Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatsapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.
Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799
PENGUMUMAN KULWAP YHPI
- Waktu : Rabu, 21 September 2022
- Pukul : 19.00 – 21.00 WIB
- Narasumber : Annissa Apsyari, M.Psi., Psikolog
- Tema : Citra Diri Positif
- Moderator : Amida
Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI
Citra diri ini merupakan konsep multidimensi, ada 3 faktor yang memengaruhinya, yaitu: persepsi tentang tubuh kita, pikiran mengenai tubuh kita, dan perasaan atau emosi mengenai tubuh kita, misalkan seperti bangga, malu, puas, atau bahkan tidak puas. lalu, apa itu citra diri positif atau positive body image?
ini adalah sesuatu yang didambakan dan diinginkan setiap individu tentunya. CItra diri positif ini muncul ketika kita memiliki pendapat yang baik tentang tubuh kita, menerima apa adanya, dan fokus kepada bagaimana tubuh kita berfungsi. kuncinya adalah pada bagaimana kita dapat mengenali diri kita dan menerimanya sehingga kita mengetahui apa yang bisa kita lakukan dalam merawat diri kita, melakukan usaha2 yang sehat dan masuk akal untuk kebaikan diri kita agar citra diri kita positif.
Saya berikan ilustrasi, misalkan ada si A, dia ini secara berat badan obesitas, gemuk sekali, usahanya adalah menerima dirinya. Lalu ada orang lain yang berkata “hey A, kamu gendut banget sih” Lalu A berkata “ya biarin aja saya gendut, emang apa urusannya sama kamu? saya udah nerima diri saya kok seperti ini”
Nah disini ada perkataan “saya udah nerima diri saya kok seperti ini”, jadi terkesannya bodo amat dengan perkataan orang lain. Namun dalam kesehariannya, dengan A yang obesitas ini, dia masih tetap makan junkfood, males olahraga, lalu masih senang ngemil malam2, tidak menjaga asupan makanannya.
Pertanyaannya, apakah A ini memiliki citra diri yang positif karena sudah berusaha menerima dirinya dengan apa adanya? kalau menurut rekan2 semuanya, kira2 A ini apakah sudah membangun citra diri yang positif belum sih? gimana nih kira2?
Citra diri positif ini betul sekali jika kita:
– dapat menghargai keunikan tubuh kita
– bisa menerima dan bahkan bisa mengagumi tubuh kita walaupun mungkin ada yang tidak sesuai dengan gambaran ideal
– merasa nyaman dengan tubuh apa adanya
tetapi, disamping itu, kita juga perlu memperhatikan kebutuhan dari tubuh. yang belum dilakukan A ini adalah memperhatikan kebutuhan dari tubuhnya ya, dengan kata lain, A ini tidak melakukan usaha yang sehat dan masuk akal untuk menjaga kondisi tubuhnya. A belum memiliki citra diri yang positif karena citra diri positif ini adalah cinta yang menyeluruh dan penghormatan terhadap tubuh sehingga seseorang bisa menghargai keunikannya, menerima kondisinya, dan yang penting memperhatikan kebutuhan dari tubuh kita sendiri.
1. Pertanyaan:
Nama: Tiyas Nurvita sari, Usia: 30th, Domisili:Sragen. Pagi dok. Dok.. Bagaimana caranya membangun citra diri positif untuk diri sendiri ketika kondisi down dan agar kita tetap semangat dalam kepurukan ketika terdiagnosa penyakit kronis ini? Terima Kasih dok.
Jawaban:
Selamat malam mba Tiyas, terima kasih atas pertanyaannya. Saya izin menjawab ya mba. Terkait dengan pertanyaan mba Tiyas, saya mau menyampaikan bahwa it is ok to be not okay mba. Gak apa-apa banget dan manusiawi sekali ketika kita pernah merasa terpuruk, terutama karena ada suatu kondisi tertentu yang terjadi di dalam diri kita, seperti terdiagnosis penyakit kronis. Yang perlu diperhatikan pertama kali adalah kita perlu sadar dulu bagaimana kondisi tubuh kita dan apa saja yang bisa dilakukan oleh tubuh kita. Saya paham sekali, pasti ada perbedaan kondisi sebelum dan sesudah didiagnosis penyakit kronis. Memang membutuhkan waktu dalam beradaptasi dengan kondisi tersebut.
Berbicara tentang citra diri positif, citra diri positif ini terbentuk oleh pikiran dan perasaan, termasuk bagaimana kita dapat menyadari keberfungsian tubuh kita sehingga setelah kita menyadarinya, kita bisa mengetahui bagaimana kita dapat menjaga dan merawat tubuh kita dengan cara-cara yang serta usaha yang sehat dan masuk akal. Dengan kita menyadari kondisi diri kita seperti apa dan batasan2 yang dapat dilakukan sejauh mana, hal itu merupakan langkah yang cukup baik karena dengan mengetahui hal tersebut, kita bisa mengetahui perawatan apa yang dibutuhkan oleh tubuh kita, apa yang terbaik oleh tubuh kita, dan apa yang dapat dilakukan oleh kita.
Ketika mba merasa sedang down, tidak apa2 sekali jika sesekali kita merasakan hal tersebut yang perlu dipahami adalah hal apa/peristiwa yang sebenarnya terjadi sehingga membuat kita merasa down dan perasaan/emosi apa yang muncul saat itu. Setelah kita menyadari emosi/apa yang kita rasakan, dan apa yang terjadi, serta bagaimana kondisi tubuh kita, maka kita akan bisa menentukan apa yang sekiranya bisa dan realistis untuk kita lakukan. Lakukanlah hal2 yang menyenangkan dan sekiranya dapat merawat tubuh kita. Kuncinya disini adalah bagaimana kita bisa sadar dengan kondisi kita dan bagaimana kita mau mencoba untuk menerimanya sehingga kita dapat menentukan apa yang terbaik yang dapat dilakukan secara sehat untuk diri kita. Semoga dapat membantu.
2. Pertanyaan:
Nama: Tria Utari, Usia: 25, Domisili: Jakarta Utara. Selamat pagi, mohon izin bertanya. Bagaimana seseorang penyakit kronis menanggapi dengan positif dan membangun citra diri yang positif jika lingkungan sekitar atau dalam sebagian teman yang memberikan pernyataan bahwa ” Seseorang yang mempunyai penyakit kronis tidak bisa melakukan kegiatan seperti mereka dan seseorang penyakit kronis adalah penyakit yang dramatis ” ?
Mohon informasinya.
Jawaban:
Hallo, selamat malam mba Tria, terima kasih sudah bertanya, saya izin menjawab ya mba. Sedih sekali rasanya ketika kita mendengar pernyataan tersebut terlebih pernyataan itu seakan2 seperti menilai diri kita dan kita merasa tidak dimengerti oleh orang lain. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, dengan mengenal tubuh kita dan memperhatikan kebutuhan dari diri kita, itu merupakan salah satu sikap yang bisa kita lakukan untuk membangun citra diri kita, prioritaskanlah kesehatan diri kita. Fokus kepada apresiasi dan menghargai apa yang bisa dilakukan oleh diri dan tubuh kita sendiri juga cukup penting untuk membantu dalam membangun citra diri positif ini.
Lalu dengan menghargai keunikan dari diri kita, khususnya kondisi tubuh kita, serta menerimanya, hal tersebut juga dapat menjadi suatu cara dalam rangka meningkatkan citra diri kita, kita jadi mengetahui kegiatan apa yang baik bagi tubuh kita, tubuh menjadi sehat, lalu pola makan seperti apa yang cocok dengan kondisi kita, hal ini juga dapat dikonsultasikan kepada dokter sehingga tindakan dalam rangka merawat diri kita ini sesuai dengan kebutuhan kondisi diri kita
Terkait dengan lingkungan sekitar, mungkin yang bisa kita lakukan adalah memberikan pemahaman atau informasi mengenai kondisi tubuh kita, mungkin saja orang lain tidak merasakan apa yang kita rasakan dan tidak mengetahui dengan benar kondisi tubuh kita sehingga mereka dapat mengatakan hal tersebut.
Semoga dapat membantu mba
3. Pertanyaan:
Nama: Khatarina, Usia: 35, Domisili: Purwokerto. Saya sudah di tahap bisa membangun Citra diri positif dan percaya diri dengan fisik saya. namun jika ada yang melihat dengan aneh dengan kondisi kulit saya, saya cenderung menanggapi dengan berani konfrontasi, misalnya dengan langsung bertanya “ada apa ngeliatin saya, ada yang aneh?”. Menurut Saya itu agak kurang tepat cara menanggapinya. Bagaimana cara yang tepat utk menanggapi secara langsung orang-orang seperti itu tanpa harus emosi? Terima kasih
Jawaban:
Hallo mba Khatarina, selamat malam. Senang sekali mendengar mba sudah dalam tahap membangun citra diri positif dan membangun kepercayaan diri. Hal tersebut merupakan langkah yang sudah baik dan tentunya patut untuk diapresiasi, saya ucapkan selamat ya mba atas keberhasilannya sampai tahap ini, keep it up!
Saya paham sekali, pasti ada rasa kesal, rasa marah, terlebih ketika orang lain memandang diri kita berbeda. Saya juga bisa paham sekali dengan reaksi dari mba Khatarina, seakan2 tidak menghargai dan tidak mendukung usaha yang sudah mba Khatarina coba ya.
Betul sekali mba, jika kita konfrontasi karena kita kesal, rasanya menjadi tidak nyaman juga ya mba karena merasa kurang tepat. Yang perlu dilakukan adalah dengan menyadari emosi apa yang dirasakan dan mencoba untuk mengontrolnya. Dalam hal ini, menurut saya wajar sekali ketika mba merasa kesal, yang dapat dilakukan adalah menyampaikannya secara asertif, menyampaikan apa yang kita rasakan dan apa yang kita pikirkan secara objektif, serta penyampaian kita dapat diterima dengan baik oleh pendengarnya. Jika ada perasaan kesal atau marah, boleh untuk menenangkan diri dulu, mengubah posisi badan sambal menarik napas dalam melalui hidung dan mengeluarkannya melalui mulut dengan perlahan, baru setelah tenang, mba dapat menyampaikannya. Yang terpenting adalah kita sadar terhadap diri kita, apa yang terjadi, agar kita masih dalam kendali kesadaran diri kita.
Semoga dapat menjawab pertanyaanya ya mba
4. Pertanyaan:
Nama: Heti, Usia: 32thn, Domisili: Bekasi. Siang dok. Mohon ijin bertanya, Bagaimana seseorang penyakit kronis menanggapi dengan positif & membangun citra diri yang positif jika dilingkungan keluarga, sanak sodara yang memberikan pernyataan bahwa ” Sudah di diagnosa penyakitan kronis tp lingkungan seperti keluarga dan sodara menganggap saya seperti orang biasa pada umunya, Karna jujur saya merawat anak saya usia 7bulan, saya melakukan pekerjaan rumah tangga apa2 sendiri, sedangkan tenaga saya terbatas, kemampuan saya terbatas, tp saya harus lakukan itu semua, saya cuma bisa menyemangati diri sendiri dengan bilang “alon2 asal kelakon”, apalagi kalo badan saya tiba2 ambruk sakit. tapi mereka palah menyepelekan, ada yang bilang apa2 teralalu mendramatisir, sakit kok jadi tameng, kok merasa apa2 terzolimi, dikit2 ngeluh, kadang klo mereka bicara seperti itu hati saya merasa seperti terseset pisau, menangis tp diam, ngelamun sambil liatin anak sambil bilang “Duh Gusti Allah” Bagaimana cara yang tepat dok utk menanggapi ucapan2 mereka yang pedas didengar tanpa harus saya merasa sedih dan menangis? Terima kasih.
Jawaban:
Selamat malam mba Heti, semoga sedang dalam kondisi yang fit ya mba malam ini. Sebelumya saya turut berempati mba terhadap apa yang sudah mba alami pasti sedih rasanya ketika merasa tidak ada yang mengerti dan paham dengan kondisi yang dialami 😢 dan berat juga ya rasanya ketika merasa tidak ada yang support dan membantu, terlebih malah ada penilaian negatif yang diberikan oleh orang terdekat dan menjadikan penyakit sebagai alasannya. Wajar sekali jika perasaan yang muncul jadinya sedih dan akhirnya respons yang muncul adalah menangis
Saya rasa, yang bisa mba Heti lakukan adalah memberi informasi tentang kondisi mba Heti saat ini kepada orang sekitar. Mba Heti dapat memberikan informasi terkait dengan penyakitnya, kondisi tubuh dan apa yang mba rasakan, serta keterbatasan kondisi yang dirasakan saat ini. Di samping itu, mba Heti juga perlu mencari support system, seperti grup para pejuang ini yang memiliki kesamaan pengalaman dan dapat berbagi pengalaman serta informasi. Mba juga bisa mencari sosok yang sekiranya dirasa nyaman oleh mba Heti, mereka dapat mmberikan support ketika bercerita/curhat, selain itu merasa aman dan nyaman, sosok tersebut juga dapat dipercayai oleh mba Heti dan dapat diandalkan untuk saling membantu dalam merawat anak mba.Semoga jawaban saya dapat membantu
5. Pertanyaan:
Nama: Riza, Usia: 30, Domisili: Bantul DIY, Selamat siang mbak anisa, saya lebih cenderung bertanya ke bagaimana membangun citra diri positif yang sabar, syukur, ikhlas lepas.. soalnya ketiganya kadang tidak konsisten.. sudah syukur, ikhlas lepas tapi gak sabaran.. sudah sabar syukur tapi ikhlasnya belum sepenuhnya lepas.. gimana cara supaya ketiganya berjalan seiringan dan konsisten? Terima Kasih.
Jawaban:
Terima kasih sudah memberikan kesempatan saya untuk menjawab pertanyaannya, sangat menarik sekali pertanyaannya, saya izin menjawabnya. Seperti roller coaster ya pasti rasanya dalam mencoba dan berproses ntuk menjadi lebih baik, terkadang tak jarang menjadi tidak konsisten, hal ini sangatlah manusiawi. Menjaga konsistensi ini memang tidaklah mudah dan perlu banyak berlatih, perlu menjadi perhatian adalah bagaimana cara kita melaluinya, dapat mengevaluasinya tentang apa yang bisa diperbaiki lagi dari pengalaman yang sebelumnya, atau bahkan tentang bagaimana kita menghayati prosesnya untuk menjadi lebih baik.
Berbicara tentang konsistensi dan habit/kebiasaan, hal ini dapat terjadi ketika kita secara konsisten dan berkomitmen untuk dapat terus menerus melakukan hal tersebut secara berulang2. Tidak perlu sekaligus kita melakukan suatu perubahan yang besar, kita dapat memulai dari hal2 yang kecil, yang penting dilakukan secara konsisten dan teratur. Lalu bagaimana sih cara melakukannya?dan sekiranya usaha/perilaku apa yang dapat kita lakukan? Saran saya gunakan teknik SMART, yaitu:
Specific/spesifik: buatlah perilaku yang ingin dilakukan sespesifik, sejelas, dan sedetail mungkin
Measurable/terukur: buatlah indikatornya agar kesuksesan ini dapat terukur
Achievable/dapat dicapai: lakukan sesuatu yang sekiranya realistis bisa dicapai
Relevant: pastikan apa yang dilakukan ini selaras dengan tujuan yang ingin dicapai
Time-bound: selain hal di atas, kita juga perlu untuk menentukan rentang waktu berapa lama kita akan melakukan hal tersebut
Misalkan saya ingin secara konsisten untuk hidup sehat (relevan) dengan melakukan olahraga setiap pagi hari sebelum berangkat kerja (spesifik). Dengan durasinya minimal 30 menit setiap olahraga (measurable dan achievable sesuai dengan kondisi dan keampuan saya). Dan saya coba untuk melakukannya secara konsisten selama 1 bulan ini (time bound). Sekiranya mungkin hal ini dapat dicoba untuk diterapkan juga dalam kasusnya mba Riza ya. semoga dapat membantu
6. Pertanyaan:
Nama: Ulfania Dwi Handayani, Usia: 25thn, Domisili: Ponorogo, Jawa timur. Yang sakit pjb itu anak saya dok. Sebentar bentar sering tiba” langsung demam dan bapil. Sedangkan anak saya ketika sudah sakit itu tidak mau di ajak oleh siapa siapa, sedangkan saya juga harus bekerja karena saya seorang single mam. Mohon maaf dok, terkadang saya itu belum bisa menerima kondisi anak saya itu dok, belum lagi beban moral dr keluarga yang terkadang menyalahkan saya, dll. Sebenernya secara teori sedikit” saya juga paham dok, bahwa anak adalah sebuah anugerah bukan masalah ataupun musibah. Tapi dalam realita nya saya masih sulit utk menerima dan menghadapi semua nya.
Emosi itu seperti masih naik turun gtu dok. Pertanyaan saya, apa yang perlu saya lakukan ketika menghadapi puncak stress ketika anak sakit dengan segala keterbatasan saya mengurus sendiri dok? Terimakasih
Jawaban:
Hallo, selamat malam mba Ulfania, terima kasih sudah memberikan kesempatan saya untuk menjawab pertanyaannya. Saya paham sekali, tidak mudah rasanya untuk dititipkan anugrah berupa seorang anak oleh Tuhan dan merawatnya dengan segala keunikan dari kondisi saat ini yang ia alami 😢 Tentu saja emosi yang dirasakan pun akan naik turun, ada senangnya, ada sedihnya, mungkin ada takutnya, atau kadang2 ingin sekali rasanya marah.
Yang pertama sekali dapat dilakukan oleh mba Ulfania adalah menyadari, dengan sadar sepenuhnya terhadap apa yang dialami, dirasakan, dan apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar mba Ulfa masih memiliki kendali, dapat mengontrol diri sendiri sehingga paham dengan apa yang baik untuk mba lakukan.
Jika membutuhkan bantuan, sangat tidak apa2 sekali mba, justru penting bagi mba untuk mencari tempat yang bisa mba percayai, yang dirasa bisa memberikan rasa aman dan nyaman untuk bercerita, bercerita/berbagi hal ini juga sudah cukup melegakan karena kita merasa didengar, merasa diterima.
Sebagai makhluk sosial, bagaimanapun juga ketika memerlukan bantuan, gak apa2 banget mba mencari bantuan tersebut. Jika sudah dirasa stres, boleh sekiranya mengambil jarak dulu sejenak untuk setidaknya menyadari apa yang sedang terjadi, menerima emosi/perasaan yang muncul dan mengetahui apa penyebabnya, sehabis itu barulah bertindak. Tidak ada salahnya mencari bantuan kepada orang lain yang bisa dipercayai, mencari sosok yang dirasa peduli, dapat memberikan support, ini pun sangatlah penting bagi diri mba Ulfania sendiri.
Mungkin di grup ini pun ada yang sekiranya serupa dengan mba Ulfania yang memiliki anak istimewa ini dan dapat saling berbagi cerita pengalamannya bagaimana menghadapi dan merawat anak istimewa ini mba. Semoga dapat membantu ya mba
7. Pertanyaan:
Nama: Nopitasari , Usia :30, Domisili: Bogor. Maaf Dok saya mau tanya. Saya suka galau kesel cape kalo tiba2 ada penyakit yang tiba2 di rasa selain penyakit yang sudah di diagnosa. Bagaimana dok cara menyikapi nya ketika tiba2 itu semua muncul. Kadang hati suka cape. Karna harus berobat lagi untuk penyakit yang baru di rasa tiba2. Terimakasih dok.
Jawaban:
Hallo, selamat malam mba Nopitasari, semoga hari ini dalam keadaan yang fit ya mba… aamiin. Kesal pasti ya mba, rasanya campur aduk, ketika sudah didiagnosis sesuatu, lalu beberapa waktu kemudian ada hal yang terasa dan malah jadinya kok kaya merasa yang sebelumnya juga belum selesai, kok malah muncul yang baru lagi ya. Seperti sesuatu yang tak pernah usai dan akhirnya malah jadi ngerasa cape, galau ketika dihadapkan pada situasi tersebut.
Yang perlu diperhatikan disini adalah sudah sejauh mana mba bisa memahami kondisi mba saat ini dan berfokus kepada apa yang bisa mba lakukan dan apa yang mba miliki untuk menunjangnya. It’s ok to be not ok, gak apa2 banget kok, manusiawi banget kalo ada masa2 dimana rasanya down, yang penting disini adalah support system, bagaimana menemukan orang yang dirasa dapat menemani, dapat membantu, bisa dijadikan tempat curhat, dan kalaupun sekiranya butuh teman untuk menemani dalam berobat, boleh banget mba, hal2 tersebut biasanya akan membantu mba lebih ringan dalam menghadapi perjuangan yang perlu mba jalani.
berobat sangatlah penting untuk menjaga kondisi kita, yang terpenting adalah bagaimana kita bisa memahami kondisi tubuh kita dan bagaimana kita bisa melakukan pola2 sehat dan masuk akal untuk menjaga tubuh kita.
semangat terus ya mba Nopitasari, tetap berjuang dan berproses.
8. Pertanyaan:
Nama: Tina, Usia: 44, Domisili: Semarang. Puji Tuhan kondisi badan saat ini masih bisa terkontrol dan Fit. namun perlukah lingkungan kerja diberitahukan tentang hal ini. Maaf konteksnya kebetulan saya masih bekerja , dan pimpinan sdh tau, hanya teman teman kantor belum mengetahui. Karena kita tidak ingin menjadi beban orang lain, namun apabila kita sudah merasakan over, capek, supaya orang lain tidak menjudgment kita malas.. terimakasih
Jawaban:
Hallo mba Tina, alhamdulillah puji Tuhan kondisi tubuhnya bisa terkontrol dan fit, senang sekali mendengarnya. Tidak apa2 mba di luar konteksnya. Terkait dengan lingkungan, sebenarnya ini tergantung seberapa besar dan penting lingkungan mba tau mengenai kondisi mba saat ini, seberapa besar mba membutuhkan support system dari lingkungan kerja saat ini? Jika itu adalah hal penting, maka it’s ok lingkungan kerja ini mengetahuinya. Saya juga paham sekali jika tidak ingin menjadi beban di lingkungan kerjanya, namun ini dikembalikan kembali kepada mba, seberapa penting dan seberapa luas support system yang mba inginkan
misalkan tidak ingin diberikan penilaian malas, apa yang membuat orang memberikan kita penilaian malas? apa karena hal2 yang menjadi limitasi saat ini? jika demikian, ada baiknya orang lain perlu mengetahui dan kita memberikan informasi terkait dengan kondisi kita saat ini dan apa yang bisa kita lakukan dengan baik. mungkin itu yang dapat saya sampaikan mba.
9. Pertanyaan:
Nama: dedek, Usia: 39, Diagnosis: PH primer, Domisili: pekanbaru
Pertanyaan: saya sering serangan panik, mual pusing, sprti trsedak, sprti tenggelam, hilang jantung, kadang berdebar2 kencang, saya alami sejak 2021 ke covid, stlh itu 2x icu, berlangsung 15-20 menit , sangat panik seperti mau mati rasanya, sekarang saya tarik nafas hidung lepas dari mulut.. bagaimana mmbuat saya tidak panik lagi dokter bagaimana mengatasinya?. Sangat mengganggu bagi saya , ketika sendiri mungkin saya bisa pingsan. Ada2 aja yang membuat saya pikirkan kadang-kadang tidak penting dokter. Terimakasih ya dokter
Jawaban:
terima kasih mba Dedek atas pertanyaannya, saya izin menjawab ya mba. terkait dengan kondisi yang mba alami, panik, mual, pusing, kalau boleh saya tau, hal yang dialami ini biasanya disebabkan oleh apa? Apakah ada hal2 spesifik tertentu yang sedang dilalui/dialami oleh mba sehingga panik, mual, pusing, sesak ini muncul? saya bertanya karena saya perlu memahami terlebih dahulu stuasi apa yang membuat hal2 tersebut muncul mba?
Hal pertama yang dapat dilakukan adalah melakukan teknik relaksasi, itu adalah pertolongan pertama yang dapat dilakukan. Namun jika tidak berhasil dan sekiranya sudah cukup mengganggu, misalkan muncul hampir di setiap waktu atau di banyak aspek kehidupan mba Dedek, ada baiknya untuk dikonsultasikan secara langsung dengan konseling/konsultasi kepada profesional ahli seperti psikolog/psikiater mba. Karena perlu pemeriksaan lebih lanjut, mungkin ini yang dapat saya sampaikan
10. Pertanyaan:
Nama: Fatma Mazni Putri, Usia: 42 tahun, Domisili: Pekanbaru
Pertanyaan:
- Bagaimana cara menumbuhkan rasa percaya diri, bahwa saya bisa bergerak normal kembali.
- Bagaimana meyakinkan org rumah bahwa saya memang membutuhkan bantuan dalam keseharian?
- Terkadang saya menangis dengan kondisi saya saat ini, apa yang perlu saya lakukan selain dari rumah dan kantor? Perlukan saya menyalurkan hobbi menulis kembali? Terimakasih
Jawaban:
Selamat malam mba Fatma, saya izin menjawab ya mba. Terkait dengan menumbuhkan rasa percaya diri, hal ini perlu sekali bagaimana kita merasa nyaman dengan diri kita terlebih dahulu ketika kita nyaman dengan diri kita, menerima diri kita apa adanya,, mulailah kita dapat meningkatkan kepercayaan diri. Memang hal ini tidaklah mudah, namun yang pertama kali perlu diperhatikan sekali adalah bagaimana kita memahami kondisi diri kita, keadaan tubuh kita, setelah kita mengetahui dan memahaminya. Pasti ada hal2 yang berbeda dengan kondisi kita saat ini dengan orang lain, tapi tidaklah apa2, yang pentiiiiiiing banget adalah kita sangat memahami kondisi kita saat ini dan dapat menerimanya sehingga kita pun bisa nyaman dengan diri kita. Lihatlah apa yang kita miliki dan apa yang bisa kita lakukan, fokuslah kepada hal tersebut, selama kita mengenal diri dan merasa nyaman dengan diri kita, sedikit2 akan tumbuh kepercayaan diri kita. mulailah dari apa yang bisa kita lakukan.
Lalu terkait bagaimana meyakinkan orang di rumah bahwa mba membutuhkan bantuan, berikanlah informasi terkait dengan penyakit yang sedang dihadapi saat ini, beritahukan juga sekiranya apa yang bisa mba lakukan dan sulit untuk dilakukan, setelah itu mba bisa menyampaikan apa yang sekiranya dapat mereka bantu. Sampaikanlah seasertif mungkin, mulailah dari menyampaikan fakta2, seperti kondisi saat ini, hal yang sedang dihadapi, perasaan yang sedang muncul, hal tersebut cukup membantulalu untuk pertanyaan ketiga, tidak apa2 sekali menangis, tidak apa2 sekali jika bersedih. Yang wajib diperhatikan adalah tidak denial dengan perasaan dan kondisi yang sedang dihadapi. Kenapa gitu? karena ketika kita denial, hal tersebut akan semakin sulit untuk dijalani, semakin kepikiran pastinya. Penyalurannya boleh banget dengan hobi, misalkan menulis, itu sudah cukup baik kok mba dalam meregulasinya. komunikasi asertif itu adalah komunikasi yang dijalin dimana kita menyampaikannya dengan baik2 mba, kita bisa menyampaikannya dengan jelas dan membuat kita lega, tapi juga orang yang menerimanya pun enak juga, dapat menerimanya dengan baik mba. saling mendengar dan menghormati. bisa dikomunikasikan kok mba, dengan komunikasi asertif, saling menghargai, mendengarkan, dan tentunya menyampaikan sesuai gaya yang bisa diterima oleh anak. misalkan kalau anak itu kan konkret banget ya mba dalam berpikirnya, kita gak bisa kasih hal2 yang abstrak dan menuntut anak harus paham, jadi kalau mau menyampaikan kepada anak, gaya bahasanya pun perlu disesuaikan, misalkan menyampaikannya sekonkret mungkin ya mba hehe
11. Pertanyaan:
Nama: Ika Susianti (istri), Pasien : Nur Cholis, Usia: 34 tahun, Diagnosa : ASD PH. Saya mau tanya untuk saya sebagai keluarga pasien. Kadang suami saya lebih positif dari saya. Suami selalu bilang “gpp, aku bisa” , kadang saya melihat ada 1-2 hari yang aktivitasnya lebih dari hari hari biasa, disini saya lebih worry dari dia, dia yang selalu bilang “gpp”. Seperti semalam dia bilang agak gak enak pingin pijat, Saya yang heboh semua ditanya, sesek gak? Sakit gak? Lemes gak? Pusing gak? Dia jawab “gpp cuma gak enak ini kayaknya masuk angin”. Masih banyak yang lain sebenernya, kadang saya berfikir apa saya terlalu kuatir & jadi over thinking sendiri yang padahal sebenarnya memang tidak ada apa2. Pertanyaannya, dengan sikap saya yang begitu apa bisa membuat suami saya merasa jadi tidak nyaman, tidak percaya diri, atau bahkan merasa diremehkan karena kondisinya yang berbeda dengan yang lain ? Terimakasih
Jawaban:
Selamat malam mba Ika, terima kasih sudah bertanya mba. Saya paham sekali mba, ketika orang yang dicintainya sakit, pasti muncul rasa khawatir dalam diri kita terhadapnya dan terkadang kitanya yang malah jadi over menganggapinya. Kembali lagi pada kuncinya, yaitu komunikasi. saya paham sekali, pasti ada kekhawatiran dalam diri mba Ika, khawatir ini alami akan terjadi karena ittu adalah alarm dari tubuh kita terhadap sesuatu yang dirasa akan terjadi dan bahaya. Namun yang perlu disadari, bagaimana cara kita untuk mengelolanya. Hal ini bisa dimulai dari berkomunikasi, bertanya apa yang sedang dibutuhkan oleh pasangan mba, dengan komunikasi ini kita kan akan mendapatkan data yang objektif, data ini apakah sesuai tidak dengan apa yang kita pikirkan. Yang perlu sekali disadari, ketika kekhawatiran ini muncul, sekiranya apa ya yang melandasi kekhawatiran ini? Hal ini yang bisa kita ‘cari datanya’ dengan bertanya kebutuhan suaminya saat itu apa? apa yang sedang dirasakan suami? dan sekiranya apa yang bisa dilakukan. Sekali lagi, kuncinya disini adalah komunikasi ya mba. mungkin ini yang bisa saya sampaikan
“Bersyukurlah terhadap apa yang diberikan oleh Tuhan kepada kita dan jangan lupa untuk merawat serta menyayangi diri kita sendiri, tetap semangat, tetap jaga kondisi tubuhnya.”_Rt. Annissa Apsyari, M.Psi., Psikolog