Makna Memaafkan-KULWAP

///Makna Memaafkan-KULWAP

Makna Memaafkan-KULWAP

Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatsapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.

Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799

 PENGUMUMAN KULWAP YHPI

  • Waktu : Selasa, 30 April 2024
  • Pukul : 19.00 – 20.30 WIB
  • Narasumber : Marissa S. Purba, M.Psi. Psikolog
  • Tema : Makna Memaafkan
  • Moderator : Amida

Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI

 

Minal aidin wal-faizin, mohon maaf lahir dan batin kepada teman-teman sekalian.

Memaafkan adalah kata yang umum kita dengar dari sejak kecil mungkin ya? Di rumah, di sekolah, di tempat ibadah meminta kita untuk memaafkan. Berdasarkan psikologi sendiri, memaafkan juga memiliki dampak yang positif di dalam kesejahteraan psikis kita. Hanya saja pada dasarnya, memaafkan itu tidak mudah, baik memaafkan orang lain maupun memaafkan diri sendiri.

Mari kita berlatih untuk memaafkan karena memaafkan tidak berarti keadaan harus kembali seperti dulu atau bertahan pada keadaan yang tidak menyenangkan bagi kita, tetapi memaafkan akan menjadi bagian dari berdamai dengan keadaan kita sendiri untuk melangkah maju bagi kebaikan diri kita sendiri.

1. Pertanyaan:

Nama : Vonny, Usia :28tahun, Domisili: Makassar. Bagaimana caranya memaafkan diri  sendiri dan orang lain dari rasa kecewa,sedih ketika kita tidak bisa menerima diri kita tidak menjaga pola hidup hingga akhirnya sakit jantung dan berujung operasi bedah merasa diri saya ini salah tidak dari dulu menjaganya dan ketika orang-orang sekitar biasa mengejek begitu kalau tidak jaga pola hidup akhirnya operasi.

Jawaban:

Selamat malam, Mbak Vonny. Situasi yang dialami saat ini mungkin menjadi pukulan yang besar bagi Mbak Vonny sehingga mungkin timbul banyak penyesalan dan kalimat “seandainya saja saya lebih…..” yang sering terngiang-ngiang.

Untuk dapat memaafkan diri sendiri, kita harus berada dalam keadaan nyata  saat ini, Mbak. Menyadari bahwa ada hal yang kita lakukan atau tidak lakukan dulu dan berdampak pada diri kita mungkin cukup menyakitkan, hanya saja perlu kita sadari. Operasi sudah dilakukan dan masa lalu ada di luar kendali kita. Tanpa penerimaan ini, proses memaafkan akan sulit terjadi.

Setelah dilakukan operasi, kita dapat mulai fokus kepada apa yang dapat kita lakukan atau kendalikan agar kondisi kita dapat optimal (optimal dengan kapasitas masing-masing). Terutama dengan berkonsultasi kepada ahli medis atau dokter, apa saja yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan Mbak Vonny. Lakukanlah hal-hal tersebut sebaik-baik Mbak Vonny bisa sebagai upaya untuk berdamai pada masa lalu dan tidak terjebak pada penyesalan yang dapat menurunkan kondisi kita, Mbak. Semangat Mbak Vonny.

2. Pertanyaan:

Nama: Tri Rahmad, Usia: 36, Domisili: Banda Aceh. Bagaimana Cara memaafkan Jika orang yang berhutang ke pada kita, tapi tidak mau membayar nya, dan selalu  mengolok-olok kita, dan masah bodoh? Karena hal ini tentu nya sangat sulit dan selalu terbayang bayang..

Jawaban:

Halo, Mas Tri Rahmad di Banda Aceh. Dalam konsep memaafkan yang dibahas sebelumnya, terdapat kondisi-kondisi dimana tidak semua hal dapat selesai dengan kita merasa harus memaafkan dan melupakan. Terlebih bila ada tindakan ataupun pengalaman tidak menyenangkan seperti hutang dan perilaku mengolok maupun perilaku lain yang secara langsung ditujukan kepada kita.

Tidak hanya dengan memaafkan, kita sebaiknya tetap melakukan tindakan-tindakan yang dapat membantu kita menyelesaikan persoalan dan mengupayakan jalan keluar secara optimal. Misalnya : Mas Tri Rahmad mencari jalan kembali terkait hutang yang harus diselesaikan oleh orang yang meminjam hingga selesai.

Atau pun jika sudah merasa tidak ada jalan untuk menyelesaikan persoalan, Mas dapat mencoba untuk melihat kembali apa yang harus dihindarkan dari situasi seperti ini agar tidak terulang kembali. Dengan kata lain, upaya pencegahan supaya situasi tidak terjadi lagi.

Jika Pak Tri sudah merasa tidak ada gunanya lagi menagih hutang, maka sekarang kita dapat fokus pada bagaimana agar Pak Tri tidak lagi menghadapi situasi yang sama ke depannya.

Mungkin tidak akan dengan cepat dan butuh waktu lama untuk dapat berdamai dengan keadaan, dan jangan memburu buru diri agar bisa memaafkan pada kondisi yang sebenarnya sulit kita terima. Semoga dapat selesai dengan baik ya Mas.

3. Pertanyaan:

Nama: Saras, Usia: 24, Domisili: Yogyakarta. Disclaimer: Saya juga pasien kronis Psikiatry dan Post ASD Closure. Sebelumnya saya selalu memaafkan semua orang dan sesuatu yang menyakiti saya secara verbal pun non verbal, tetapi trauma itu terus saja berlanjut. Sekarang saya rutin konsumsi obat, saya bisa cuek dengan hal-hal dan orang-orang yang pernah menjadi trigger untuk saya, tetapi kenapa saya masih sering emosi dan kasar ke anak padahal saya tidak pernah menginginkan itu, saya mulai seperti itu semenjak anak saya berusia 1th dan saya hamil lagi.

Saat sekarang minum obat pun, saya tetapi masih sering meluapkan emosi ke anak, hanya trauma masa kecil saya yang sulit saya maafkan sehingga saya selalu teringat dan melampiaskan ke anak, semua itu muncul setelah saya hamil anak ke 2. Padahal saya selalu ingin memperbaiki semua hal yang tidak bisa saya dapatkan dulu ketika menjadi anak, dan saya selalu berusaha untuk memberikan pilihan ke anak saya karena dulu sewaktu kecil saya tidak pernah mendapatkan hak untuk memilih. Saya kecil dulu sering di pukul, dan saya tidak menginginkan itu terjadi kepada anak saya, tapi alih-alih malah itu juga terjadi ke anak saya dari tangan saya sendiri, setelah minum obat juga ngerasa seperti gapunya perasaan sayang ke anak dan suami, semua berasa flat.

Jawaban:

Selamat malam, Mbak Saras. Terima kasih sudah berani mencoba mencari solusi pada situasi yang dialami. Kembali lagi bahwa memaafkan adalah pilihan, jika Mbak Saras memaksa diri untuk memaafkan orang lain tanpa mengakui sakit hati dan terlukanya anda pada perbuatan orang lain maka rasa marah itu keluar dilampiaskan pada saluran lain, salah satunya keluarga.

Situasi yang Mbak sampaikan memang rumit dan membuat perasaan bersalah yang berulang-ulang, namun Mbak tidak sendiri karena menghadapi trauma masa lalu dan kehamilan hingga menjadi orang tua adalah perubahan yang besar dalam hidup.

Saya akan menyarankan anda untuk melakukan konseling dengan professional untuk mengatasi akar penyebab emosi yang muncul dari perilaku yang anda sendiri tidak inginkan. Luka masa kecil yang mempengaruhi kita adalah hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu oleh psikolog bersama dengan Mbak Saras. Sambil melakukan konseling, Mbak Saras dapat mencoba untuk mengelola emosi seperti belajar teknik relaksasi pernapasan, berolahraga ringan, meditasi/yoga.

Dukungan dari orang terdekat sangat penting Mbak, seperti suami dan keluarga lainnya agar dapat mengingatkan kita saat kita menampilkan perilaku yang akan kita sesali nantinya. Perlahan-lahan kita mungkin akan belajar menahan diri. Perubahan tidak terjadi dalam waktu singkat dan butuh usaha berkelanjutan Mbak. Semoga sedikit banyaknya perubahan yang Mbak Saras lakukan dapat membantu Mbak Saras dan keluarga menjadi lebih baik.

Saras:

Baik terimakasih. Tetapi dari pihak keluarga kurang mensupport, karna saya terlihat sehat dan mengatakan bahwa saya kurang iman. Gapengen minum obat karna gamau merasa flat, tapi kalo ga minum obat, stressor nya selalu ada di depan mata. Dan kalo udh emosi gitu aja ga inget apa apa

Psikolog:

Untuk itu mungkin Mbak harus mendapatkan support lainnya, seperti bersama dengan konselor/psikolog. Membuka kondisi trauma ataupun luka masa lalu membutuhkan waktu lebih lama dan mungkin perubahan-perubahan yang harus dilakukan. Kulwap ini mungkin hanya akan membahas sedikit ya Mbak, sehingga saya sangat menyarankan anda mencari bantuan profesional

4. Pertanyaan:

Nama: rodhillah, Usia: 32 tahun, Domisili: NTT. Bagaimana cara memafkan teman apabila teman mengolok-olok tentang penyakit saya, biasa mengatakan hidup saya hanya sebentar,tidak bisa hamil, tidak punya anak, sangat menyakitkan buat saya

Jawaban:

Halo Mbak Rodhillah di NTT. Wah saya cukup kaget bahwa ada orang yang melontarkan kalimat-kalimat demikian yang ditujukan kepada orang lain. Dengan latar belakang kita memiliki kondisi kesehatan tertentu, tentu kita tidak berharap kondisi tersebut terjadi pada diri kita dengan segala hal yang sangat sulit untuk kita hadapi.

Yang dapat Mbak Rodhillah mungkin lakukan adalah mulailah dengan mengakui perasaan yang kita rasakan apabila kita marah sekali, sakit hati dan merasa dihina dengan respon orang lain yang seperti itu.

Kedua,bila orang yang dekat dengan anda yang menyampaikannya, cobalah untuk berbicara secara langsung dan bagaimana perkataannya menyakiti diri anda. Jika anda tidak menyampaikannya, maka perilaku itu akan berulang kembali dan teman anda dapat saja merasa bahwa anda bisa menerima perkatannya. Menyatakan keberatan anda adalah upaya dalam melindungi diri sendiri.

Ketiga, meskipun anda telah mengungkapkannya kepada teman anda, kita harus memahami bahwa kita tidak bisa mengontrol perilakunya. Jika tidak ada perubahan dari orang lain, sayangi diri anda dengan melihat kembali apakah lebih baik untuk membatasi dan menghindari interaksi dengan orang-orang yang sudah menyakiti kita.

Semua ini bertujuan agar Mbak Rodhillah dapat mengetahui bahwa dengan memaafkan tidak berarti bahwa kita harus mempertahankan hubungan yang tidak berdampak baik pada kondisi mental dan fisik kita. Kita dapat melanjutkan hidup kita, fokus pada kesehatan sendiri dan pengembangan diri  kita dan menjaga jarak dengan faktor-faktor yang dapat menyebabkan perasaan sedih dan tertekan bagi kita. Semangat ya Mbak Rodhillah.

5. Pertanyaan:

Nama:Wina, Usia:33th, Domisili:Brebes. Bagaimana cara untuk menyikapi penyesalan ini, setelah baru ketahuan ad ph saya suruh operasi tapii saya tidak bs melaksanakan operasi di karena kan banyak faktor mulai dari saya bkn di negri sendiri (sdng bekerja)dan biaya(masih baru) dan akhirnya saya di pulang kan ke negeri sendiri (Indonesia) memang berat perjalanan diagnosa ph saya, bahkan  maret 2023 saya baru, ketahuan ada ASD, tapi saya berusaha memafkan diri sendiri biar rasa bersalah itu tidak selalu menghantui

Allhamdulilah saya sudah melewati tindakan TEE dan sudah di jadwal kan sm dokter bulan Agustus 2024 saya ad jadwal ke RS harkit,mudah-mudahan ph saya bisa di turunin lagi angka nya, meskipun aktivitas jualan saya tidak mungkin saya tinggalkan karna saya membutuhkan pemasukan untuk kebutuhan sehari2, kadang terasa sesak pun saya tidak bisa terapi pke oksigen, hanya istirahat duduk sebentar saja.

Jawaban:

Mbak Wina di Brebes, selamat malam. Penyesalan adalah perasaan yang sering terjadi terutama dalam kondisi seperti yang Mbak Wina hadapi. Tetapi penting untuk diingat bahwa Anda telah melakukan yang terbaik dengan sumber daya dan kondisi yang Anda miliki saat ini.

Untuk menyikapinya mungkin Mbak Wina jangan menekan atau menyangkal penyesalan yang ada karena hanya akan meningkatkan stress. Ekspresikan melalui kata-kata ataupun tulisan terkait penyesalan yang Mbak Wina rasakan kepada diri sendiri.

Setelah mengeluarkan unek-unek tersebut, sadari bahwa apakah saat itu anda memiliki prioritas lain yang harus anda selesaikan? Cobalah untuk memperlakukan diri anda sebagaimana jika kita memperlakukan teman lain yang mengalami stuasi serupa.

Karena Mbak Wina sudah melakukan tindakan yang harus dilakukan maka ingatlah untuk fokus pada hal-hal yang masih dapat dikendalikan misalnya menjadwalkan janji temu dengan dokter, melakukan olahraga yang disarankan, memiliki hobi-hobi yang positif, dllnya. Proses memaafkan diri sendiri tidak selalu mudah tetapi perlahan-lahan dengan menerima diri dapat membantu pertumbuhan diri kita. Semoga proses ke depannya dapat lebih lancar dan membantu Mbak Wina lebih sehat ya Mbak .

6. Pertanyaan:

Nama: Mita, Usia: 28 thn, Domisili: Sidoarjo. Bisa gak ya dok saya memaafkan diri saya bilang terjadi sesuatu Karena ke egois saya dengan badan yang kurang sehat dan lemah ini harus terus kuat berkerja agar tidak tergantung terhadap suami atau keluarga karena saya Masi punya tanggung jwb bayar motor  yang harus saya bayar dan tidak ada yang mau membantu saya

Jawaban:

Hai hai Mbak Mita. Tentu saja, karena pada dasarnya kita semua punya kemampuan untuk memaafkan diri sendiri Mbak walaupun sulit dan butuh waktu. Tapi situasi itu belum terjadi sehingga Mbak Mita mungkin sebaiknya lebih fokus pada kondisi saat ini.

Mengambil keputusan untuk terus bekerja tentu bukan keputusan yang mudah untuk Mbak Mita ambil. Mengingat kembali motivasi kita untuk terus bekerja akan dapat memberi anda kekuatan untuk memahami mengapa sih kita harus tetap berupaya hingga saat ini.

Hanya saja, kita juga perlu menyadari bahwa kita sebagai manusia memiliki keterbatasan, Mbak Mita dan yang mengetahui keterbatasan kesehatan dan kondisi saat ini hanya Mbak Mita yang dan merasakannya. Bila tubuh sudah memberikan alarm untuk berhenti dan beristirahat, maka kita harus mendengarkannya.

Realitanya kita memiliki suatu kondisi kesehatan yang harus kita perhatikan, susunlah langkah yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya hal-hal yang membahayakan bagi kesehatan Mbak Mita. Diskusikan dengan dokter tindakan apa saja yang bisa dilakukan dan batasannya agar Mbak Mita dapat tetap bekerja dalam keadaan sehat. Semoga tetap dapat seimbang ya Mbak antara kesehatan dan bekerja..

7. Pertanyaan:

nama : kikin sakinah, usia : 34 tahun, domisili : jakarta. Bagaimana cara memaafkan tapi tidak melupakan perbuatan mereka kepada kita??

Jawaban:

Mbak Kikin Sakinah di Jakarta, selamat malam. Memaafkan tanpa melupakan adalah proses yang sehat dan realistis. Ini berarti kita dapat melepaskan ketidaknyamanan yang kita rasakan terhadap seseorang yang telah menyakiti kita, sambil tetap mengingat pelajaran yang sudah kita peroleh dari pengalaman tidak menyenangkan tersebut.

Dalam materi yang disampaikan sebelumnya tadi pagi, Mbak Kikin, bahwa kita harus melindungi diri juga dari keadaan yang menyakitkan hati yang dibuat oleh orang lain. Dengan mengetahui apa yang sebaiknya ke depannya tidak dilakukan lagi dan batas apa yang harus kita miliki dengan orang lain menjadi pelajaran bagi kita.

Memaafkan bukan berarti harus menempatkan diri kita dalam posisi yang sama-sama merugikan atau terus-menerus terbuka terhadap perlakuan yang merugikan. Tetapkan batasan yang sehat dalam hubungan kita dengan orang tersebut dan pastikan kita tetap melindungi diri. Mbak Kikin mungkin sebaiknya melihat kembali poin-poin apa saja yang harus lebih diperhatikan saat berhubungan dengan orang tertentu sehingga tidak mengulangi kejadian yang tidak menyenangkan kembali. Prioritaskan kesehatan mental dan kebahagiaan kita, ya Mbak Kikin.

8. Pertanyaan:

Nama:  Aniis, Usia: 26 thn, Domisili: Riau. Pertanyaan: Sekarang saya dilema antara penyakit & pernikahan, saya ingin menikah tapi disatu sisi saya pasien kronis yang kadang merasa trauma saat saya sedang kambuh, Apa yang harus saya lakukan, apakah pasien seperti saya nanti tidak memberatkan kondisi ketika saya udah menikah? Terima kasih

Jawaban:

Selamat malam, Mbak Aniis. Benar Mbak, bahwa penting untuk mempertimbangkan berbagai faktor sebelum membuat keputusan besar seperti menikah ketika kita menghadapi tantangan kesehatan.

Yang dapat membantu Mbak Aniis membuat pertimbangan, salah satunya adalah dengan komunikasi terbuka dengan calon pasangan dan membahas kondisi kesehatan dengan jujur. Komunikasi yang jelas tentang kebutuhan kita, tantangan yang mungkin dihadapi, dan cara calon pasangan dapat mendukung kita dapat membantu mengurangi kemungkinan konflik di masa depan. Dukungan emosional dan praktis dari pasangan dapat menjadi faktor penting dalam mengelola kondisi kesehatan kronis.

Hal yang mungkin harus diperhatikan adalah kesiapan untuk menyesuaikan diri dengan kebutuhan kesehatan kita. Selain pasangan, pastikan ada dukungan lain seperti keluarga, teman atau profesional (psikolog/dokter) yang dapat mendukung kita bila dibutuhkan.

Terlebih lagi, dengarkanlah hati dan perasaan Mbak Aniis sendiri dalam pertimbangan mengambil keputusan. Menikah adalah komitmen besar yang melibatkan banyak aspek, sehingga jika belum siap mungkin Mbak Aniis bisa menunda sesaat atau mempersiapkan diri lebih lagi. Semangat Mbak Aniis

9. Pertanyaan:

Nama: Risma, Usia: 46, Domisili: garut. Alhamdulillah saya sudah berdamai dengan keadaan yang saya hadapi sekarang baik tentang penyakit saya ataupun hal yang lainnya.. Namun ketika ada orang lain yang bermasalah dengan saya.. Dan meminta maaf.. Saya bisa memaafkan dia.. Tapi setelah itu saya enggan berhubungan lagi sama dia.. Bertegur sapa seadanya saja.. Padahal hati saya sudah tulus memafkan dia.. Gimana itu dokter.. Kadang saya merasa kok saya sombong amat ya..apa itu normal2 saja atau gmn dr.. Bagaimana saya mengatasinya… Terima kasih

Jawaban:

Halo Mbak Risma yang ada di Garut, Benar Mbak Risma, salah satu kesulitan kita setelah memaafkan dalam mempertahankan hubungan dengan orang yang kita anggap menyakiti. Ini menjadi hal yang cukup umum, terutama ketika kita merasa bahwa kepercayaan atau kenyamanan kita telah terganggu oleh perilaku orang tersebut.

Mungkin Mbak Risma ada alasan khusus mengapa menjadi enggan, mungkin ada kekhawatiran atau ketidaknyamanan yang belum terselesaikan yang membuat merasa seperti itu. Terkadang kita memang perlu memberikan waktu untuk pulih dari rasa sakit walaupun telah memaafkan Mbak.

Tidak apa-apa dengan memberikan jarak dan waktu dulu. Tetapi tidak berarti bahwa keadaan tidak akan berubah nantinya, bisa jadi hubungan Mbak Risma berubah dengan orang-orang tersebut. Yang penting adalah Mbak Risma melakukan yang terbaik untuk merawat diri sendiri sambil tetap terbuka terhadap kemungkinan perubahan dan pertumbuhan di masa depan. Semangat Mbak.

10. Pertanyaan:

Nama: Novia, Usia: 23, Domisili: Magelang, Diagnosa: PH Primer. Bagaimana untuk memaafkan kalau bahkan semua orang dimanapun jika bukan seorang penyintas akan menjawab harus bersyukur, harus lupakan trauma,  gak boleh durhaka dengan orang tua Seolah mereka gila hormat, hidup Saya jadi apatis terutama karena tante yang “nolong” ibu Saya. Ngerubah ibu Saya menjadi monster dengan dalih didikan keras. Saya pernah terapi psikolog dan psikiater karena depresi dan kecemasan

Jawaban:

Hai hai Mbak Novia. Memaafkan dalam situasi yang rumit seperti yang Mbak Novia alami dapat menjadi tantangan yang besar, terutama ketika ada tekanan dari orang lain atau norma sosial yang mungkin bertentangan dengan perasaan dan pengalaman kita sendiri. Mungkin kita juga berpikir bahwa kita yang merasakannya tetapi mengapa orang lain yang lebih mengetahui ? Hal ini membuat kita jadi lebih sulit terbuka dengan perasaan kita.

Namun memaafkan bukan berarti melupakan atau mengabaikan rasa sakit yang di rasakan, dan juga bukan berarti mengabaikan pengalaman traumatis yang dialami. Mbak Novia berhak untuk merasakan dan bereaksi terhadap apa yang telah dialami. Bukan berarti kita harus menyetujui atau melupakan perbuatan yang sangat menyakitkan bagi anda.

Memaafkan tidak bisa dipaksakan karena itu adalah pilihan dan waktunya berbeda bagi setiap orang karena bila kita harus memaafkan dengan terpaksa maka hanya semakin membuat kita tidak memproses emosi dengan tepat.

Carilah dukungan yang tepat, saya sangat setuju langkah anda bila anda kembali mendapatkan pendampingan dari psikolog dan psikiater untuk memproses luka anda. Dalam kesendirian anda, cobalah untuk mencari kegiatan yang dapat menyenangkan bagi perasaan anda atau memberikan ketenangan nantinya ya Mbak. Saya berharap Mbak Novia dapat merasa lebih baik.

11. Pertanyaan:

Nama : Sherly, Usia : 25 tahun, Domisili : Kuningan. Saya punya rasa trauma ketika saya hamil & melahirkan dulu. Disaat saya baru bangun dari masa kritis, salah satu keluarga dr pasangan ada yang bilang “namanya juga perjuangan seorang ibu untuk anaknya, nyawa juga dikasihkan” dan hal lain yang terdengar menyakitkan bagi saya seperti mengambil anak saya ketika saya sedang mengasihi sambil baru menggendong anak saya dengan dalih “jangan keseringan di gendong bayinya”, bahkan ketika saya meminta bantuan untuk menjaga kesehatan untuk anak saya pun mereka menganggap “fanatik kesehatan”, dan hal itu belum bisa terlupakan sampai sekarang. Mereka bilang begitu katanya “sayang”, tapi kenapa bagi saya itu menyakitkan? Dari hal itu saya memilih menjaga jarak pada mereka. Apakah wajar kalau saya merasakan hal tersebut? Dan bagaimana saya bisa berdamai dari hal-hal yang membuat saya teringat kembali ke masa itu?

Jawaban:

Selamat malam, Mbak Sherly. Saya pikir, wajar jika kita merasa terganggu dan tersakiti oleh komentar dan perlakuan yang kita terima dari orang lain pada pengalaman yang traumatis selama kehamilan dan melahirkan karena dapat meninggalkan bekas yang dalam, Komentar yang tidak sensitif atau kurang mendukung dari orang lain dapat memperburuk rasa sakit yang kita rasakan.

Sebaiknya kita tidak menyalahkan diri sendiri atas perasaan marah kita. Kita memiliki hak untuk merasa dan bereaksi sebagaimana adanya. Lalu kita dapat menceritakannya pda lingkungan yang dapat kita percayai dan mendengarkan tanpa menyudutkan/menyalahkan kita.

Kegiatan-kegiatan yang membuat kita tenang seperti meditasi, ataupun journaling dalam menyampaikan isi hati kita dapat membantu menurunkan ketegangan saat kita teringat lagi perkataan yang menyakitkan. Dengan orang lain, anda pun memiliki hak melindungi diri dengan menjaga batasan yang sehat dan berinteraksi saat diperlukan agar tetap sehat mental.

Bila suami anda menurut anda dapat mendengarkan dan mendukung anda, anda pun dapat meminta bantuan untuk menghadapi keluarga pada kondisi yang tidak terhindarkan. Semoga dapat melewati kenangan yang tidak menyenangkan ya Mbak Sherly

 

“Dari pertanyaan yang disampaikan, kita sudah dapat menyadari bahwa memaafkan bukan proses yang semudah tuntutan lingkungan dan norma. Memaafkan yang tidak didasari pada kesiapan dari diri sendiri dapat menjadikannya luka baru bagi diri kita. Memaafkan perlu disadari dan dilatih. Dengan memaafkan diri kita dan orang lain, kita dapat lebih fokus pada hidup yang lebih baik. Tetap ingat bahwa memaafkan tidak harus mengembalikan hubungan seperti sebelum terjadi masalah, ada batasan yang mungkin harus kita pertimbangkan agar kita bisa move on dengan hidup kita. Terlebih, berbaik hatilah pada diri sendiri dan maafkan diri sendiri sama seperti kita memaafkan orang lain. Semangat semuanya.”_Marissa S. Purba, M.Psi. Psikolog

By | 2024-05-16T03:40:24+00:00 May 16th, 2024|Kuliah lewat WhatsApp|0 Comments

About the Author:

Yayasan
Yayasan Hipertensi Paru Indonesia adalah komunitas pasien, keluarga, dan kalangan medis pemerhati Hipertensi Paru. Silakan klik Daftar Anggota untuk bergabung dalam komuniitas dan klik IndoPHfamily untuk bergabung di forum utama pasien di Facebook
Open chat