesak dadanya dll.

Sampai pada akhir tahun 2013 aku drop lagi, mulai sesak, kalau naik tangga dan jalan cepat pasti seperti orang yang akan terkencing2 seperti dikejar anjing. Akhirnya aku ke dokter keluarga tempatku kerja dengan menggunakan jamsostek. Disana  aku disarankan operasi saja,tp aku tidak mau. Akhirnya aku berobat ke dokter Wisnu namanya, dokter yang pintar menganalisa sakitku. Meski sering kambuh karena batuk dan lambung, tapi aku masih tetap bertahan dan kerja. Walau ditempat kerja aktivitas sangat berat, sering naik tangga, angkat aqua sampai 20 box serta jalan dari toko kepabrik bolak balik dari pagi sampai sore. Oh ya sejak sakit aku dipindah shift pagi karena tidak bisa kena angin malam & AC, padahal tempat kerja ber AC, makanya batuknya tdk sembuh2.

Akhir tahun 2013, suatu hari saat pulang kerja teman bertanya kenapa bibirku biru sekali. Melalui spion motor diparkiran kulihat bibir biru. Kuku, telapak tangan dan kaki biru semua. Tapi tanpa sesak. Waktu itu aku tidak begitu panik, kucoba tenangkan diri dan berdoa. Langsung aku ke dokter Wisnu. Sayang itu pas hari minggu tutup. Saat meninggalkan poliklinik aku berpapasan dengan mobil yang berhenti. Ternyata dokter Wisnu, aku disapa dan diminta keruang periksanya. Beliau kaget melihat kondisiku yang dlm keadaan seperti itu masih bisa berdiri dan berjalan tanpa keluhan apapun. Spontan aku diminta segera ke RS Sardjito agar aku bisa dioperasi segera. Saat periksa dipoli jantung RS Sardjito aku lemas seperti tersambar petir karena ternyata aku terkena penyakit yang blm ada obatnya yaitu Hipertensi Pulmonal. Akhirnya aku diminta Echo, TEE dan kateterisasi. Saat kateterisasi itu aku sendiri lagi, tanda tangan sendiri,aku bilang aku hidup sendiri, saudara jauh, tidak ada yang menemani. Tapi saat akan dilakukan tindakan keluargaku ada yang datang karena aku minta, jika terjadi sesuatu padaku. Saat itu aku sekamar dengan pasien Kulon Progo,sekarang seperti saudara sendiri. Alhamdulillah.. 😊

Singkat cerita dari katerisasi itu ternyata aku positif kena ASD-PH diameter 1,6-2 cm dan PH/TVGnya 84 itu yang pertama kali. Saat itu dunia seakan runtuh, sedih dan pilu. Akhirnya aku selalu cek up di RS Sardjito sendiri. Kulalui lorong dgn tangis dalam hati. Kenapa harus aku yang sakit seperti ini. Berontak jiwaku, bahkan aku sempat sampaikan pada sahabatku yang ada di Kalimantan aku tidak sanggup jalani hidupku. Sontak sahabatku marah dan minta aku supaya istigfar sebanyak-banyaknya. Aku merasa tidak kuat karena ada hal lain juga yang membebani kehidupanku. Aku ingin keluar dari lingkaran belenggu itu tdk bisa. Maaf untuk hal ini tdk bisa berceritera panjang privasi.

Setelahnya aku bandel lagi, tidak cek up lagi karena ditempat kerja izinnya sulit bingit, kalau cek up saat libur kerja saja. Sampai pertengahan tahun 2014 kembali lagi terpuruk oleh sakit. Kondisiku drop, mulai saat itu aku rutin cek up. Sepanjang cek up aku selalu merasa sendiri. Kulalui lorong RS Sardjito dgn lantunan lagu sedih balada seorang pasien ASD-PH..

Alhamdulillah.. Saat itu aku ketemu dengan adik manis yang cantik Umi chayangku guruku, karena dia yang ajari aku pakai HP android sampai bisa. Maklum mak emak gaptek 😆😆 Lalu aku dimasukkan di grup YHPI jogja jateng, waktu itu anggotanya masih sedikit. Sejak itu aku mulai bisa merasa tidak sendiri lagi apalagi bisa membantu rekan sesama. Semangatku tidak pernah surut. Dokter Kris Dinarti yang menanganiku berharap walau aku tidak bisa dioperasi paling tidak bisa jaga kualitas hidup dengan baik. Begitulah sedikit cerita soal diagnosaku. Dari tahun ke tahun aku hanya cek up rutin dan tidak pernah pikirkan hasil echoku. Nilai ujianku di kampus RS Sardjito kalau pas ngampus masa bodo saja. Karena dengan sakitku aku merasa masih bisa aktivitas seperti orang sehat walau tangan, kaki biru dan sesak. Dokter juga bilang aku sudah gagal jantung dan tidak bakal bisa dioperasi lagi. Sebab sudah arus bolak balik, darahku sudah campur dari darah bersih masuk kedarah kotor demikian sebaliknya..😔 Aku merasa bersyukur karena dgn keadaanku spt ini aku masih bisa beraktivitas normal,masih bisa kesana kemari naik motor sendirian. Bisa bersih rumah, angkat galon ke dispenser, cuci, masak, angkat ember menyiram tanaman dan halaman bolak balik. Tapi jangan ditiru yah kenekatanku ini, karena kondisi kita beda-beda, jadi kalian harus bisa tahu alarm kalian sendiri2. Mungkin kalau aku kuat karena sejak kecil sudah biasa kerja keras, apa lagi aku mantan kuli pasar

Latihan fisik

Nah sampai pada tahun 2019 aku diminta mengikuti program latihan fisik yang diadakan RS Dr.Sardjito mengenai penelitian olahraga apa yang paling bagus untuk pasien PH pada khususnya yang dilakukan salah seorang dokter spesialis rehabilitasi jantung dan pembuluh darah. Disitu aku ikut olah fisik dengan tes jalan 6 menit, mendapatkan berapa langkah jarak, diawali tes saturasi, nadi serta ditensi terlebih dulu. Selesai jalan 6 menit, cek ulang lagi saturasi dan nadi serta tensinya. Setelah itu dirumah diminta jalan sehat menempuh 500 meter dlm 15 menit. Jangan lupa sebelumnya cek saturasi dan nadi. Karena dirumah tidak punya tensi ya tidak perlu tensi. Begitu selesai jalan yang 500 meter itu aku cek lagi saturasi dan nadinya.  Antara nadi sebelum dan saat latihan tidak boleh lebih dari 20 selisihnya.( kenaikan denyut nadi setelah latihan maksimal 20 denyut dari denyut awal sebelum latihan).

Selama 2 minggu aku latihan dirumah. Jadi total 10 x latihan. Seminggu 5 x latihan kalau tidak pagi ya sore. Aku rutin menuruti petunjuk dari dokterku, tapi aku juga melanggar aturan karena harusnya step by step. Setelah habis 500 meter ke 750 meter, 1000 meter,1250 meter,1500 meter,1750 meter, 2000 meter dst. Sesuai kemampuan dalam 15 menit. kalau jaraknya jauh misal 1000 meter cek dulu saturasi dan nadi baru jalan dan berarti harus dibagi 2 waktu. Awal 500 meter dalam 15 menit pertama, berhenti cek saturasi & nadi lalu istirahat 5- 10 menit. Ingat jika ada keluhan bisa langsung dihentikan. Jika tidak ada keluhan bisa dilanjuntukan sisa 500 meter dalam 15 menit dan begitulah seterusnya.

Jangan lupa ingat saat mau latihan jalan pagi minumlah hangat dulu, sarapan yang ringan bisa berupa snack kecil, karena jika kekenyangan ulu hati akan terasa sakit. Sebelum jalan sehat harus pemanasan dulu, paling tidak senam kaki dan tangan digerak2kan ditempat. Jangan kaget jika saat latihan kalian merasakan betis dan paha belakang atau bokong terasa jarem atau nyeri. Kadang dada terasa sengkrang. Itu kurasakan karena otot jantung dan otot syaraf kita sedang bekerja, ibarat mur baut yang sudah karatan dikarenakan tidak pernah digerakan tubuh kita. Jadi kalian harus tahu betul kondisi tubuhmu, apa yang dimaui tubuhmu. saat dada sesak atau nyeri, pusing, mual dll harus tahu bagaimana cara mengatasinya. Jangan memaksakan diri, semua harus dengan bimbingan dokter/ petunjuk dokter.

Testimoni

Sebelum mengikuti jalan sehat aku masih dalam keadaan batuk. Batuk itu bisa berhenti jika sudah kumuntahkan, rasanya begitu sakit sekali sampai dada dan tenggorokan sakit tersendat. Saturasiku tahun sebelumnya 80, 84, 90, 94, 92, 79, 86, 72, 83, 90 itu yang kuingat.

Alhamdulillah setelah mengikuti program di RS Sardjito aku bisa menemukan perantara penyembuh sakit yang diluar dugaanku. Tidak sampai sebulan batuk dan sesak  hilang, telapak tangan, kuku jari tangan dan kaki yang tadinya biru mulai memerah. Saat bicara yang tadinya tersengal, sekarang bisa lancar seperti orang sehat. Jadi dengan latihan jalan ini saya menyadari bahwa tubuh kita perlu digerakkan. Perlu olah raga dengan maksud otot2 dan syaraf kita terlatih agar bisa elastis, membuka paru-paru bisa mengembang dan terbuka. Sehingga otomatis kerja jantung kita semakin membaik fungsinya.

Oh iya disamping olah raga ini saya menerapkan juga yang disarankan oleh Bu Ketua Indri yaitu pola hidup sehat PHers yaitu 5H3B, saya  makan sayur dan buah lebih banyak. Susu. garam, minyak, air secukupnya saja. Sehingga semua bisa terwujud menjadi kenyataan, hidup berkualitas baik dan tidak selalu drop walau belum dioperasi. Itu membuatku tenang dan merasa nyaman dalam lalui hidup walau masih kosumsi obat. Saya tidak pernah menggebu untuk dioperasi dan memikirkan hasil dari cek up, karena buat saya justru menambah beban batinku. Jadi saya lalui saja hari seperti air mengalir sambil menunggu saat yang telah digariskan Tuhan untuk bisa operasi, syukur2 malah ada mukzizat sembuh tanpa operasi😂😂😂 ( Bermimpi..🤭)

Selama 1 bulan jalan sehat hasil echoku bulan April 2019  dari TVG 90, ASD II Bidirectional Shunt 1.7-2.3 cm, saat bulan September TVG bisa turun jadi 63 mmHg. Tapi aku tidak ingin takabur, hasil echo TVG bisa berubah terus. Semua ini yang mengatur hanya Tuhan, aku hanya berusaha selalu mendamaikan hati, pikiran, bersyukur, ikhlas, sabar dan bertekad bulat untuk sembuh. Dengan demikian Tuhan YME akan mengijabah. Bagiku sakitku karena aku ciptakan sendiri disamping Tuhan telah menggariskannya. Tapi kesembuhanku hanya pada diriku sendiri, tergantung seberapa aku memperjuangkannya dan aku yakin Tuhan akan mengijabah semua usahaku.

Dariku 5 hal yang harus dilakukan jika pingin sembuh..

– Mohon ampun atas segala dosa kita, berupaya perbaiki ibadah kita, lebih mendekatkan diri pada Tuhan yang Kuasa, sedekah dll.

– Perbaiki pola makan dan minum.

– Perbaiki pola pikir.

– Aktivitas dijaga, istirahat cukup.

– Olah raga sesuai kemampuan, berjuang penuh tekad jangan sering mengeluh.

Oh ya untuk teman-teman yang selama ini diberi kemudahan ada akses obat silde atau dorner gratis khususnya di daerah Jogja mohon lebih bisa bersyukur karena banyak saudara kita di daerah lain luar Jogja yang untuk akses obat tidak ada yang gratis dan harus beli sendiri.

Demikian pengalamanku dalam latihan fisik untuk kesehatanku. Alhamdulillah aku bisa menuai dari hasil kerja keras dan prihatinku sekarang. Semoga pengalamanku ini bisa berguna buat semua yang ada disini. Ingat jangan paksakan diri, semampunya melakukan kegiatan olah fisikmu. Konsul dengan dokter dahulu karena kondisi kita berbeda2, dan keberanian kita berbeda. Mohon maaf jika ada tutur kata saya yang salah,terimakasih sudah diberi waktu untuk berbagi pengalaman pada hari ini. Semoga bermanfaat,salam sehat dan salam semangat selalu buat semuanya..

 

No. Pertanyaaan Jawaban
1. Malem mba koes..  Sakit nya ternyata dah lama yaa,  saya belum lahir

 

Perkenalkan saya sigit 36 tahun asal palembang,  diagnosa ph primer.  Td mba koes bilang,  saat latihan jalan,  harus ukur detak jantung,  dari awal mulai sampe berhenti gak boleh diatas 20 selisih nya.  Boleh tau kenapa alasan nya kalo sampe lebih dari 20 ?

 

Malem dr novi.  Menyambung jawaban mba koes ini,  brp sih batas maksimal jantung manusia itu berdetak ?  Krn saat ini saya biasa diangka 75 kalo lg santay,  tp begitu aktivitas ringan,  misal nyapu aja,  bisa sampe 95-100. Dan kondisi yang kurasa,  dada sdh gak nyaman itu..

kalau sampai lebih itu berarti kerja jantung kita terlalu diforsir tekanannya sangat membahayakan jantung kita

Nah iya mas sigit jadi untuk latihan fisik ini sebenarnya dalam rangka penelitian di RS Sardjito oleh dokter Rehab jantung masih berlangsung dan menunggu hasil. Untuk nadi awal dan saat latihan tidak boleh lebih dari 20 karena jika lebih dari itu akan membahayakan aktivitas dan ritme jantung.

 

Sedikit info mengenai Tes jalan 6 menit ( Six Minute Walk Test / 6 MWT )

– cek nadi awal : …. x/menit

– pemanasan 5-10 menit

– cek nadi latihan : …. x/ menit

– pendinginan 5-10menit

 

Catatan :

● Nadi normal (60-100 x per menit) teratur

● Kenaikan denyut setelah latihan maksimal 20 denyut dari denyut awal sebelum latihan

 

2. Saya Tri Rahayu..Mbk koes klo jalan2 pagi hars tiap hari ya… Trus smbil ngerakin tangan gtu nggk??? 🤔atau jalan biasa saja??? nggak harus tiap pagi dan tiap hari,bisa sore hari.

jalan santai aza..tdk plu digerakan tangannya..

tapi jika waktu jln aq agak kurang enak didada kadang aq gerak2an tanganku keatas dsn kebawah

3. Salken mb koes…. Mau tanya nih….. Skrng saturasi brp???

Apakah sekarang terapi oksigen juga?

saturasi biasanya dibawah 80 yaitu antara 72, 74 , 78.

dan sekarang bisa 92 – 94.

Tvg tadinya 90 jadi 63 dlm waktu 1 bln ikuti jln sehat saat itu

Saya tidak pernah pakai oksigen.. saya lebih bagus oksigen alami

4. assalamu’alaikum mba Koes , saya rezka pasien PH dari kalsel , sebentar lgi berusia 25 tahun , hampir 3 tahun ini telah terdiagnosa PH namun baru mulai fokus buat rutin minum obat dan mengenali alarm tubuh sejak setahun terakhir , saya berada di 2 grup , YHPI luar jawa dan jogja karena yang mendiagnosa saya terkena PH adalah dokter dri RS Sardjito , sekitar 2/3 bulan yang lalu saya kembali masuk ke grup jogja (karena dulu lama tidak muncul dan ganti no hp) , saya seorang silent reader di grup , sering online tapi hanya baca2 saja , lalu saya mulai tertarik dg kegiatan mba koes ya semangat buat latihan jalan , saya kira itu program rehabilitasi dri Sardjito untuk pasien post PH or post operasi KJB , tp ternyata saya baru tau mba Koes masih seorang pejuang PH sampai sekarang , karena itu sekitar 2 minggu terakhir saya jadi mulai tertarik untuk memulai latihan jalan seperti yang mba koes bilang , saya sisihkan waktu 20 menit full untuk mulai jalan2 kecil bolak balik di garasi rumah karena belum berani jalan di luar , saya masih takut kalau mendadak ngos2an atau bagaimana , yang ingin saya tanyakan apakah latihan tersebut harus rutin dilakukan setiap hari meskipun kondisi badan tidak memungkinkan? seperti capek atau badan sakit2an apakah tetap harus dipaksa latihan jalan hari itu? lalu apakah saat latihan jalan saturasi mba koes turun drastis atau tidak? bagaimana perubahan saturasi mba koes setelah sebelum dan sesudah memulai latihan? lalu jika saat latihan detak jantung tinggi (saya latihan biasanya oksimetri menunjukan  saturasi dibawah 85 dan detak jantung hingga 120 saat jalan nonstop) namun saya tidak merasakan ngos2an ataupun pusing , jika seperti itu apakah masih normal bagi kita pasien PH atau jangan dipaksakan dlu? terima kasih atas waktunya dan maaf ya mba kalau kepanjangan

terima kasih banyak mba koes jawabannya , saya baru tau ada tata caranya latihan jalan , kmren mencoba latihan tanpa pemanasan dan tanpa cek nadi dan saturasi sebelum dan sesudah latihan , kemudian mencoba langsung 5 hari berturut2 , hari ke 6 saya drop karena aktivitas tinggi , jadi latihan gak teratur , ternyata tidak disarankan tiap hari ya

setelah 5 hari saya mencoba jalan 2 minggu yang lalu , saya baru mengaktifkan alat oksimetri saya di hari ke 6 (hari ke 6 saya drop karena saya ada aktivitas tinggi dan bkan karena latihan) karena habis batre , saturasi istirahat saya tetap kisaran 92-94 , namun anehnya detak jantung saya mulai kalem ke angka 68 – 75 , padahal bertahun2 detak jantung saya selalu 85 – 90 kalau istirahat , tapi minggu ini saya blm ada cek saturasi dan nadi lagi saat seminggu blm sempat latihan

alhamdulillah selama terdiagnosis PH gak pernah ada keluhan sakit dada dok , cuma memang gak sanggup aktivitas tinggi dan gampang ngos2an , tapi alhamdulillah pas bertekad nyoba latihan jalan itu selama 20 menit gak kenapa2 , gak terlalu ngos2an selama latihan dalam kondisi dirasa sanggup , tp kalau gak sanggup saya gak berani nyoba jalan karena tau pasti bakal ngos2an

untuk jalan sehat tidak disnjurkan tiap hari..minimal 3x dlm seminggu.

jika kondisi tdk sehat jangan dipaksa karena akan membahayakan diri.

 

untuk saturasi setelah jalan pertama kali memsng rendah dan detak jadintung lbh tinggi. tapi harus selisih 20 saja antara saturasi dsn Nadi

 

Sebagai catatan untuk latihan fisik ini tujuan bukan berapa cepat dan jauh jarak yang ditempuh tp bagaimana aktivitas fisik yang rutin juga dibutuhkan bagi pasien PH.

 

Untuk aktivitas fisik ini dilakukan di RS Sardjito untuk pasien PH PJB.

 

Saat ini masih berlangsung.

 

Apa ada keluhan? Jika tidak semoga perubahan detak jtg ini jadi hal yang positif.  Kalau tdk ada keluhan sesak, nyeri dll bisa dilanjut dengan tetap memperhatikan catatan yang sdh diberikan ttg latihan fisik ini.

 

Latihan fisik ini bisa dicoba dalam rangka menguatkan otot nafas paru-paru dan yang lainnya. Tapi tetap harus dimonitor, kisaran nadi normal dan harus bertahap seminggu max 3kali

5. Malam mba Koes, mau tanya klo latihan fisik jalan itu di jalan datar atau kadang ada nanjak?

 

Setelah latihan fisik, bisa naik tangga?

Mba Koes, selama latihan fisik obat rutin diminum juga kan? Latihannya selalu di sekitara rumah atau ada yang dilakukan di rs?

dianjurkan jalan datar dahulu mbak ririe

 

saya sudah mencapai 9 km tp itu tdk diharuskan.

untuk penderita jantung setahu saya hanya 2 km saja.

6. Mba, bagaimana mengatasi perasaan paranoid takut pingsan dll ketika jalan jauh dari rumah untuk mengatasi hal itu kita harus konsen dgn pikiran kita..kita positip thingking..

krn klu kita takut apa yang kita takuntukan pasti terjadilah..

tp klu kita membsngun semsngst aq bisa dan aq bisa  pasti akn terwujud bagus jadinya. jadi itu sugesti ya..

Sebagai tambahan latihan fisik mgkn perlu tp tetap keselamatan yang utama. Latihan fisik jalan jauh dulu, mgkn bisa di dalam rumah dulu, atau sekitar rumah. Kalau mau lebih jauh pastikan kondisi baik atau ada yang menemani.

Dan untuk latihan jalan ini tidak dianjurkan jauh-jauh ya.. tetap utamakan keselamatan

7. Selamat malam mb koes….saya patma ph primer dr yogya usia 39th…saya dulu bbrp kali latihan jalan tp krn skrg saya jualan latihan jalan saya terhenti…yang ingin saya tanyakan apa boleh latihan jalan diganti dg aktifitas bekerja (spt menimbang,membungkus dan melayani pembeli) krn sama2 tubuh bergerak😊 olahraga dan aktifitas sehari2 berbeda ya..

krn dgn olahraga gerak kita bisa di stel kecepatannya..klu aktifitas dirumah kecepatan biasanya slow saja

untuk jalan sehat juga diimbangi dgn pola makan sehat.ya

8. Saya mau tanya mb koes, yang mengikuti latihan fisik ini di sardjito apa semua pasien jtg bawaan?

 

Berarti difokuskan ke PJB ya mba dan rehab post op.

iya dokter dan ada pasien jantung koroner juga pasca op..

 

Berarti difokuskan ke PJB ya mba dan rehab post op.

9. Anak saya umur 13 tahun denyut nadinya kisaran 111. Apakah latihan fisik ini berlaku untuk anak-anak juga, dengan patokan yang sama seperti yang mba koes itu? Untuk anak mungkin tidak dianjurkan dulu ya. Harus dikonsultasikan dengan dokter jantung yang menangani terlebih dahulu.

 

Jangan lupa syaratnya nadi normal 60-100 per menit ini juga jadi patokan kira-kira kondisi saat akan melakukan latihan baik atau tidak

 

Latihan fisik ini baru dicoba untuk pasien PJB dan rehab post op dengan pengawasan dokter. Untuk itu saat ingin mencoba bisa berkonsultasi dgn dokter jtg yang menangani apakah ada kontraindikasi pasien untuk melakukannya.

Sedikit mengenai *Tes jalan 6 menit* ( Six Minute Walk Test / 6 MWT )

– cek nadi awal : …. x/menit

– pemanasan 5-10 menit

– cek nadi latihan : …. x/ menit

– pendinginan 5-10menit

 

Catatan :

  • Nadi normal (60-100 x per menit) teratur
  • Kenaikan denyut setelah latihan maksimal 20 denyut dari denyut awal sebelum latihan

Jgn lupa periksa nadi sebelum dan saat latihan.

Pedoman awal :

  1. Coba jalan selama 6 menit dihitung dapat brp jaraknya semampunya. Ini akan jadi patokan awal kondisi fisik kita untuk latihan fisik berikutnya. Pastikan tidak ada keluhan dan memenuhi syarat yang sdh diinfo ttg tes jalan 6 menit.
  2. Setelah itu berikutnya bisa ditingkatkan bertahap. Jika ada keluhan segera hentikan aktivitas fisik saat itu.
  3. Target bukan seberapa jauh atau lamanya melakukan fisik tapi melatih tubuh kita secara bertahap.

Jangan lupa terapkan pola hidup sehat 5H3B dalam kehidupan sehari-hari..

Demikian  informasi dan pengalaman yang kita bagi pada kulwap malam hari ini

By | 2023-01-25T11:04:50+00:00 February 19th, 2020|Kuliah lewat WhatsApp|0 Comments

About the Author:

Yayasan
Yayasan Hipertensi Paru Indonesia adalah komunitas pasien, keluarga, dan kalangan medis pemerhati Hipertensi Paru. Silakan klik Daftar Anggota untuk bergabung dalam komuniitas dan klik IndoPHfamily untuk bergabung di forum utama pasien di Facebook
Open chat