Hidup dengan Penyakit Kronis-Kulwap

///Hidup dengan Penyakit Kronis-Kulwap

Hidup dengan Penyakit Kronis-Kulwap

Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatsapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.

Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799

 

PENGUMUMAN KULWAP YHPI

  • Waktu : Selasa, 16 November 2021
  • Pukul : 19.00 – 20.30 WIB
  • Narasumber : Bagus Ari Nugraha Suela, M.Psi., Psikolog
  • Tema : Through The Same Boat: Hidup dengan Penyakit Kronis
  • Moderator : Umi

 Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI

Saya adalah seorang Psikolog Klinis. Berpraktek di PIP Unpad sejak tahun 2018 dan memfokuskan diri pada penanganan kasus-kasus yang berkaitan dengan duka/grieving, perawatan paliatif, kecemasan, gangguan mood serta permasalahan2 psikologis sebagai akibat dari kondisi medis atau kesehatan tertentu. Ketertarikan akan bidang ini sebenarnya didasari juga pada keinginan saya untuk menemukan keseimbangan diri, setelah saya didiagnosa memiliki penyakit kronis. Jadi saya mendalami ini pun sekalian saya rawat jalan untuk diri saya sendiri hehehe 😀

Hari ini saya sangat senang telah diberikan kesempatan untuk bisa berbagi kepada rekan2 sekalian, baik dari perspektif keilmuan saya sebagai psikolog, maupun apa yang saya dapatkan juga dari perjalanan penyakit kronis yang saya alami. Materi ini saya susun untuk bisa memberikan pemahaman yang jauh lebih mendalam dari sisi psikologi tentang situasi dan tantangan yang dihadapi ketika menjalani kehidupan dibarengi dengan kondisi penyakit kronis. Saya juga menyertakan beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk membuat kehidupan yang sedang kita jalani ini jauh lebih bermakna meskipun situasi yang kita alami tidaklah mudah. Dan karena rekan-rekan disini sudah lebih dari paham tentang hal ini (karena kita yang mengalami dan merasakannya) maka disini kita akan lebih banyak saling memberi dan mengisi satu sama lain dengan harapan ada sesuatu yang bisa kita pelajari dan dapatkan untuk bisa melalui kehidupan ini dengan lebih baik.

Saat ini kita sedang berada pada perahu yang sama, mengarungi lautan kehidupan yang selain menggoyahkan dengan ombak dan badainya, namun menyimpan juga keindahan dibalik itu semua. Mari kita semua berproses. Rekan-rekan sekalian, apa yang terlintas di pikiran dan perasaan ketika kita mendapatkan diagnosa penyakit kronis? takut? khawatir? panik? marah? sedih? disaat seperti itu, sangat wajar sekali segala emosi negatif muncul dalam pikiran dan perasaan kita.

Betul sekali ya. Serasa dunia hancur, rasanya kita seperti ga punya masa depan lagi. Itulah yang biasanya muncul dalam diri kita. Hidup itu rasanya udah stuck, mampet. Kita jadi sering liat ke belakang, ke kehidupan yang udah ga bisa kita jalani lagi. Mau lihat ke depan juga kayaknya mentok. Kehidupan didepan sana jadinya makin ga jelas. Itu adalah sebuah kondisi yang biasa disebut sebagai grieving/berduka. Berduka ini teryata ga cuma sekedar ketika kita kehilangan seseorang yang penting di kehidupan kita

Kondisi terdiagnosa dengan penyakit kronis itu pun juga adalah sebuah kehilangan. Kita kehilangan sebuah kehidupan yang dulu kita miliki. Berbeda juga dengan kedukaan karena kita kehilangan orang terdekat, duka ketika kita terdiagnosa penyakit kronis punya sifat yang khusus atau unik. Duka ini biasanya sifatnya mendalam dan memerlukan proses yang berulang-ulang. Karena perubahan situasi dan keadaan yang kita alami lebih menetap dan terasa pada kehidupan kita sehari-hari. Nah, dalam berduka ini kita perlu memahami, apa saja sebenarnya tahapan yang terjadi ketika kita mengalami perasaan grieving atau kehilangan ini. pada konteks kedukaan karena diagnosa penyakit kronis, setidaknya ada 7 tahapan yang biasanya dihadapi dan dirasakan oleh seseorang.

7 tahapan tersebut sudah terjelaskan pada bahan materi. Kalau melihat dari materi tersebut, kira2 rekan2 sekarang sedang berada di tahapan mana nih? Tahapannya ada Denial/Penolakan, Bargain/Tawar Menawar, Anger/Marah, Anxiety&Depression/Cemas&Depresi, Loss/Kehilangan, Evaluasi kehidupan, dan terakhir Acceptance/Penerimaan. Rekan rekan disini cukup beragam ya, tapi rata-rata semua sudah melewati atau merasakan tahapan-tahapan awal seperti penolakan, tawar menawar, marah, dsb. Dan senang sekali semuanya vibenya cukup positif nih untuk menjalani kehidupan dengan penyakit kronis ini. Untuk mereka yang memang masih berada pada tahapan-tahapan awal, ga perlu khawatir, bukan berarti ketinggalan kok. sedang berproses aja

dan ga perlu juga merasa kecil ketika sekarang sudah merasa masuk ke penerimaan, tapi suatu hari kok saya balik lagi ya ke tahapan marah. Karena pada dasarnya tahapan ini bukanlah sesuatu yang kaku atau mutlak. dengan nature nya penyakit kronis, kita melalui tahapan ini secara terus menerus dan berkesinambungan.

Tapi jangan salah. menerima itu bukan berarti pasrah. Beda loh antara menerima dan pasrah. Orang seringnya salah kaprah nih antara pasrah dan sudah dalam kondisi menerima. Bedanya apa sih? ada yang tau? Jadi bisa dilihat ya perbedaannya. Kalau pasrah itu kita setelahnya tidak memiliki daya upaya untuk tetap berkembang, tetap menemukan kehidupan yang bermakna dan seimbang. Sementara kalau kita menerima, artinya kita sudah menyadari bahwa kita memiliki sebuah realita kehidupan yang baru. dan dalam realita ini kita masih bisa bergerak kok. Kita masih bisa menjadi diri kita yang optimal, dan menemukan makna baik dari kehidupan kita. Tanda lain bahwa kita menerima dan bukan pasrah adalah kita tetap melakukan berbagai cara untuk menjaga kondisi diri kita.

1. Pertanyaan:

Nama: devi, Usia:29th, Domisili:yogyakarta. Saya sering merasa cemas dan takut dengan masa depan saya. Banyak hal yang saya khawatirkan dengan kondisi saya yang pernah memiliki ph tinggi. Tapi sekarang sdh normal. Bagaimana cara saya untuk bisa mengurangi rasa cemas saya.. Dan bagaimana cara nya mengelola stres dengan baik? Terima kasih.

Jawaban:

Halo devi, salam kenal. Ketakutan dan kecemasan akan sesuatu yang belum atau sedang kita hadapi sebenarnya adalah suatu reaksi wajar sebagai bagian dari pertahanan diri kita untuk mengantisipasi hal-hal yang mungkin tidak kita inginkan. Untuk devi yang pernah memiliki PH tinggi sangat wajar jika akhirnya devi merasa cemas dan ketakutan tentang bagaimana  jika hal ini terulang kembali. Dan pastinya pengalaman ph tinggi ini pun juga bukan sesuatu yang menyenangkan sehingga kita merasa perlu menghindari hal ini agar tidak terulang kembali

Untuk itu, maka kita perlu mengelola dan memaintain diri agar tidak terlalu banyak dipengaruhi oleh rasa cemas tersebut. Hal yang dapat kita lakukan adalah pahami sumber dari kecemasan dan lakukan langkah-langkah kongkrit antisipasi untuk menghadapi hal tersebut. Karena ini berkaitan dengan kondisi fisik, berarti kita perlu mengelola penyakit yang kita derita. Lakukan berbagai tindakan untuk bisa mengontrol penyakit, misalnya dengan memastikan sudah minum obat secara teratur, lakukan kontrol secara rutin, dan kembangkan pola hidup sehat

Setelah kita berhasil mengelola penyakit dan mengontrol sumber dari kecemasan kita, berikutnya kita harus mengelola kondisi emosi dan persepsi kita. Beberapa teknik seperti relaksasi, meditasi, mengatur nafas terbukti membantu meredakan gejala2 kecemasan yang dirasakan. Lakukan secara rutin dan konsisten untuk hasil yang optimal

Selain itu mulailah mengalihkan fokus dari hal-hal yang ditakutkan ke hal-hal lain yang lebih membangkitkan emosi positif, seperti mulai menciptakan goal-goal baru dan berfokus untuk bisa mencapai itu, mempraktekan self love dan self care secara rutin, serta mulai melatih diri untuk bisa mensyukuri semua hal kecil yang bisa kita dapatkan dalam hidup ini. Memiliki gratitude journal (menuliskan hal-hal baik yang terjadi di hari itu bahkan untuk hal kecil sekalipun) akan melatih pikiran kita dari berfokus pada hal buruk dalam hidup menjadi focus pada hal baik yang bisa kita dapatkan dan membuat kehidupan terasa lebih bermakna.

2. Pertanyaan:

Nama: Musrifah, Usia.  :31thn, Domisili:Lamongan. Assalamualaikum dok.mohon maaf saya mau bertanya ketika kita dalam titik kecemasan dan depresi.bagaimana cara meningkatkan rasa percaya diri kita lagi.karena setelah kita di vonis penyakit kronis pasti rasa percaya diri kita akan menurun.

Terima kasih.

Jawaban:

Selamat malam Musrifah. Senang sekali Musrifah sudah menyadari sedang berada di tahapan apa dari perjalanan luar biasa untuk bisa hidup dengan penyakit kronis ini 😊. Semoga Bersama-sama kita bisa mencapai titik yang kita harapkan ya.

Masuk ke tahapan depresi dan kecemasan berarti kita sudah mulai mendapatkan pemahaman tentang situasi yang sedang kita hadapi dan sangat wajar kita merespon situasi penyakit kronis ini dengan kemunculan berbagai emosi negatif. Kita mulai merasakan bahwa berbagai hal penting yang dahulu kita bisa lakukan, cita-cita yang dulu kita buat, sesuatu yang menjadi nilai dari diri kita, mulai terganggu dan kita mulai tidak yakin dengan diri dan kemampuan kita

Namun tidak perlu khawatir, karena hal itu memang sebuah proses yang perlu kita jalani. Jika kita sudah mulai merasakan hal tersebut, berarti kita sedang masuk pada tahapan Kehilangan & kebingungan, dan siap untuk mulai masuk pada tahapan berikutnya: Mengevaluasi kehidupan dan menemukan arah baru.

Yang paling penting dalam melalui tahapan ini adalah tidak berhenti untuk mencari dan menemukan. Kita tau bahwa kondisi yang kita alami ini adalah sesuatu yang tidak terhindarkan, namun kita adalah seorang manusia seutuhnya. Kita lebih dari sekedar sakit yang kita miliki. Untuk itu kita perlu mencari apa sebenarnya makna dari sakit yang kita derita, dan menemukan tujuan baru dalam hidup kita. Perlahan-lahan, Ketika sudah Kembali menemukan makna dan tujuan baru dalam hidup, kita bisa bangkit dan menemukan kepercayaan diri dalam menjalani kehidupan. jadi untuk musrifah, selamat berproses ya!

3. Pertanyaan:

Nama: untari (43 thn), Domisili: Surabaya, Diagnosa: Primer PH. Selamat siang…  ijin bertanya… dengan kita didiaknosa penyakit kronis, kadang orang2 disekitar kita menganggap kita lemah,tdk berdaya, padahal kita oke2 aja, akirnya dgn anggapan mereka itu membuat kita jengkel,pingin marah,gak suka sama mereka, sehingga mempengaruhi emosi kita, apakah dgn rasa itu saya belum mampu memanegement stres dan belum bisa menikmati setiap proses dengan kesadaran dan penerimaan adanya suatu penyakit,terimakasih

Jawaban:

Selamat malam mbak untari. Memang akan jadi sangat ‘menyebalkan’ Ketika orang2 disekitar kita justru malah bereaksi berlebihan, dari yang awalnya kita merasa bahwa kita baik-baik saja, dengan perlakuan mereka yang super hati-hati kepada kita, kita jadi merasa lemah dan tidak berdaya. Kita mungkin bisa melihat hal ini dari berbagai sudut pandang.

Pertama, bentuk anggapan orang-orang disekitar kita bisa jadi merupakan bentuk perhatian dan kasih sayang yang mereka ungkapkan kepada kita. Hal tersebut mungkin bukanlah bentuk mereka merendahkan kita, tapi cara mereka menunjukkan perhatian dengan menghargai dan menerima kondisi kita. Memang tidak semua orang cukup baik dalam mengekspresikan perhatian dan kasih sayangnya, atau tidak cukup mengerti tentang kondisi yang kita alami sehingga seringkali kita menangkapnya jadi sesuatu yang lain

Jika memang seperti ini, cara satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah berkomunikasi dan memberikan pengertian tentang kondisi kita sebenarnya seperti apa dan menjelaskan perlakuan seperti apa yang sebenarnya kita butuhkan. Perasaan kemarahan yang muncul bisa jadi juga adalah perspektif kedua: bahwa mungkin sebenarnya kita bukan marah kepada mereka, tapi sebenarnya kita marah dan frustasi pada diri kita sendiri

Perhatian-perhatian yang mereka berikan pada akhirnya kita anggap sebagai pembuktian bahwa kita lemah atau tidak berdaya, sesuatu yang selama ini berusaha kita hindari untuk akui. Jika demikian, maka sebenarnya kita belum sepenuhnya menerima bahwa kita memang sedang tidak baik2 saja.

Saya jadi ingat, pada setahun pertama saya terdiagnosa memiliki autoimun, saya sangat sulit menjawab mereka yang bertanya tentang kabar saya. Saya selalu berfikir kalau saya menjawab saya sehat tapi ya sebenarnya saya tidak sehat, tapi kalau saya menjawab kalau saya ga sehat kok kesannya kaya saya ini lemah banget dan ga berdaya. Semakin kesini akhirnya saya sadar bahwa ‘sehat’ atau ‘oke’ nya saya sekarang itu berbeda dengan ‘sehat’ dan ‘oke’ nya orang-orang pada umumnya.

Dan sekali lagi, itu tidak serta merta mendefinisikan bahwa saya adalah orang yang lebih lemah atau tidak berdaya dari mereka. Saya cuma menjadi seseorang yang berbeda, bukan seseorang yang lebih buruk. Apapun perspektif yang akhirnya sesuai dengan kondisi mbak untari, ini adalah sebuah perjalanan yang harus kita lalui. Mari kita berproses bersama-sama untuk bisa menemukan kehidupan yang lebih baik

4. Pertanyaan:

Nama: Titin Nurhayati, Usia : 42th, Domisili : pangalengan-bandung selatan. Sedikit cerita yg menderita penyakit kronis kemungkinan besar itu sudah jadi takdir dari Allah. Qodarrullah kita adalah orang² pilihan-Nya. Yang saya mau tanyakan, bagaimana cara menghadapi kalau kita sedang merasa kesal, sendirian, depresi cenderung setress, mengacu ke penyakit kronis yang kita derita, walaupun ada pribahasa “kita tidak sendirian” tapi kalau faktanya, memang bener² sendiri, suport ga ada, saran dan nasihat ga ada, ini bukan perasaan tapi ini nyata, itu yg saya rasakan saat ini, terkadang suka ingin melakukan hal² di luar nalar saya.. Mohon masukkannya🙏🏻terima kasih.

Jawaban:

Selamat malam mbak titin. Alhamdulilah, positif sekali sudut pandangnya ya. Semoga terus bisa melihat apa yang dialaminya dengan positif. Emosi-emosi negatif seperti marah, kesal, sedih, kecewa merupakan sesuatu yang wajar terutama Ketika menghadapi situasi yang sulit, seperti penyakit kronis. Ketika perasaan-perasan ini muncul, yang kita harus lakukan bukanlah menolak atau melihat hal ini sebagai sesuatu yang buruk yang seharusnya tidak kita rasakan.

Perasaan negatif tersebut memiliki sebuah pesan bahwa kita memerlukan bantuan dan membutuhkan dukungan untuk menghdapi hal ini. Maka dari itu, tidak perlu terlalu keras kepada diri atau merasa buruk ketika kita merasakan emosi negatif ini. Terimalah setiap emosi yang muncul tanpa menilai (negatif/positifnya), tetapi rasakan itu sebagai bagian dari diri kita.

Adakalanya ketika kita memang merasa sangat terpuruk, kita sering merasa bahwa kita sendirian atau tidak ada satupun orang di dunia ini yang memahami kita. Yang mungkin terjadi sebenarnya kita tidak benar2 sendirian, namun seringnya kita yang menjauhi diri serta merasakan bahwa kita sendirian. Kitalah yang mendorong orang2 di  sekitar kita untuk menjauhi diri kita. Ini adalah reaksi umum yang terjadi ketika kita sedang merasakan kesedihan dan tekanan yang luar biasa. Seakan akan dunia ini menjauh dari kita

Kita perlu yakini bahwa bantuan pasti selalu ada. Tidak melulu dari orang lain, bisa juga bantuan datang dari ketenangan yang Allah berikan ketika kita sedang mendekatkan diri kepadaNya, atau melalui hal-hal kecil yang kita sering lupakan seperti makanan atau rizki yang masih Allah berikan kepada kita, dan masih banyak lagi. Hal inilah yang perlu kita kembangkan setiap harinya.

Jangan lupa juga, bahwa dengan bergabungnya mbak titin di komunitas ini, berarti mbak titin sudah memastikan bahwa mbak titin memang tidaklah sendirian. Orang-orang di dalam komunitas ini akan selalu siap berbagi dan membantu, sama-sama saling menguatkan dan mengarungi kehidupan dengan penyakit kronis ini dengan harapan masa depan yang lebih baik.

5. Pertanyaan:

Nama: Lestri, Umur: 45 th, Domisili:Jambi. Saya tidak pintar berkomunikasi dok, terutama menerangkan kondisi kesehatan saya. Kalo suami dan anak2 kan sering melihat saya sesak, menges2, dll keluhan saya, sehingga saya dirumah tidak di bebani kerja apapun, sesekali saya bs menyetrika, karena  duduk saja kan dok. Masalahnya dok klo bergaul dengan tetangga atau  orang lain saya tidak nyaman karena kan fisiknya  nampak sehat2 sj, takut dicoment makan nya normal koq gak bisa apa2, bgmn cara saya menyikapinya ya dok, trm ksh

Jawaban:

Terima kasih Mbak Lestri atas pertanyaannya. Menerangkan atau menjelaskan kondisi penyakit yang kita alami memang terkadang menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi kita sebagai upaya untuk kita bisa membuat orang-orang disekitar kita menjadi mengerti dan paham tentang apa yang sebenarnya kita sedang alami dan kita rasakan. Saya jadi ingat dulu ketika ada seorang teman saya yang bertanya tentang kondisi yang  saya alami, kebetulan kondisi autoimun saya ini berada pada bagian yang tidak kelihatan yaitu di saraf mata saya. secara fisik saya memang nampak baik-baik saja dan ketika saya saya Berusaha menjelaskan tentang penyakit yang saya miliki teman saya  ber celetuk kalau saya ini masih  terlihat sehat dan mampu beraktivitas. yang dia tidak tahu betapa  hal tersebut sangat mempengaruhi diri saya.

Pada dasarnya kita tidak bisa mengontrol atau mengatur bagaimana Seseorang berpikir tentang diri kita. yang bisa kita lakukan pada akhirnya adalah kita yang mengontrol Bagaimana cara kita bersikap terhadap kata-kata maupun persepsi dari orang lain tentang kita. Kitalah yang menentukan apakah kita akan merasa sedih atau merasa marah atau merasa Netral terhadap kata-kata dan persepsi orang lain tentang diri kita. sehingga sebenarnya apabila kita sudah bisa menerima diri kita sendiri maka Biasanya kita akan kan jauh bisa lebih menerima hal yang memang memang tidak bisa kita kontrol seperti persepsi orang-orang tersebut

Berfokuslah terlebih dahulu pada kenyamanan dengan diri kita sendiri, pada bagaimana kita ta bisa nyaman hidup dengan kondisi kita dan bisa menerima segala sesuatu yang sudah terjadi pada diri kita niscaya kita pun akan bisa lebih baik dalam menyikapi persepsi dan perkataan dari orang-orang di sekitar kita. semangat berjuang ya untuk mbak Lestri

6. Pertanyaan:

Nama: Tedja Purnama, Usia: 70 thn, Domisili: Jakarta. Malam  pak, setelah 20thn saya menjalani penyakit kronis bukan hanya hipertensi paru saya juga penderita kanker sel darah merah (polysitemia vera), stroke yang sudah 10x, jantung, PPOK n masih ada beberapa lagi, yang saya rasakan belakangan ini adalah ketidak stabilan emosi pd keluarga, bagaimana saya harus menyikapi nya agar emosi sy tdk meledak² tdk pd tempatnya karena kemarahan itu saya tidak tau kenapa, hal itu terkadang terjadi tiba-tiba saja, terimakasih pak.

Jawaban:

Selamat malam Bapak Teja. cukup panjang ya Pak perjalanan menjalani penyakitnya.  tetap semangat ya Pak untuk bisa menjalani Perjalanan Ini. Yakinlah bahwa ada hal baik yang menunggu Bapak di depan sana. Melihat berbagai kondisi yang Bapak alami ada beberapa kemungkinan  yang dapat menjelaskan tentang adanya perubahan emosi yang tidak stabil dan meledak ledak yang Bapak rasakan belakangan ini. pertama Ada kemungkinan kondisi emosional ini dipengaruhi oleh ketidakseimbangan hormon dalam tubuh yang dipengaruhi oleh penyakit ataupun obat-obatan dan terapi yang sedang  Bapak jalani.

Seringkali berbagai penyakit fisik memiliki pengaruh terhadap kondisi psikologis dan emosi seseorang. dan jika saya melihat gambaran penyakit yang  Bapak rasakan bisa jadi terapi dan obat-obatan yang diminum lah yang mempengaruhi perubahan kondisi emosi yang tidak stabil tersebut

Cobalah berkonsultasi dengan dokter yang biasa menangani bapak untuk mengetahui  adanya pengaruh penyakit yang obat-obatan yang sedang di konsumsi terhadap perubahan emosi yang dirasakan. Keluarga juga perlu diberikan pemahaman terkait dengan kondisi yang sedang Bapak alami dan bagaimana itu mempengaruhi kondisi emosional bapak  sehingga keluarga bisa memahami bahwa emosi yang meledak-ledak ini Bukan karena Bapak memang marah kepada mereka  dan akhirnya mereka pun bisa menyikapi kondisi emosi ini dengan lebih baik.

Berikutnya jika memang kondisi ini ini bukanlah dipengaruhi oleh penyakit atau  pengobatan yang sedang Bapak jalani maka bisa Jadi sebenarnya Bapak memang sedang dalam kondisi atau situasi yang cukup memberikan tekanan secara emosional  dan direspon dengan kemunculan emosi marah. artinya ada sesuatu selain dari bawaan penyakit kronis yang mempengaruhi emosi bapak. Cobalah untuk berkomunikasi dan menyampaikan kan apa yang Bapak rasakan dan pikirkan kepada orang-orang terdekat dan jika memang dirasa dibutuhkan bapak bisa datang ke tenaga profesional untuk bisa mendapatkan penanganan lebih lanjut

7. Pertanyaan:

Nama: nurhayati, Usia: 36tahun, Domisili:Cibinong Bogor. Saya mau tanya dokter anak saya yang menderita pH bagaimana caranya memberitahukan keadaannya yang tidak sama seperti anak lainnya dan cara membatasi kegiatannya sedang dia selalu mau mengikuti anak seusianya bermain.

Jawaban:

Mbak Nurhayati, menjelaskan adanya keadaan yang berbeda kepada anak memang menjadi tantangan tersendiri. Dalam proses menjelaskan tersebut kita harus memastikan kan bahwa anak benar-benar mengerti dan paham tentang kondisi yang sedang dialami. Memberikan penjelasan yang baik dan tepat akan membantu anak untuk bisa secara mandiri mengelola dirinya untuk menghadapi penyakit kronis yang dimiliki di kemudian hari. Namun dalam menyampaikan perlu diperhatikan juga beberapa faktor seperti usia anak  serta kesiapan anak dalam menerima informasi-informasi yang mungkin cukup sulit untuk bisa dicerna

Pada anak yang berusia di bawah 13 tahun, Sebaiknya dimulai dengan menjelaskan terlebih dahulu tentang keberadaan penyakit tersebut tanpa langsung menjelaskan bahwa si anak memiliki penyakit tersebut atau yang biasa kami sebut sebagai partial disclosure. Anak pada usia tersebut umumnya memiliki kapasitas yang cukup terbatas untuk bisa menerima informasi yang kompleks dan banyak, apalagi informasi tersebut ternyata memiliki dampak yang buruk dengan kehidupannya.

Mbak nurhayati bisa menggunakan analogi-analogi yang lebih dekat dengan bahasa sehari-hari ketimbang bahasa yang rumit, misalnya seperti menceritakan bahwa semua orang dilahirkan didunia ini berbeda-beda dan unik lalu menunjukkan bahwa hidung atau wajah ayah dan ibu pun berbeda. Termasuk juga ada mereka yang dilahirkan dengan kondisi khusus. Perbedaan tersebut bukan berarti orang tersebut lebih baik atau lebih buruk, hanya saja ada hal-hal yang bisa dan tidak bisa mereka lakukan. mbak juga bisa menggunakan bahasa dan istilah yang kongkrit ketika menjelaskan kepada anak.

Perlu diingat bahwa proses menjelaskan kepada anak tidak bisa diselesaikan sekali waktu, perlu dilakukan secara bertahap dan menyesuaikan dengan usia anak. libatkan juga ayah pada proses menjelaskan ini, dan jangan lupa tetap bangkitkan semangat anak untuk tetap bisa menjalani kehidupannya dengan baik

8. Pertanyaan:

Nama: Nur, usia : 23th, domisili : bekasi. Selamat malam dok, saya setelah terdiagnosa ASD PH setiap saya sendirian slalu panik , muncul rasa takut akan kematian. apalagi mendengar kabar duka trkdang kepikiran sampai tdk bisa tidur. kalau sudah muncul kecemasan jantung berdebar tak beraturan,kadang2 emosi tak terkendali,tiba2 merasa sangat sedih “kenapa sya seperti ini”  Apa itu termasuk gangguan mental dok? Hal apa yg perlu sya lakukan agar hilang rasa panik tsb. menyibukkan diri sudah sya lakukan, tapi kalau sendirian mau sesibuk apapun sya masih tetap cemas panik takut.

Jawaban:

Terimakasih atas pertanyaan dari mbak nur. Ketika kita terdiagnosa dengan penyakit kronis sangat umum terjadi di kemunculan emosi-emosi negatif dan perasaan-perasaan mengganggu seperti kecemasan kepanikan dan ketakutan akan kematian. Hal ini perlu dipisahkan antara gangguan Mental murni dan gangguan yang muncul sebagai reaksi kita dalam menerima atau menghadapi situasi tertentu seperti diagnosa penyakit kronis.

Jika memang gangguan ini adalah reaksi kita terhadap situasi diagnosa penyakit kronis maka berarti yang bisa kita lakukan adalah Melalui setiap tahapan  mulai dari penolakan sampai akhirnya penerimaan terhadap kondisi penyakit kronis ini, belajar untuk hidup dan mengelola penyakit yang kita  miliki, membangun makna Baru terhadap kondisi yang kita alami, dan Mulai membiasakan diri untuk bisa hidup dengan penyakit.

Menghindari dengan menyibukkan diriHanya akan berpengaruh jangka pendek. yang paling penting adalah Mulai menjalani tahapan-tahapan yang diperlukan agar kita bisa menerima keadaan dan kondisi diri kita serta meyakini bahwa  kita masih memiliki kesempatan untuk bisa mencapai kehidupan yang lebih baik.

9. Pertanyaan:

Nama: Diana, Usia: 27, Domisili: Lumajang. Diagnosa: ASD, VSD, PDA, PH. Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat siang ijin bertanya, bagaimana cara kita untuk menghadapi toxic people dan cara mengendalikan diri untuk tidak insecure ataupun overthinking dengan keterbatasan yang dimiliki? Singkat cerita pengalaman pribadi : Beberapa tahun yg lalu mengalami perundungan dari teman kuliah (yang juga masih tetangga) dibanding-bandingkan bahkan difitnah mempunyai penyakit menular (yang pada kenyataannya adalah PJB & PH). Terimakasih

Jawaban:

Mb Diana, perundungan memang sesuatu yang tidak menyenangkan dan pastinya akan berpengaruh kepada diri kita. Umumnya memang perundungan ini akan mempengaruhi cara kita menilai diri kita sendiri, membuat kita merasa diri lebih rendah dibandingkan orang lain. Tapi perlu kita pahami, bahwa kita tidak bisa mengontrol cara orang lain bersikap kepada kita. Dia yang melakukan perundungan kepada kita pun bisa jadi karena dia merasa terancam dengan keberadaan diana, sehingga dia perlu memastikan bahwa diana berada pada posisi yang tidak lebih baik dari dirinya.

Karena kita tidak bisa mengatur dan mengubah hal tersebut, maka yang bisa kita lakukan adalah mengontrol bagaimana cara kita berfikir dan bersikap terhadap perundungan tersebut.

Belajarlah untuk berfokus pada diri, menerima dan mencintai diri kita sendiri tanpa perlu mencari afirmasi dan validasi dari orang lain. Saya mungkin tidak akan menjelaskan terlalu banyak terkait Self-Love karena sebelumnya sudah pernah dibahas pada kulwap lalu. Diana bisa memulai upaya dan perjalanan untuk bisa mencintai dan menghargai diri sendiri. Keterbatasan tidak akan menjadi penghambat untuk diana berkembang dan menjadi diri diana yang paling optimal selama kita tidak memberi kuasa kepada keterbatasan tersebut untuk mengontrol diri kita. Ketika kita sudah kuat dan kokoh, penuh rasa belas kasih, pemaafan dan penerimaan terhadap diri sendiri, maka setidak menyenangkan apapun lingkungannya, kita tidak akan terpengaruh oleh hal tersebut.

“ Sebelum mengajak berjuang bersama-sama, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada semua disini yang telah berjuang dan bertahan. Kita tau perjalanan ini masih panjang dan berliku. Dan rekan2 disini semua adalah orang2 kuat yang dipercayakan untuk bisa melewati ini semua dengan baik. Percaya dan yakinlah bahwa kita akan menemukan makna dari apa yang sedang kita alami. Sesuatu yang membuat kita sadar bahwa hidup ini bermakna. Kita ini lebih dari sekedar penyakit yang kita derita. Kita adalah manusia berdaya yang juga memiliki masa depan indah didepan sana. Tetap semangat melewati ini dan ingatlah bahwa kita semua berada di perahu yang sama. Mari saling mendukung dan menguatkan.”_ Bagus Ari Nugraha Suela, M.Psi., Psikolog

By | 2023-01-25T07:26:17+00:00 December 11th, 2021|Kuliah lewat WhatsApp|0 Comments

About the Author:

Yayasan
Yayasan Hipertensi Paru Indonesia adalah komunitas pasien, keluarga, dan kalangan medis pemerhati Hipertensi Paru. Silakan klik Daftar Anggota untuk bergabung dalam komuniitas dan klik IndoPHfamily untuk bergabung di forum utama pasien di Facebook
Open chat