Mengelola Pikiranku-KULWAP

///Mengelola Pikiranku-KULWAP

Mengelola Pikiranku-KULWAP

Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatsapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.

Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799

PENGUMUMAN KULWAP YHPI

  • Waktu : Rabu, 3 Juli 2024
  • Pukul : 19.00 – 21.00 WIB
  • Narasumber : Rt. Annissa Apsyari, M.Psi., Psikolog
  • Tema : Mengelola Pikiranku
  • Moderator : Amida

Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI

Tema kali ini adalah bagaimana mengelola pikiran kita, otomatis kita akan berbicara tentang pola pikir. mungkin sebelumnya, mungkin beberapa tahun yll saya telah memaparkan materi yang mirip dengan tema malam ini. Namun malam ini saya mau mencoba untuk merefresh kembali.

kita sering ya mendengar kata “mindset”? mindset atau pola pikir adalah proses mental dalam diri seseorang yang dapat menentukan respons dan memengaruhi kita dalam menginterpretasikan suatu situasi. Dengan kata lain, pola pikir merupakan persepsi diri yang diyakini seseorang mengenai dirinya sendiri.
jadi bagaimana kita bertindak, merespons, menginterpretasikan sesuatu hal/kejadian hidup kita ini dipengaruhi oleh pola pikir.

lalu apa pentingnya kita mengelola pola pikir kita? agar kita dapat menikmati hidup dengan lebih bermakna.

pola pikir sendiri terbagi menjadi 2, ada fixed mindset yang meyakini bahwa kualitas diri (seperti bakat, intelegensi) sifatnya menetap, keterampilan dan keahlian bersifat bawaan.

Ada juga growth mindset, meyakini bahwa kemampuan dasar dapat dikembangkan melalui kerja keras dan dedikasi (bakat, intelegensi hanya merupakan modal awal saja).

lalu apakah seseorang harus selalu growth mindset?

dalam kondisi ideal ada baiknya begitu, tetapi sewajarnya manusia, kita tidak akan terlepas dari fixed mindset, oleh karena itu, mari kita sama2 belajar dan berproses untuk mengembangkan growth mindset ini

Dengan mengambil langkah kecil, siapapun dapat membangun growth mindset.
selebihnya tips2 bagaimana cara mengembangkan pola pikir growth mindset, bisa lebih mendetail di materi yang saya berikan hari ini.

1. Pertanyaan:

Nama: Tio(ortu penderitaan PH usia 12th), Usia: 47, Domisili: cakung. Saat terdiagnosa PH anak saya baik2 saja, namun setelah 2 tahun ini, dengan kondisi yang makin turun dan lemah, anak saya jadi tidak.semangat dalam.menjalankan keseharian nya, apalagi ditambah akan memasuki sekolah jenjang yang baru yaitu SMP, membuat banyak pikiran2 yang kurang baik menjalar dipikirannya, bagaimana menyikapi pemikiran anak saya dengan keadaan nya ini, sehingga dia bisa semangat lagi, terimakasih.

Jawaban:

Hallo pak Tio (mohon maaf jika ada salah penyebutan), terima kasih sudah memberikan kesempatan saya menjawab pertanyaannya. Pastinya menjadi tantangan yang cukup besar bagi bapak untuk menjadi caregiver dan mendampingi anak yang beranjak remaja.

Hal yang perlu dilakukan ketika menghadapi situasi tersebut, boleh dicari tau terlebih dahulu pemikiran apa saja yang hadir dalam pikiran anak bapak dan dalam menghadapinya, perlu berdiskusi dengan anak terkait dengan hal tersebut.
Pada dasarnya, ketika terjadi perubahan fisik, maka tidak dapat dipungkiri akan mengubah juga kegiatannya, sosialisasinya, dan hal ini yang perlu dipahami terlebih dahulu.

Diskusikan secara hangat, penuh dengan kasih sayang, mecoba untuk melihat dan memahami sudut pandang anaknya adalah cara terbaik yang dapat dilakukan
Selain itu, sesuai dengan perkembangan anak yang masuk ke tahapan remaja, memang banyak isu2 pada remaja yang akan menjadi persoalan dan mengubah sudut pandang anak. Mulai dari perubahan fisik, pubertas, sosial, dsb.

Mau bagaimanapun juga masa remaja adalah masa transisi dari anak menuju kedewasaan sehingga pastinya akan ada banyak perubahan yang dihadapi oleh anak, ini yang perlu dipahami dan didiskusikan. Dampingi anak terkait dengan perubahan2 yang terjadi, berdiskusi dan memposisikan diri sehingga dia merasa dipahami oleh kita, merupakan hal yang baik yang dapat membuat anak terbuka dengan orang tua dan merasa ditemani. Hal ini dapat mendukungnya untuk menumbuhkan semangat di dalam diri anak. mungkin itu yang dapat saya sampaikan, semoga dapat menjawab pertanyaannya pak.

2. Pertanyaan:

Nama : mamah sheva, Domisili : Sukabumi. anak saya 13 tahun rencana besok mau ke RS JHC rencana mau operasi dengan kasus ASD 2,9 cm, bagaimana cara saya menyampaikan atau menyemangati anak saya yang mau operasi supaya dia tenang gak takut, jujur saya juga takut pikiran buruk sering datang takut sekali ,saya selalu berusaha berfikir fositif walau sdikit susah mohon bantuan nya supaya hati dan fikiran saya bisa tenang,, saya juga sama punya PH yang sudah tinggi dan itu memperparah kondisi mental saya.

Jawaban:

Selamat malam mamah Sheva, saya izin menjawab pertanyaan ibu
Wajar terjadi pada diri orang tua ketika mendampingi anak yang akan melakukan treatment besar seperti operasi. Rasa cemas, khawatir, sewajarnya akan hadir.

Untuk menghadapi situasi yang ibu alami saat ini, yang dapat dilakukan pertama kali adalah bagaimana ibu dapat mengelola pikiran dan perasaan diri sendiri terlebih dahulu karena pada dasarnya emosi akan menular, terutama kepada anak.

Wajar jika anak takut dan ibu merasa khawatir terkait dengan situasi dan kondisi tersebut, tetapi bagaimana pun juga ibu perlu mengelola perasaan tersebut, misalkan dimulai dari apa yang ibu khawatirkan dan mencari secara objektif terkait dengan informasi yang sesuai dengan hal2 yg dikhawatirkan oleh ibu agar dapat mengetahui antisipasi apa saja yang dapat dilakukan untuk membantu meredakan perasaan tersebut.

Selanjutnya, ibu dapat mendiskusikan kepada anak terkait dengan apa yang anak pikirkan dan rasakan, kita juga dapat berdiskusi terkaiit dengan informasi yang dapat menenangkan anak. Ibu dan anak pun dapat melakukan relaksasi untuk mengelola rasa cemas. semoga dapat membantu dan menjawab pertanyaannya

3. Pertanyaan:

Nama: mama amira, Usia: amira 1,5 th, Domisili: kediri. Amira kedepannya akan ada operasi ke 2, dan obat PH harus diminum setiap hari, bagaimana saya memberikan penjelasan dan memberi pengertian atau penjelasan bahwa dia harus tetap berjuang terus, walau obat dan cairan harus dibatasi seumur hidup.

Tapi saya sebagai orangtua harus bisa membuka pikirannya agar dia punya semangat dan bisa sedikit membantu untuk kesembuhannya, karena saya masih yakin suatu saat dia akan sembuh dan lepas dari obat obatan, walau saya juga menyediakan ruang untuk ikhlas jika keadaan yang saya inginkan tidak terjadi. Terimakasih.

Jawaban:

Selamat malam mama Amira, saya akan coba menjawab pertanyaannya ya bu
Untuk usia saat ini, suport emosi lebih dibutuhkan oleh Amira dibandingkan dengan pemahaman akan kondisi yang dialami oleh Amira, mempertimbangkan usianya Amira 1,5 tahun.

Terkait dengan pemahaman kondisi yang dialami oleh anak, dapat ibu berikan ketika perkembangan kognitifnya sudah dalam tahapan konkret operasonal, yang artinya dalam tahapan trsebut, ia sudah dapat diajak untuk berpikir dan berbicara terkait dengan situasi serta kondisi yang dialami, tahapan konkret operasional ini biasanya mulai di umur 6 – 7 tahun tergantung dengan kondisi anaknya sendiri.

Lalu, support emosi yang dapat diberikan oleh orang tua saat ini, misalkan adalah sentuhan yang menyenangkan, apresiasi, dipeluk, dielus2, ketika misalkan ia telah minum obat. Apresiasi pencapaian yang sudah dilakukan dan apresiasi prosesnya.

Untuk orang tua, dapat mencari informasi terkait dengan kondisi anak dan apa yang bisa dilakukan untuk mendukungnya. mungkin itu yang bisa saya sampaikan, semoga dapat menjawab pertanyaan dari ibu.

4. Pertanyaan:

Nama: mama Azril, Usia: Azril Al Hanif 3 th, Domisili: Aceh tengah. Azril setelah di cath 3 mei kmrin saat ini PH nya masih tinggi makanya tahun ini gak jadi di operasi, dan dokter suruh konsumsi obat PH selama setahun lagi dan tahun depan cath ulang untuk mengetahui PH Azril sudah turun apa belum,dan tahun depan kata dokter penentuannya bisa di operasi apa tidak.

Kalau tidak ya harus minum obat seumur hidup, bagaimana caranya memberi pengertian ke Azril yang masih kecil dan belakangan ini sering tantrum,dan nangis tanpa sebab,dan sudah mulai ada rasa bosan kalau minum obat.

Sebagai orang tua pasti suatu saat nnti pasti Allah berikan waktu yang tepat buat anak saya sembuh,dan di satu sisi lainnya saya sudah mulai ikhlas apa pun yang terjadi meskipun berat, nanti nya pasti ada rencana Allah lebih baik dari yang kita harapkan,sebagai orangtua sempat berputus asa tapi balik lagi melihat semangat anak sembuh sangat luar biasa. terimakasih.

Jawaban:

Hallo mama Azril, saya coba menjawab pertanyaannya ya bu. Dalam perkembangannya, usia 3 tahun adalah usia dimana anak sedang berada pada masa egosentris, yang artinya masa di mana mereka mulai menunjukkan keinginan untuk mengambil kontrol di lingkungan, sehingga wajar terjadi ketika ia ingin mulai mengatur diri sendiri.

Penolakan minum obat, tantrum adalah hal yang wajar terjadi mengingat masa2 ini.  Yang dapat dilakukan oleh ibu sebagai orang tua adalah mencoba untuk membantunya dalam mengelola emosinya, misalkan kalau menangis bisa dipeluk terlebih dahulu, orang tua memberi ruang anak untuk mengekspresikan emosinya, memeluk adalah cara bagaimana kita menenangkannya, memeluk tanpa berkomentar sambil memantau kondisinya (terkait dengan kondisi kesehatannya dalam keadaan yang baik), ketika ia sudah tenang baru bisa berdiskusi membicarakan perasaan dan apa yang membuatnya menangis.

Cara memberikan pengertian memang perlu diberikan penjelasan sesuai dengan usianya, dengan penyampaian yang sangat konkret dan dapat dipahami olehnya, menggunakan story telling pun dapat dilakukan kepadanya. mungkin itu yang bisa saya sampaikan, semoga dapat menjawab pertanyaannya bu.

5. Pertanyaan:

Nama: Ika fitria, Usia: 34 tahun, Domisili: Banda aceh. bagaimana cara mengelola pikiran yang sering kali muncul ke hal yang negatif. Saya dengan ASD closure bulan 2 kemarin,, saya kadang merasa bahwa saya tidak bisa melakukan apa2 rasanya sangat terbatas apapun yang ingin saya lakukan. Sebelumnya nya saya ucapkan terimakasih.

Jawaban:

selamat malam mba Ika, saya coba menjawab pertanyaannya ya mba.Dengan perbedaan kondisi yang terjadi, pastinya akan ada beberapa penyesuaian yang perlu dilakukan, begitu juga dengan kegiatan yang bisa jadi tidak seperti dahulu lagi.

Tetapi perlu diingat, dengan segala keterbatasan, pasti ada yang dapat dioptimalkan dan diberdayakan, bukan berarti kita tidak bisa melakukan apa2. Kita bisa melakukan hanya saja dengan cara dan proses yang berbeda, oleh karena itu, cara dan proses ini yang perlu kita eksplorasi, mana yang sekiranya cocok untuk kita.

Kita dapat memulainya dari mengetahui tentang diri terlebih dahulu, mulai dari kelebihan dan kekurangan yang kita miliki. Setelahnya kita perlu menerima kelebihan dan kekurangan kita sehingga kita bisa mengetahui apa yang dapat kita lakukan dengan tepat.

Saran saya, fokuslah kepada apa yang kita miliki dan bis akita lakukan untuk membantu kita dalam mengelola pikiran kita. Pada dasarnya pola pikir ini dipengaruhi oleh bagaiman kita mempersepsikan diri mengenai diri kita sendiri.
Mungkin ini yang dapat saya sampaikan, mba. Semoga dapat menjawab pertanyaannya.

6. Pertanyaan:

Nama: Ririn Widyastuti, Usia: 33 tahun, Domisili: Jepara. Saya dengan ASD+PH, setiap hari saya selalu bekejaran dengan waktu karena saya wanita karir dan ibu rumah tangga walaupun aktivitas saya terbatas, lama kelamaan saat saya berdiri agak lama sekitar 10 menit atau berjalan agak jauh ada perasaan ingin jatuh/sempoyongan. bagaimana cara mengelola pikiran yang sering kali muncul ke hal negatif, apakah itu dari penyakit yang saya derita atau perasaan saya saja? Terima kasih.

Jawaban:

Hallo mba Rini, saya coba jawab pertanyaannya ya mba. Ingat bahwa pola pikir merupakan hasil dari bagaimana kita mempersepsikan diri kita sendiri yang kita yakini sehingga memengaruhi respons kita dalam menginterpretasikan situasi dan bertindak. Lalu bagaimana mengelolanya?

Dengan adanya perubahan yang terjadi, maka kita juga perlu menghadapi penyesuaian diri kembali terhadap perubahan tersebut. Wajar pula jika tiba2 kta memikirkan sesuatu yang negatif, kita perlu menyadari apa yang membuat kita memunculkan pikiran negatif, apakah karena rasa cemas? Putus asa? Atau malah ada hal lain yang memengaruhinya?

Penyebab pemikiran negatif itu perlu kita ketahui terlebih dahulu agar dapat mengetahui dengan pasti penyebabnya. Dalam mengubah pola pikir, bukan berarti pemikiran negatif ini harus kita hindari, justru perlu kita hadapi untuk dikelola dan diketahui apa penyebabnya.

Jadi, fokuslah kepada apa yang dimiliki dan apa yang dapat dilakukan. Berfokuslah juga kepada prosesnya, bukan hanya sekedar kepada hasilnya saja.
Itu yang sekiranya dapat saya sampaikan mba, semoga bisa menjawab pertanyaannya ya mba.

7. Pertanyaan:

Nama : Lina, Usia : 34th, Domisili: Tangsel. dok, saya kena ASD PH saat melahirkan anak pertama yang saya nantikan setelah 10th pernikahan. Setelah melahirkan saya masuk ICU sampai kurang lebih 1 bulan. Setelah saya keluar dari RS 3 hari kemudian bayi saya meninggal.

Pertanyaannya dok, sampai saat ini sy masih suka merasa sedih, suka nangis sendiri kl teringat bayi sy, menyalahkan diri sendiri karena tidak bisa merawat bayi saya dan tidak bisa memberikan ASi kepada bayi saya. Bagaimana mengontrol perasaan seperti ini dok? Saya sudah sibukkan dengan bekerja, tapi saat sendiri suka teringat.

Jawaban:

Selamat malam mba Lina, saya coba jawab pertanyaannya ya mba
Sebelum itu, saya turut berduka cita atas peristiwa yang mba Lina alami, pasti sedih sekali rasanya menghadapi dan melalui situasi tersebut. Dalam menghadapi kedukaan, ada tahapan yang dilalui oleh manusia sehingga pada akhirnya dapat mencapai penerimaan/acceptance.

Tahapan tersebut adalah:

  1. Shock & denial, dimana pada fase ini seseorang merasa kaget, tidak percaya dengan apa yang terjadi, atau panik menghadapi situasi kehilangan tersebut
  2. Pain & guilt, begitu rasa shock mulai berkurang, kita akan mulai merasakan kepedihan karena kehilangan yang bisa muncul secara fisik maupun emosional, mungkin bisa juga kita merasa bersalah atas sesuatu yang bisa atau seharusnya dilakukan untuk hal tersebut. Wajar pada tahap ini seseorang dapat mencari2 alasan atau bertanya2 apakah bisa melakukan sesuatu yang bisa mencegah kehilangan atau merasa menyesal. Meskipun perasaan ini tampak berlebihan, ini adalah emosi yang alami terkait dengan kesedihan. Pada tahapan ini, sangat penting untuk mengakui emosi ini dan mencari dukungan, support dari orang yang disayang, ataupun jika diperlukan dapat melakukan konseling untuk membantu mengatasi kompleksitas kesedihan yang dirasakan agar tidak menjadi berkepanjangan.
  3. Anger & bargaining, perasaan marah atau frustrasi sering terjadi ketika seseorang mengalami kedukaan. Ketika seseorang bersedih, banyak emosi dan pikiran yang dirasakan dan perlu diproses, mungkin sebagian orang kesal atau marah. Terkadang kita terobsesi dengan segala hal yang membuat kesedihan/kehilangan yang kita rasakan menghilang, mulai memunculkan pertanyaan2 dalam pikiran kita dan akhirnya kita melakukan “tawar menawar”, coba kalo saya gini, coba kalo saya itu, hal ini dilakukan sebagai bentuk upaya dari diri kita untuk mengatasi rasa sedih/kehilangan yang dialami. Biasanya setelah ini kita memiliki opsi2 yang dapat kita lakukan. Informasi dan komunikasi dibutuhkan dalam melalui tahapan ini.
  4. Depression, reflection, & loneliness: ketika berduka, pada tahapan ini biasanya mulai merenungkan kehilangan yang dialami dan dampaknya pada kehidupan. Rasa kehilangan pada tahapan ini mungkin terjadi karena merasa segala hal yang kita upayakan banyak ang tidak terwujud. Emotional support, dukungan, dan arahan dari lingkungan maupun professional ahli
  5. The upward turn, selama tahap akhir proses ini, emosi awal yang intens terkait dengan kesedihan mungkin mulai memudar, mungkin intensitasnya berkurang tidak seperti yang pertama dialami atau bahkan menyadarinya, dan seseorang tidak akan langsung merasa lega. Mungkin ada sedikit rasa sedih, sakit, dan mulai muncul lebih banyak emosi positif.
  6. Reconstruction & recovery, selama tahap ini seseorang yang berduka mulai mengatasi kesedihan dan kehilangan yang dirasakan, pada tahap ini juga seseorang akan mulai merasakan kendali atas kehidupannya lagi.
  7. Acceptance, dalam tahap ini seseorang merenungkan bagaimana kehilangan telah membentuk kehidupan. Menerima bukan berarti melupakan, tetapi berproses untuk “mengakui” rasa kehilangan yang dihadapi serta melanjutkan kehidupan.

Hal yang perlu dipahami saat ini oleh mba Lina adalah menyadari sedang berada di tahapan yang mana dan bagaimana tahapan tersebut memengaruhi diri mba Lina. Memahami sedang berada di mana kita akan membantu mba Lina untuk menemukan cara yang tepat dalam mengatasi apa yang sedang mba Lina alami.

Pada dasarnya, kita bisa membuat “perjalanan” ini menjadi jauh lebih menyenangkan ketika kita berhasil menemukan cara yang tepat untuk bisa menghadapinya. mungkin itu yang dapat saya sampaikan mba, semoga dapat menjawab pertanyaannya mba Lina.

Lina:

Baik Dok, bener banget tahapan ini. Sepertinya kadang sudah sampai tahap akhir, tapi nanti kaya mengulang tahap 3 lg. Ini sudah berjalan hampir 2th dok. Tapi seperti masih ke rekam seperti baru kejadian kemarin. Terima kasih jawabannya dok. Semoga bisa bener2 sampai di tahap akhir.

Psikolog:

betul sekali, tahapan ini memang seperti roller coaster mba, kadang bisa kembali lagi. dengan mengetahui berada di tahapan mana, akan membuat mba mengetahui cara terbaik untuk mengatasinya. semangat mba, selamat berproses

8. Pertanyaan:

Nama : Mita Wulandari, Usia: 28, Domisili: Sidoarjo. saya dengan ASD+PH tinggi dan belum pernah tindakan kateterisasi dan itu gk tau kapan nya, berapa lama lagi saya menunggu untuk tindakan sedangkan umur sudah mau ke 30 katanya klo belom operasi belum boleh hamil, ASD saya juga sudah 3,2 . saya suka kepikiran tentang itu dok sampai dada terasa nyeri dan susah tidur bagaimana cara mengatasinya dok.

Jawaban:

Selamat malam mba Mita, saya coba izin menjawab pertanyaannya ya mba. Pasti ada perasaan cemas serta khawatir yang hadir dalam diri mba Mita, namun bagaimana pun juga perasaan ini muncul tejadi ketika kita menghadapi ketidakpastian. Kita mempersepsikan ada hal2 yang dianggap diri kita sebagai sinyal yang berbahaya, mengancam diri sehingga membuat kita merasa tidak nyaman.

Yang dapat dilakukan oleh mba Mita adalah berkonsultasi kepada ahli, dalam hal ini dokter yang menangani, konsultasikan terkait dengan apa yang dirasa membuat cemas serta situasi yang dihadapi sehingga mba Mita mendapatkan gambaran yang objektif terkait dengan hal2 yang dikhawatirkan tersebut.

Dengan melakukan hal tersebut, setidaknya dapat mengurangi perasaan cemas dan khawatirnya sehingga diharapkan dapat membantu dalam mengurangi rasa gelisah dan kesulitan tidur. Jika hal tersebut sudah dilakukan dan dirasa tidak ada perubahan, mba dapat berkonsultasi dengan psikolog untuk membantu mba dalam mengatasi persoalan ini lebih mendalam. Mungkin itu yang dapat saya sampaikan mba Mita, semoga dapat menjawab pertanyaannya.

Mita:

Oh iya dok kmaren juga di sarankan sama dokter Soetomo tapi saya Masi takut Untuk konsultasi dengan psikolog.

Psikolog:

diskusikan apa yang membuat takut, pada dasarnya dokter2 yang menangani mba adalah dokter2 yang kompeten dalam bidangnya. Mempercayakan tindakan yang dilakukan oleh dokter2 yang menangani mba pun dapat membantu untuk menurunkan kekhawatiran yang dirasankan. Namun jika diskusi dan konsultasi dalam rangka mencari informasi belum cukup membantu, mba Mita dapat melakukan konsultasi lanjutan dengan psikolog untuk dibantu mengelola perasaan cemasnya, mba.

bagaimana pun juga, kondisi psikologis akan memengaruhi kondisi tubuh kita, begitupun sebaliknya. pengelolaan emosi seperti rasa cemas ini diperlukan untuk membantu mba dalam menjalani kegiatan dan aktivitas sehari2 maupun tindakan medis yang akan dijalani

9. Pertanyaan:

Nama : Ana, Umur: 48th, Domisili: Jogja. Selamat malam mba Anissa.. Pengalaman/kejadian yang luar biasa menyakitkan seringkali masih menghadirkan pikiran “sampah” alam bawah sadar, yang tanpa diminta, tiba2 hadir, membuat sakit yang luar biasa dihati.

Pikiran yang tiba2 hadir ini sangat sulit dikendalikan, setiap kali ingin mengendalikan, malah semakin kemana2. Bagaimana cara mengendalikan atau bahkan menghilangkan “pikiran sampah’ ini mbak? Terimakasih atas jawabannya.

Jawaban:

Hallo, selamat malam bu Ana, saya coba menjawab pertanyaannya ya bu.
Dalam menghadapi situasi yang kita rasa dan akhirnya membuat kita berpikir negatif karena ketidaknyamanan ini, memang kita perlu memprosesnya untuk sampai pada tahap penerimaan.

Adanya acceptance atau penerimaan terhadap situasi yang terjadi, biasanya kita akan membawa kita ke situasi atau titik dimana kita mendapatkan sudut pandang yang lain dan menemukan hal2 yang dapat dipelajari sehingga membuat diri kita lebih berkembang.

Namun memang dalam perjalanannya ke arah penerimaan ini, ada proses yang harus dilalui dan bukanlah sesuatu/hal yang instan atau mungkin mudah untuk dilakukan. Proses penerimaan ini perlu dilalui terlebih dahulu baru kita dapat lebih “lega” untuk menghadapinya dan mengendalikan pola pikir kita. Ingatlah bahwa melupakan bukan berarti menerima hal2 yang sudah dilalui.

Untuk mengendalikan pemikiran yang muncul tersebut, ibu dapat memulainya dengan memproses, menerima, dan melalui segala hal yang terjadi, mengakui hal2 tersebut pernah terjadi, mengelola dan mencari terkait dengan apa yang sekiranya dapat menjadi pelajaran dari situasi tersebut sehingga diharapkan menemukan/mendapatkan sudut pandang yang lain yang dapat menjadi pelajaran ke depannya bagi kita bisa lebih baik lagi dan pada akhirnya bisa menerima hal tersebut.

Dengan menerima kelebihan dan kekurangan diri pun dapat membantu kita untuk menerima ketidaksempurnaan yang dimiliki, fokuslah kepada apa yang kita miliki dan apa yang dapat kita lakukan. Proses ini merupakan proses dimana kita bisa menemukan sudut pandang yang lain dari situasi yang terjadi dalam diri kita dan bagaimana kita secara bijak dapat menerimanya. mungkin itu yang dapat saya sampaikan bu, semoga dapat menjawab pertanyaannya bu Ana.

10. Pertanyaan:

Nama : Tria Utari, Usia : 27, Diagnosa : ASD PH. Izin bertanya ya mba, Bagaimana cara mengelola pikiran dari hal² buruk atau tidak baik yang sudah terjadi, supaya tidak terus menerus menjadi boomerang dan selalu ada dipikiran kita, padahal kita tidak ingin mengingatnya lagi? Mohon penjelasannya.

Jawaban:

Hallo mba Tria, selamat malam. saya coba menjawab pertanyaannya ya mba
Sebelumnya, pernah tidak mba Tria ada di situasi di mana mba mencoba untuk tidak memikirkan hal2 yang tidak ingin dipikirkan tetapi malah jadi kepikiran terus? Dalam psikologi hal tersebut sering terjadi karena pada dasarnya hal itu dikarenakan kita belum memprosesnya untuk menerima situasi yang terjadi dengan diri kita.

Secara sadar kita memang berusaha dan merasa sudah melupakannya, tetapi di alam bawah sadar kita, karena kita belum memprosesnya, kita belum sepenhnya untuk menerimanya. Biasanya pikiran2 yang masih berada dalam pikiran yang ters terpikirkan oleh kita ini adalah pikiran yang belum kita kelola dengan baik dan belum kita proses untuk kita terima. Sehingga yang perlu dilakukan adalah bagaimana kita dapat berproses untuk menerimanya, tidak menolaknya.

Mencari sudut pandang yang lain dan pembelajaran dari situasi yang dihadapi dapat menjadi opsi untuk mengelola pemikiran tersebut, selain itu dengan bersyukur ataupun memaafkan (baik diri sendiri maupun orang yang terlibat), dapat membantu dalam proses penerimaan tersebut.

Seperti sejarah, kita tidak bisa menghilangkan kejadian yang pernah dialami, itu akan terus ada. Yang bisa kita lakukan adalah bagaimana kita bisa memprosesnya, menerima segala hal yang terjadi, dan mendapatkan sudut pandang lain untuk menjadi bahan pembelajaran bagi kita agar kita tidak berada dalam situasi yang serupa. mungkin itu mba Tria yang dapat saya sampaikan, semoga dapat menjawab pertanyaan mba Tria.

 

Seperti yang dikatakan oleh Dr Carol S. Dweck, bahwa “kesuksesan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan dan bakat, tetapi juga oleh pola pikir kita. pola pikir negatif pasti akan muncul dan tak jarang muncul, namun ada baiknya kita perlu untuk mengelolanya sehingga kita dapat mengelola pola pikir kita yang berdampak pada bagaimana kita berespons dan bertindak”._Rt. Annissa Apsyari, M.Psi., Psikolog.

By | 2024-08-10T09:12:04+00:00 August 10th, 2024|Kuliah lewat WhatsApp|0 Comments

About the Author:

Yayasan
Yayasan Hipertensi Paru Indonesia adalah komunitas pasien, keluarga, dan kalangan medis pemerhati Hipertensi Paru. Silakan klik Daftar Anggota untuk bergabung dalam komuniitas dan klik IndoPHfamily untuk bergabung di forum utama pasien di Facebook
Open chat