Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatshapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.
Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799
PENGUMUMAN KULWAP YHPI
- Waktu : Jum’at, 26 Februari 2021
- Pukul : 19.30 – 21.15 WIB
- Narasumber : Firza Ersalina Prasetyo, M.Psi Psikolog
- Tema : Self-healing, Sebuah Perjalanan Menyembuhkan diri
- Moderator : Amidayana
Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI
Sejalan dengan judul kulwap kita malam ini, self-healing merupakan perjalanan menyembuhkan diri sendiri, yang mana setiap manusia memiliki kemampuan dalam memulihkan dirinya secara utuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa self-healing bertujuan memberi kesempatan seseorang untuk terbuka dalam menerima terhadap emosi (perasaan) dan memori masa lalu yang sifatnya cenderung kurang menyenangkan.
Emosi (perasaan) menjadi instrumen manusia untuk merespon seuatu kondisi atau peristiwa, dan berpengaruh terhadap bagaimana kita membentuk anggapan dan tindakan nantinya. Nah adanya luka batin biasanya banyak dipengaruhi oleh penekanan emosi yang menyebabkan penilaian kita menjadi bias (kekeliruan dalam melihat situasi) dan berdampak pada adanya unfinished business (slide 2, hlm.1). Oleh karenanya, self-healing mulanya banyak berpusat pada proses menyadari emosi, lalu berlanjut pada pembentukan makna dari pengalaman masa lalu yang lebih positif
1. Pertanyaan:
Nama: nurul, Usia:29, Diagnosa:asd ph MR TR. Bagaimana bangkit dari keterpurukan disaat kita kehilangan segalanya bahkan kesehatan dan keluarga dan agar tidak merasa putus asa
Jawaban: Baik, Saya menjawab pertanyaan pertama dari Kak Nurul … Jika berada pada posisi Kak Nurul mungkin rasanya akan sulit untuk kembali bangkit, terlebih tanpa adanya support dari keluarga yang biasanya memiliki peran penting dalam masa-masa sulit. Saat Kak Nurul merasa putus asa dan rasanya tidak bisa berharap banyak saya rasa perlu untuk memahami juga situasi yang kurang bersahabat, sehingga bisa lebih memaklumi kondisi yang sedang dirasakan.
Di sisi lain, saya melihat semangat Kak Nurul untuk mau belajar mendorong diri agar bangkit dari keputusasaaan itu. Hal ini perlu diapresiasi dulu ya … Bagaimana bangkit dari keterpurukan tentu setiap orang memiliki caranya sendiri dan perlu diingat kembali menjadi bangkit juga berarti berproses. Proses pun membutuhkan waktu.
Sebelum berproses, Kak Nurul perlu menemukan tujuan, seperti apa yang ingin dilakukan selanjutnya? apa yang ingin dicapai? misalnya. Akan lebih baik jika keinginan tersebut berasal dari diri sendiri. Ibaratnya tujuan ini bisa dijadikan bahan bakar untuk diri. Setelah tujuan ini sudah diketahui, Kak Nurul bisa menyusun Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mencapainya. Baik tujuan maupun langkah-langkah ini sebaiknya bersifat realistis disesuaikan kemampuan Kak Nurul, sehingga akan lebih mudah untuk melakukannya.
Setiap langkah yang berhasil dilakukan, bisa dilihat sebagai suatu capaian dan berilah apresiasi bahwa “terima kasih karena sudah mau bangkit”. Namun jika ada kendala, bisa dilihat kembali apa yang menjadi sulit (sebagai evaluasi) sehingga bisa mencari cara lain untuk mengatasinya. Setelah itu tetap beri afirmasi bahwa “diri ini sudah berusaha yang terbaik, terlepas masih ada sesuatu yang dirasa kurang baik” … Ketika dalam perjalanannya Kak Nurul merasa down atau rasa putus asa kembali menyerang, coba untuk memberi waktu dan hadir untuk diri sendiri. Cara lebih detailnya bisa dilihat pada slide 10-11 ya kak mengenai pengelolaan emosi, semoga bisa dipahami jawaban yang saya berikan
2. Pertanyaan:
Nama : Isla, Usia : 35thn, Diagnosa : Sudah koreksi ASD. Saya isla, lahir dgn PJB ASD + MR Ringan. Usia 22thn sudah open heart penutupan ASD, secara fisik saya sudah sehat dok. Saya sudah berkeluarga, memiliki 2 anak, dan aktif bekerja. Semua terlihat normal dok. Tetapi, secara psikis saya merasa belum pulih. Karena lahir dgn PJB, saya sakit2an dan kondisi ekonomi keluarga jg tidak stabil saat itu. Sehingga saya mengalami banyak hal yg sering membuat down, kekerasan fisik tidak pernah saya alami, tapi kekerasan psikis seperti caci maki, teriakan dari orang2 atau hal2 seperti saya menangis melihat adik2 saya sering kelaparan, atau hal2 lainnya masih slalu membayangi saya sampai saat ini.
Contohnya seperti saat saya enak2 makan, tiba2 ingat kejadian saat adik bungsuku menjatuhkan nasi pdahal kami harus berbagi karena tidak ada makanan dan itu membuat saya menangis. Adik2 saya sekarang sudah baik hidupnya, suami saya sayang ke saya dan anak2. Kami keluarga yg bahagia, tetapi kadang saya masih merasa punya dunia sendiri yg sepi. Panjang banget curhatnya. Saya benar2 ingin melewati perjalanan ini menuju kesembuhan lahir dan batin
Jawaban: Saya akan mencoba menjawab pertanyaan dari Kak Isla ya
Sebelumnya peluk jauh untuk Kak Isla yang sudah luar biasa menghadapi cobaan di masa lalu dan bisa bertahan sampai saat ini. Saya ikut bersyukur Kak Isla memiliki keluarga yang bahagia dan saling menyayangi. Terima kasih karena sudah mau berbagi cerita, senang bisa membaca ceritanya. Berkaca dari cerita Kak Isla, kita belajar bahwa self-healing juga menghadapkan ke kita pada memori pengalaman-pengalaman yang kurang menyenangkan di masa lalu. Tidak apa-apa jika masih teringat ya Kak Isla … bisa jadi memori itu muncul sebagai pesan dari tubuh bahwa ada emosi yang kita rasakan di masa lalu dan rupanya masih membekas dan terbawa sampai pada kehidupan kita saat ini.
Respon otomatis Kak Isla seperti menangis juga menjadi hal wajar. Menangis adalah cara otomatis tubuh merespon atas kejadian yang tidak menyenangkan. Setelah menangis, Kak Isla bisa mencoba mengelola emosi negatif yang muncul seperti melakukan relaksasi nafas sederhana (slide hlm. 10). Setelah lebih stabil, Kak Isla bisa mencoba membayangkan bagaimana kondisi keluarga adik maupun keluarga sendiri saat ini yang lebih baik. Hal ini betujuan untuk mencari jawaban atas rasa takut kak Isla, bahwa kondisinya sudah berbeda. Terkadang kita perlu menguatkan dan mengingatkan diri sendiri dengan melihat situasi here and now (disini dan kini)
Berbicara rasa sepi, saya membayangkan Kak Isla merasa berusaha menghadapi memori masa lalu sendiri di tengah-tengah keluarga yang sedang berbahagia, apakah seperti itu? Kak Isla bisa mengatakan pada diri bahwa kakak tidak sendiri … ada suami dan saudara yang bisa menjadi ruang kakak untuk berbagi. Kak Isla coba sedikit demi sedikit terbuka atas ingatan masa lalu dan apa yang kakak rasakan ketika memori itu muncul. Bisa juga kakak menyampaikan kebutuhan akan support apa yang bisa diberikan oleh suami, dan sebaliknya. Selamat mencoba ya Kak Isla. Doa terbaik untuk Kakak dan keluarga
3. Pertanyaan:
Nama: Arni, Usia: 38 th, Domisili: Tangerang, Misal, kita pernah mengalami suatu kejadian/ luka, lalu suatu saat, kita ada pada kondisi yang bodo amat dengan lingkungan sekitar kita, bodo amat dengan penilaian orang lain terhadap kita. Apakah hal seperti itu sudah merupakan langkah self-healing? Atau justru itu adalah penyangkalan atas kerapuhan kita?. Karena untuk melangkah, masih merasa sangat takut dan trauma. Lalu bagaimana menghilangkan rasa trauma pada diri kita? Terimakasih
Jawaban: Selanjutnya pertanyaan dari Kak Arni ya, saya akan menjawabnya. Saya bisa memahami bagaimana rasanya komentar orang lain terkadang membuat kita semakin tertekan dan meragukan diri, sehingga lebih sulit untuk melangkah. Menurut saya, Kak Arni bisa memilah masukan dari orang lain. Jika sekiranya tidak sesuai maka bisa diabaikan, namun jika sekiranya menjadi masukan yang membangun, bisa dipertimbangkan sebagai evaluasi diri.
Bagi saya, hanya Kak Arni yang bisa menyimpulkan apakah masukan itu sesuai dengan kerapuhan diri atau hanya sekedar komentar negatif yang menjatuhkan. Sepemahaman saya, komentar negatif yang menjatuhkan muncul ketika orang tsb belum mengenal kondisi atau Kak Arni terlebih dahulu. Sedangkan penyangkalan biasanya dilakukan ketika Kak Arni menolak sesuatu yang sebenarnya sedang disadari. Misalnya menolak disebut egois,namun di satu sisi menyadari bahwa diri ini terkadang bersikap egois di situasi” tertentu. Dalam kasus ini, kita perlu mengakui bahwa diri ini ada sisi egois sehingga kak Arni bisa lebih netral dalam menanggapi komentar dari orang lain.
Jika rasanya masih sulit untuk melangkah, kita coba dari sisi emosinya terlebih dahulu ya kak, yaitu menyadari dan mengelola si takut itu dulu … cara lebih detailnya bisa dilihat di materi slide hlm. 10 ya … Semoga jawaban saya bisa cukup membantu menjelaskan pertanyaan yang diberikan
4. Pertanyaan:
Nama:lingga,usia:37,domisili:jkt,krn trauma yg sya alami dr kecil kekerasan scr verbal terakhir pas masih kerja sy jd sring mimpi buruk dan kalo denger suara org teriak atau marah kdg shock dan jantung deg2 ,dan kondisi sy ini buat sy trauma untuk deket sama org lain jd sy selalu menjaga jarak dengan org lain,dan untuk menghilangkan trauma apa yg harus saya lakukan,terima kasih atas jawabnnya
Jawaban: Saya akan menjawab pertanyaan dari Kak Lingga, terima kasih juga untuk pertanyaannya
Sebelumnya saya perlu mengapresiasi karena kak Lingga sudah mencoba belajar bahwa respon syok atau jantung berdetak kencang terjadi saat teringat pengalaman kekerasan verbal di masa lalu. Rasanya mengganggu ya ketika memori yang lalu masih tiba-tiba hadir dan memberikan rasa takut, sehingga perlu menjaga jarak dari orang lain. Tidak apa-apa jika masih merasa takut, kak Lingga …
Keputusan menjaga jarak ini bisa dimaklumi mengingat kondisi kak Lingga dan saya bersyukur Kakak berkeinginan untuk mengubahnya. Sebelumnya, Kak Lingga perlu melakukan keempat tahapan dulu sesuai yang saya tuliskan di materi, terutama mengenai pengelolaan emosi takut. Kak Lingga bisa melakukan relaksasi nafas dan memberikan afirmasi pada diri bahwa “mereka yang aku hadapi saat ini belum tentu berperilaku sama dengan mereka di masa lalu”. Selanjutnya, jika dirasa lebih siap (sesuaikan kemampuan ya kak), bisa coba bereksperimen sedikit demi sedikit untuk berinteraksi dengan orang lain. Kita lihat apakah respon yang diberikan sama. Jika tidak, Kak Lingga perlu melihat apa bedanya dengan seseorang di masa lalu. Setelah itu, hasil ekeperimen tersebut bisa dijadikan bukti untuk menenangkan si takut dalam diri Kak Lingga.
Memang perlu waktu ya Kak, meskipun di satu sisi ingin sekali rasanya ingin beranjak dari rasa tidak nyaman itu. Namun setiap langkahnya tetap diapresiasi karena sudah menjalani prosesnya secara bertahap. Sepertinya jawaban saya cukup abstrak ya, namun saya berharap Kak Lingga dapat memahaminya
5. Pertanyaan:
Nama : Fatimah, Usia : 22 thn, Domisili : Lamongan, Dalam perjalanan ini terkadang saya selalu merasa belum bisa terima akan keadaan dan keterbatasan saya. saya merasa kenapa saya tidak seperti orang lain fikiran fikiran negatif selalu menghantui kepala saya karna itu saya selalu ingin sendiri dan jarang mau ada ditempat yg banyak orang. bagaimana solusinya agar saya tidak selalu berfikir negatif pada diri saya sendiri. Terima kasih
Jawaban: Terima kasih untuk pertanyaannya Fatimah, saya coba jawab ya …
Jika saya membayangkan menjadi dirimu, mungkin saya akan mudah merasa insecure karena mudah sekali terpikirkan kekurangan diri sehingga memicu munculnya pikiran negatif. Biasanya pikiran negatif ini sifatnya otomatis dan bias (kesalahan dalam menilai), sehingga tidak realistis. Oleh karena itu, mari kita coba mencari bukti-bukti dengan menemukan pikiran yang lebih realistis.
Fatimah bisa menulis kekurangan atau keterbatasan yang dimiliki dan apa saja hal” yang sekiranya terhambat dari keterbatasan tersebut. Setelah itu, coba lihat dari pengalaman sebelum-sebelumnya apakah sesuai dengan yang Fatimah pikirkan?. Apakah keterbatasan itu menjadi penghambat atau adakah faktor lain yang ikut berpengaruh?. Fatimah juga bisa mencari masukan dari orang-orang terdekat untuk memberikan konfirmasi. Cara kedua bisa dilakukan dengan melihat kembali pengalaman pencapaian yang berkesan (tidak harus besar, bisa capaian sederhana namun berkesan) maupun kualitas dalam diri Fatimah untuk mengimbangi keterbatasan yang ada.
Hal ini saya rasa penting karena terkadang ketika pikiran negatif muncul, kita lupa menyeimbangkannya dengan kualitas diri atau capaian” sebelumnya yang berkesan untuk diri kita. Semoga jawaban saya bisa membantu ya Fatimah
6. Pertanyaan:
Nama: indri, Usia: 32, Domisili: tangerang, Diagnosa: ph primer Saya seorang ibu rumah tangga dengan 1 anak,sebelum menikah saya termasuk orang yg ceria dan banyak teman, tetapi sekarang setelah menikah 7 tahun dan tinggal dengan ipar,walaupun keluarga suami semuanya baik sama saya, (mungkin karna saya sudah tidak punya sodara dan orang tua) tpi saya tetap merasa sendirian,saya merasa saya semakin tertutup, semua masalah saya pendam sendiri,suami pun jarang mendengar keluhan saya,kadang saya merasa takut semua emosi yg terpendam itu tiba2 meluap dan berakhir buruk. Apa yg harus saya lakukan dok agar saya bisa mengendalikan emosi saya yg terpendam dan berdamai dengan diri sendiri, saya rasa sakit yang sekarang saya derita juga karena sering stres dan di pendam sendiri, trimakasih sebelumnya dok
Jawaban: Baik Kak Indri, saya coba menjawab pertanyaannya. Sebelumnya saya bangga dengan kakak sudah berusaha beradaptasi dengan lingkungan baru setelah menikah, serta mampu menyadari bahwa emosi yang ditekan juga bisa berdampak buruk. Saya menangkap ada kebutuhan untuk didengarkan ya setiap kali merasa sendirian. Namun karena kondisi suami yang belum bisa hadir, rasanya akan lebih mudah untuk menutup diri. Bisa jadi khawatir karena membebani, atau gelisah dengan bagaimana suami akan merespon keluhan Kak Indri, atau hal-hal lainnya …
Berbicara self-healing yang berarti menyembuhkan diri dengan kemampuan yang dimiliki, Kak Indri bisa memposisikan diri sebagai pendengar untuk diri sendiri, misalnya seperti self-talk. Dialog self-talk bisa Kak Indri coba lihat di slide hlm.10-11 ya. Namun jika kebutuhannya didengar orang lain, Kak Indri bisa berdiskusi dengan suami untuk menyampaikan kebutuhan tersebut, seperti waktu-waktu untuk bercerita yang disepakati bersama. Kuncinya adalah saling terbuka, begitu juga mungkin kesulitan suami untuk menjadi pendengar bisa dibicarakan bersama. Harapannya baik kebutuhan Kak Indri dan suami bisa saling dipahami dan mencari jalan tengah.
Alternatif lain adalah mencari orang terdekat yang bisa menjadi tempat berkeluh kesah atau ke jasa psikolog jika dirasa situasinya tidak memungkinkan. Kak Indri bisa memilih solusi berdasarkan situasinya ya, semoga jawaban saya bisa dipahami
7. Pertanyaan:
Nama : cosi, Usia : 34 th, Domisili : Bekasi, Sy anak kedua dr tiga bersaudara,sejak lulus sekolah sy bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga,Krn Kaka sy tidak lulus SMA Krn saat itu kekurangan biaya. Sy yg bekerja membiayai kebutuhan keluarga dan adik yg masih SMP pada saat itu. Walaupun sy sdh berkeluarga tp sy mandiri ttg urusan keuangan. Namun saat sakit sy bertambah parah sy hrs berhenti bekerja. Sejak saat itu sy tdk bisa LG membiayai kebutuhan keluarga sy,terutama adik sy yg gak jd masuk kuliah. Sampai saat ini sy sering merasa bersalah Krn tdk bisa menjali tulang punggung keluarga lg. Walaupun keadaan ekonomi keluarga Sdh lebih baik,tp perasaan bersalah masih sering muncul dan itu membuat sy kadang kepikiran terus. Gimana cara menghilangkan rasa bersalah itu ya dok?
Jawaban: Selanjutnya, pertanyaan dari Kak Cosi saya coba menjawab ya … Saat membaca cerita Kakak rasanya luar biasa ya perjuangannya sebagai tulang punggung keluarga. Saya rasa tidak semua orang di usia kak Cosi bisa melakukan hal yang sama. Saya bisa memahami rasanya tidak nyaman ya ketika tidak bisa berperan seperti sebelumnya, tidak lengkap rasanya, bahkan membebani sehingga merasa bersalah.
Pertama-tama mari kita pahami bahwa kondisi kak Cosi yang sakit itu berada di luar kendali Kakak … tidak ada yang ingin diberikan sakit bukan? Jika pikiran itu masih muncul, mari dicoba dinetralkan dulu emosi negatifnya ya … bisa dengan relaksasi nafas, salah satunya. Namun jika ada cara lain yang dirasa lebih efektif, maka bisa juga untuk dilakukan (tergantung selera ya).
Setelah emosi lebih netral, coba Kak Cosi bayangkan kembali apa yang membuat Kakak merasa bersalah? Pertanyaan ini penting untuk dicari terlebih dahulu ya Jika sudah ada jawabannya, kak Cosi coba cari pikiran realistis yang memberikan bukti-bukti yang mampu melawan pikiran negatif yang sifatnya cenderung kurang realistis. Misalnya dengan konfirmasi dari keluarga atau berkaca pada pengalaman sebelumnya maupun saat ini yang menunjukkan bahwa Kak Cosi masih memiliki peran penting dalam keluarga meskipun dengan keterbatasan yang dimiliki. Mungkin akan sulit dalam prosesnya namun saya percaya Kak Cosi bisa berproses tahap demi tahap. Semoga jawaban saya bisa dipahami ya Kak
8. Pertanyaan:
Nama : Dwi, Usia : 43 thn, Domisili : Depok, Kenapa sy sejak di diagnosa sakit ini jd lebih tertutup dan Baper.. org melihat sy kuat dr luar krn saya lebih sering buat teman² sy terhibur oleh candaan saya. Tp klo sy sendiri..waduuuuhh mellowww.. rasa sepiii gitu di hati. Pdhal suami saya baik… nah sy lebih sering menahan sesuatu.. jd ga smua sy ceritakan ke suami. Misal itu kabar buruk..sy memilih utk memendam sampai masalah saya selesaikan sendiri. Yg ingin sy tanyakan.. knp ya Dok sy kok sering ketakutan dan baperan gitu ?
Jawaban: Baik saya coba menjawab pertanyaan dari Kak Dwi ya … Rasanya ketika melihat diri Kak Dwi ada perbedaan cara merespon untuk teman-teman dan suami. Perbedaan ini bisa jadi disebabkan karena ada orang-orang tertentu dimana kak Dwi merasa aman menjadi diri apa-adanya dan itu hal yang wajar bagi saya.
Namun terkadang perbedaan respon yang muncul bisa berdampak pada bagaimana Kak Dwi menampilkan diri untuk orang lain. Bisa jadi semakin lama Kakak menampilkan diri sebagai orang yang ceria semakin kesulitan mengekspresikan bagian diri yang melow, atau mungkin mudah merasa kesepian. Mengapa? Karena mungkin Kakak belum mengetahui dan cemas dengan bagaimana ya respon teman atau suami ketika aku menjadi diriku yang apa-adanya?. Ada kemungkinan dimana respon yang diperoleh tidak sesuai yang diharapakan sehingga akan lebih aman jika tetap menampilkan diri yang sudah diterima oleh orang-orang di sekitar.
Ketika ada bagian-bagian dalam diri yang belum ditunjukkan rasanya seperti menutupi sesuatu ya Kak … dan semakin ditutupi rasanya semakin sendiri. Di samping itu, ketika kita terus menekan apa yang kita rasakan, emosi atau perasaan itu akan semakin meluap. Bentuknya pun beragam bisa menjadi mudah marah atau bahkan dalam kasus kak Dwi menjadi lebih peka atau perasa. Saya paham bahwa ada hal-hal yang bisa diselesaikan sendiri, namun ada pula masalah yang mungkin membutuhkan masukan dari orang lain untuk memecahkannnya. Jika dirasa membuthkan dukungan teman atau suami, yuk coba perlahan-lahan membuka diri, Kakak coba ajak mereka mengenal dan memahami sisi diri tersebut karena sebelum mengenal, maka akan sulit untuk memahaminya bukan? Apakah seperti itu Kak Dwi? Jika saya kurang tepat, boleh sekali untuk dikoreksi … semoga bisa menjawab pertanyaan Kakak ya
9. Pertanyaan:
Saya ibu nya earlyta yg mgkn sdh tak muda lg dah tua.. pertanyaannya maaf entah berkaitan apa tidak, saya kadang merasa ada rasa bersalah waktu ketika hamil earlyta saya tdk masuk makanan pokok sedikitpun yg bs masuk hanya minuman yg berasa manis dan buah2an selama 7 bln tdk mkn nasi dan akhirnya diusia 8 bln earlyta lahir dan ketahuan jantung bocornya saat usia 9 bln.. saya merasa mgkn ini salah saya.. tp saya coba sebisa mgkn utk menembus semua kesalahan saya dg segala upaya, walaupun skrg sedikit2 rasa bersalah itu berkurang dg menyadari mgkn ini takdir dari Nya, dan ketika saya ingin hamil lg ada ketakutan takutnya hal yg sama terulang lg.. bagaimana caranya ya menyingkirkan rasa, rasa mgkn rasa traumatik atau ketakutan diri?
Jawaban: Saya coba menjawab ya Ibu pertanyaannya Ketika membaca rasanya ingin sekali ya memberikan yang terbaik untuk anak. Namun lagi-lagi terkadang ada banyak hal di luar kendali yang membuat kita merasa tidak bisa sepenuhnya berperan dengan baik sesuai harapan. Saya sepakat ketika dihadapkan jalan lain dari Tuhan, bukan berarti jalan itu tidak baik, namun justru memberi kesempatan bagi Ibu untuk hadir dengan semakin memperhatikan kebutuhan anak dan mencoba segala cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bagi saya, anda adalah sosok Ibu yang luar biasa karena tidak mau menyerah dengan keadaan.
Untuk rasa bersalah dan ketakutan yang hadir bisa coba dinetralkan terlebih dahulu ya, bisa dengan cara yang sudah berhasil dilakukan atau berlatih relaksasi nafas yang ada dalam materi slide hlm.10-11. Rasa takut adalah menjadi pesan untuk waspada akan kemungkinan yang tidak diinginkan sehingga memungkinkan Ibu untuk menyiapkan diri. Apa saja yang perlu disiapkan mungkin Ibu sudah banyak belajar dari pengalaman sebelumnya bukan? Yuk bisa dicoba perlahan untuk dilakukan langkah-langkah prevensinya.
Nah sejalan dengan pertanyaan Kak Cosi ya … setelah lebih stabil kondisi emosinya bisa mulai mempersiapkan diri dengan melakukan hal-hal yang diperlukan agar tidak mengulang kejadian yang sama. Selain itu, bisa mencari dan menemukan pikiran realistis yang memberikan bukti-bukti yang mampu melawan pikiran negatif bahwa akan terjadi pengalaman yang sama (sifatnya cenderung kurang realistis). Ibu juga bisa mencari support dari keluarga untuk semakin menenangkan rasa takut yang muncul. Bisa juga Ibu melakukan konsultasi secara rutin pada dokter sehingga lebih bisa memantau perkembangan kehamilan dan apa saja yang dibutuhkan untuk mengurangi resiko yang sama seperti pengalaman sebelumnya. Yuk mari semangat kembali. Di sela-sela tersebut, bisa Ibu coba berlatih memaafkan diri yang detailnya bisa dilihat di materi slide hlm.13-14. Semoga jawaban saya bisa membantu
10. Pertanyaan:
Nama : Nuning Usia : 38 Domisili : Malang Diagnosa : VSD PH. Dokter, semenjak sy sakit sy merasa kinerja sy menurun drastis krn memang menjadi terbatas saat beraktivitas. Karena hal itu akhirnya sy harus mundur dr beberapa jabatan yg selama ini sy jalani. Dan hal itu membuat sy merasa gak berguna n semakin tidak produktif. Hal itu membuat sy mudah tersinggung dan negatif thinking trhadap orang2 disekitar sy. Sy merasa mereka menyepelekan sy dan mengabaikan sy. Bagaimana cara sy menyemangati diri sy supaya bisa produktif seperti dulu meski dlm keterbatasan? bagaimana menghilangkan rasa diremehkan dan disepelekan?
Jawaban: Saat terpaksa berada di situasi yang tidak diinginkan, rasanya akan sangat mudah menilai diri buruk maupun lebih sensitif dengan anggapan-anggapan dari orang-orang di sekitar. Saat ini rasanya Kak Nuning masih membutuhkan waktu ya untuk beradaptasi dengan kondisi barunya. Tidak apa-apa jika di tahap awal masih ada banyak pikiran negatif yang muncul, namun perlu kita sadari dulu ya. Saya rasa kak Nuning juga sudah mengenal bagaimana bunyi pikiran negatif yang muncul. Ketika tersinggung, yuk coba dinetralkan lagi emosinya, bisa dengan relaksasi atau menjaga jarak terlebih dahulu dari situasi atau hal-hal yang membuat Kak Nuning mudah terpantik emosinya. Setelah lebih stabil, bisa ditanyakan kembali pikiran negatif yang muncul, kemudian dicari pikiran lain yang lebih realistis.
Misalnya tanyakan pada diri: “Apakah yang aku pikirkan benar? Apa buktinya?” Kak Nuning bisa mencoba berdialog dengan diri. Jika membantu, bisa juga menanykan pendapat orang-orang terdekat yang dipercaya untuk menguatkan bukti akan keberhargaan diri Kakak “Apakah aku benar-benar tidak berguna karena sudah tidak produktif? Apa yang bisa membuatku produktif dan sesuai dengan kondisiku saat ini?”
Bisa jadi pikiran negatif membuat kita menutup mata atas capaian atau kesempatan untuk mengembangkan diri. Oleh karena itu, bisa dicari tahu apa saja hal baru yang bisa dilakukan meskipun dengan keterbatasan yang ada. Situasi baru bisa dihadapi dengan cara baru. Semoga jawaban saya bisa menjawab pertanyaan yang Kak Nuning sampaikan ya
11. Pertanyaan:
Nama: untari (43 th) Domisili: SurabayaDiagnosa: PDA +PH, Selamat siang dokter. Ijin bertanya dengan adanya sakit disaya ini… hampir semua permintaan saya selalu dituruti sm keluarga, tp saya merasa kenapa mereka tdk mengerti saya… kenapa saya harus meminta baru dikasih.. dan saya sekali ngomong mereka selalu bilang harus sekarang ya… terkesan saya ini type tukang perintah…. apakah saya ini introvert atau saya ini baper an ya dok… apa yg harus saya rubah dlm nada bicara saya atau apanya…. Terimakasih dokter
Jawaban: Jika membaca cerita Kakak, rasanya tidak ada yang bisa memahami kebutuhan kakak saat ini ya … Mereka seperti mencoba memenuhi apa yang Kakak butuhkan dengan cara mereka sendiri, namun ketika tidak sesuai, seakan-akan kakak yang disudutkan. Sebelumnya, saya belum bisa menyebut seseorang introvert atau baper ya dalam satu kali cerita. Oleh karena itu saya ingin mengajak Kak Untari untuk melihat kondisinya secara lebih luas, baik diri Kakak maupun keluarga.
Pertama-tama kita perlu memahami bahwa memahami bukan proses yang bisa terjadi begitu saja, melainkan bisa diupayakan. Kak Untari bisa mencoba membuka diri dan menyampaikan kebutuhan pada keluarga agar mereka belajar memahami kondisi Kakak. Tentu rasanya masih ada kemungkinkan mereka tidak akan secepat itu memahami seperti yang diharapkan. Sama halnya dengan memahami diri, mari berikan waktu bagi mereka untuk mengenal dan memahami diri kita. Selain itu, Kak Untari bisa menyampaikan dengan teknik I Statement … seperti menyampaikan kebutuhan dengan awalan “Aku”. Jika Kakak merasa nada bicara perlu disesuaikan maka bisa juga disesuaikan dengan cara yang paling nyaman menurut Kak Untari ya … semoga bisa menjawab pertanyaannya
12. Pertanyaan:
Nama : Dhian (45 th) Domisili : Depok Diagnosa: ASD, Eissenmenger, PH. Saya memiliki trauma utk berbicara di depan publik, sedangkan tuntutan pekerjaan terkadang mengharuskan saya utk melakukannya. Saya sudah berusaha mengatasi trauma itu, namun memang karena keterbatasan nafas akibat saturasi (kadar oksigen) yg rendah, saya masih belum mampu untuk berbicara di depan publik. Apakah normal jika saya tidak memaksakan diri karena keterbatasan ini? Atau haruskah saya memaksakan diri untuk bisa, sedangkan kondisi fisik (nafas) yang terbatas? Terimakasih
Jawaban: Sepertinya cukup terganggu ya dengan kondisi keterbatasan nafas yang tidak memungkinkan untuk melakukan pekerjaan secara optimal. Pertama-tama mari apresiasi diri karena sudah berusaha yang terbaik
Menurut saya, setiap orang memiliki kondisi masing-masing. jika memang tidak memungkinkan, saya rasa akan lebih bijak jika tidak dipaksakan, namun tetap mengusahakan yang terbaik. Kak Dhian bisa menyampaikan kondisi ini pada supervisor atau orang-orang yang bertanggungjawab dengan pekerjaan Kakak agar saling mengerti kondisinya. Dengan cara ini, harapannya Kakak masih bisa bekerja namun dengan batasan tertentu yang sesuai dengan kondisi Kakak. Semoga bisa menjawab ya Kak Dhian
13. Pertanyaan:
Nama:Desmala Devi(36 thn). Domisili:Bukittinggi. Diagnosa:VSD,Eissenmenger,PH. Semenjak sakit ini,tiap ada acara aku ngk di anggap,dalam acara itu,sedih rasanya karna ngk di anggap kayak gitu,aku merasa diriku ngk ada guna,membuat aku sll bersedih ,dan berharap aku bisa sembuh seperti org2 PD umum nya. Pertanyaannya gimana caranya agar aku bisa semangat nggak bersedih jikalau keluarga dan tetangga saya ngk mau aku ikut serta dlm acara yg mereka lakukan
Jawaban: Saya bisa memahami bagaimana rasanya diperlakukan berbeda karena keterbatasan yang dimiliki. Mari menarik nafas dan menghembuskannya secara perlahan … Kak Desmala, tidak apa-apa kok merasa sedih atau tidak bersemangat jika mendapat perlakuan demikian … diluapkan saja dulu ya. Sulit ya menyikapi dalam situasi dimana diri masih terasing.
Rasanya membandingkan standar diri untuk sembuh seperti orang-orang umumnya masih belum realistis untuk kondisi Kakak. Bisa jadi orang yang sembuh juga belum tentu merasa PD seperti yang Kakak bayangkan. Yuk fokus ke diri sendiri, bisa pula berlatih menemukan apa yang menjadi kerentanan dan kelebihan kak Desmala meskipun dengan keterbatasan yang ada. Kelebihan yang membuat Kakak unik dan berbeda dari kebanyakan orang. Dengan begitu kakak bisa melihat diri secara lebih berimbang. Beri afirmasi positif seperti pada materi slide hlm. 12. Kemudian, coba dicari tahu bagaimana Kak Desmala ingin diperlakukan oleh orang-orang di sekitar.
Ada kemungkinan juga perlakuan keluarga atau tetangga tidak ditujukan secara langsung untuk menyinggung. Namun karena merasa ada kekurangan dalam diri, rasanya pikiran Kakak akan cenderung berfokus pada hal tersebut. Setelah emosi lebih stabil dan sudah mengenal kerentanan-kelebihan, Kak Desmala bisa menyampaikan pada keluarga atau orang terdekat yang nyaman untuk menyampaikan bagaimana Kakak ingin diperlakukan.
Tidak ada jaminan mereka akan langsung menerima dan memahami keinginan Kak Desmala, namun setidaknya sudah berani menyampaikan dan bisa melihat juga bagaimana mereka menilai kondisi Kakak. Dalam hal ini, ada proses untuk saling memahami … tidak hanya mereka memahami Kakak, tetapi juga bagaimana Kakak memahami mereka. Semoga bisa cukup jelas ya Kak dan bisa membantu menjawab pertanyaannya
“ Untuk Bapak, Ibu maupun teman-teman yang tergabung dalam komunitas YHPI, maupun yang sedang berjuang .. Saya berdoa untuk tetap bersemangat menjalani hari meskipun dengan segala keterbatasan yang ada. Namun saya percaya keterbatasan itu bukanlah penghambat, melainkan peluang untuk membangun diri agar terus bertumbuh utuh. Mari kita sejahterakan diri dengan mengelola kesehatan fisik dan psikologis kita, agar tetap hadir untuk bersama mereka yang terkasih. Doa terbaik untuk YHPI untuk dukungannya kepada banyak orang yang membutuhkan di luar sana. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih untuk kesempatan dan pengalaman berharga dari proses kulwap malam ini dan semoga bermanfaat. Mohon maaf jika ada kesalahan kata yang sekiranya kurang berkenan bagi Bapak/Ibu/ teman-teman sekalian” _Firza Ersalina Prasetyo, M.Psi Psikolog (PijarPsikologi)