Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatsapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.
Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799
PENGUMUMAN KULWAP YHPI
- Waktu : Kamis, 27 Januari 2022
- Pukul : 19.00 – 21.00 WIB
- Narasumber : Rt. Annissa Apsyari, M.Psi., Psikolog
- Tema : Mengenal Emosi
- Moderator : Amida
Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI
Mungkin ibu bapak sudah tidak asing ya dengan yang namanya emosi ini, emosi ini penting banget di kehidupan kita, ibaratnya itu adalah pintu bagi diri kita untuk mengenal dan dikenal oleh orang lain, kita bisa terhubung dengan orang2 melalui emosi ini. Oleh karena itu penting sekali bagi kita setidaknya mengetahui apa sih emosi yang dirasakan oleh kita.
Emosi ini tuh beragam bu, pak. Namun kalau kita kelompokkan, ada 6 emosi dasar yang perlu kita kenali
Dan tidak jarang ketika kita menghadapi suatu hal, tidak hanya satu emosi saja yang hadir. Contohnya ketika kita mendapatkan hadiah dari teman dekat kita dan hadiah tersebut adalah hal yang diidam2kan oleh kita, mungkin ibu/bapak akan merasakan senang, merasa terkejut juga karena hadiah datang secara tiba2, dan mungkin saja ada rasa terharu karena senang sekali teman tersebut mengetahui apa yang sedang kita idam2kan.
Emosi pun bersifat netral, tidak ada yang negatif maupun positif, penilaian negatif dan positif ini sebenarnya dibentuk oleh pemikiran/persepsi kita. Ingat ibu bapak, setiap emosi ini memiliki manfaat bagi diri kita. Misalkan bu, pak, kita sedang merasa senang, biasanya kan senang ini dikaitkan dengan emosi yang positif, namun sebenarnya jika kadarnya terlalu senang, kita bahkan menjadi tidak aware terhadap lingkungan, saking senangnya dan euforia, akhirna kita tidak sadar ternyata ada risiko/bahaya yang sedang “mengintai” kita.
Atau misalkan ketika ibu/bapak sedang merasa bersedih, yang sering dianggap sedih itu adalah hal negatif. Ternyata ketika kita sedih, ini adalah sebuah sinyal bahwa kita sedang menunjukkan kepada orang lain bahwa kita sedang membutuhkan kenyamanan, pertolongan, ataupun dukungan. Jadi it’s okay ketika kita sedang merasakan sedih. Yang tidak boleh dilakukan adalah kita “menolak” atau denial terhadap setiap emosi yang hadir di dalam diri kita
1. Pertanyaan:
Nama : Mamay, Usia : 29 thn, Domisili : pangandaran. Sedih, marah, takut yang sengaja dipendam karna banyak memikirkan dampak negatifnya ini itu alhasil pemikir sendiri. Yaudahlah gak usah tau gak bakalan ngerti gitu aku mikirnya kalopun sedih pasti orang2 bakalan nyangka aku cengeng kalopun marah bakalan disebut gak menerima keadaan. Solusinya mesti gimana? Apa saya udah bener dengan begitu?
Jawaban:
Terkait dengan emosi bu, ada baiknya kita perlu untuk meregulasi emosi ini. Ibaratnya sebuah pipa yang mengalir air di dalamnya. Jika kita menahan pipa tersebut, airnya akan tertahan, akan tersendat sih, tetapi pada akhirnya karena air yang terus mengalir dan tidak ada lubang pembuangannya, lama2 akhirnya pipa tersebut akan bocor, atau mungkin pecah.
Begitu juga dengan emosi yang dipendam, di awal2 mungkin rasanya “ah tidak apa2”, tetapi lama kelamaan, biasanya akan pecah juga dan bisa saja ketika psikis sudah tidak bisa menahannya, akan muncul di gejala2 fisik, namun memang ini membutuhkan waktu yang lama, jika kita terus menerus memendam dan tidak meregulasi perasaan tidak nyaman tersebut.
It’s okay bu, tidak apa2 jika kita merasa sedih, jika kita merasa marah, itu adalah hal yang manusiawi. Setiap orang pasti merasakan hal tersebut, sesempurnanya manusia, pasti merasakan hal tersebut. Namun yang perlu disadari pertama kali adalah apa perasaan/emosi yang hadir dalam diri kita, itu yang pertama bu, terima dan nikmati terlebih dahulu perasaan tersebut.
Lalu setelah kita mengetahui emosinya, coba untuk ditelusuri, apa sih yang melatarbelakangi emosi tersebut muncul? Apa yang membuat aku merasa seperti itu? Karena ketika kita memahami, maka kita akan mengetahui apa yang bisa kita lakukan. Lalu setelah itu, dalam level yang lebih tinggi selanjutnya adalah, apa yang bisa kita pelajari dari hal tersebut? Memang tidak mudah untuk melihat suatu hal dari sudut pandang yang lain ya bu, disisi lain, ini adalah proses pembelajaran. Saya yakin ketika sudah memahami dan mengerti perasaan yang dirasakan dan memahami apa yang melatarbelakanginya, kita mampu melihat apa yang bisa kita pelajari dari kejadian yang hadir ke dalam diri kita menyebabkan emosi tersebut muncul.
2. Pertanyaan:
Nama: Nita, Usia: 44, Domisili : Bandung. Selamat siang, ijin bertanya tentang emosi marah dan sedih. Bagaimana jika menghadapi suatu masalah tertentu (tidak selalu) yang memicu perasaan marah / sedih, reaksi yang dipilih adalah diam. Tidak membahas selamanya karena jika iya, dikhawatirkan akan memicu pertengkaran kecil / hebat (bisa dgn pasangan, teman, saudara, dsb). Mungkin memaafkan tapi tidak melupakan. Tapi tetap suka kepikiran. Apakah melampiaskannya cukup dengan menulis / melukis? Atau bagaimana? Mohon pencerahannya. Terima kasih
Jawaban:
Untuk emosi marah dan sedih, jika reaksinya diam, menurut saya tidak apa2 bu. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah diamnya ini tuh memendam, atau mengelola? Karena setiap emosi yang hadir, contohnya seperti sedih/marah yang ibu rasakan, jika diam ini adalah bagian dari regulasi, tidak apa2. Ibaratnya gini bu, setiap tindakan dan perilaku yang kita lakukan adalah pilihan yang dilakukan oleh kita, hanya kita yang dapat mengontrol diri kita sendiri. Misalkan contohnya ketika teman dekat saya membohongi saya, saya merasa sedih dan marah. Saya merasakan sedih karena saya kecewa karena teman dekat saya yang membohongi saya dan saya merasa marah karena saya sudah dibohongi teman sendiri. Tindakan selanjutnya yang akan saya lakukan adalah bagian dari kontrol saya, dan gak harus kan ya kalau saya marah itu harus merusak barang kan ya? Yang terpenting disini adalah melakukan hal-hal yang dapat membuat diri kita nyaman dan orang lain pun nyaman.
Saya paham sekali bu, tidak mudah rasanya jika kita berbicara memaafkan dan tidak mungkin juga ketika kita sudah memaafkan kita dapat melupakannya. Hal tersebut karena sudah kejadian kan ya bu? Hal itu seperti menjadi “sejarah” yang sudah kita lalui, jadi saya rasa untuk melupakan, sangatlah sulit, yang kita bisa hanyalah menerima dan memaafkan, tentunya dengan proses yang tidak instan
Lalu terkait dengan pelampiasan yang ibu sebut dengan melukis atau menulis, hal ini cukup baik bu. Indikator keberhasilannya adalah adanya perasaan lega setelah melakukan aktivitas tersebut
3. Pertanyaan:
Nama : juli, usia : 27, domisili : bandung barat. Cara mengontrol emosi hrus kya gmna ? Udh mencoba sabar tapi tetep suka hilang kontrol . Mau diam tapi gak bisa dan ujung2 nya marah meluapkan emosi
Jawaban:
Terima kasih atas pertanyaannya. Terkait cara mengontrol emosi, hal yang perlu kita pertama sadari itu adalah apa yang kita rasakan, emosi apa yang sedang hadir ke dalam hidup kita. Itu dulu pak/bu
Yang pertama tadi adalah kenali emosinya. Lalu langkah selanjutnya adalah cari tau nih, apa sih yang melatarbelakangi emosi tersebut? Kenapa nih saya marah? Apa sih yang membuat saya senang? Atau kenapa yah kok saya sedih? Cari tau dulu pemicunya apa. Setelah itu, kita naik levelnya, yaitu terima emosi yang dirasakan, terima apa yang menimpa diri kita, memang tidak mudah, tapi ini merupakan suatu proses, karena setelah kita menerima, kita dapat melihat suatu sudut pandang lain, bahkan sampai kepada dapat melihat apa yang bisa kita pelajari dari pengalaman kita tersebut.
Kalau ternyata diamnya adalah memendam bagaimana? Apakah cara pelampiasan di atas masih baik dilakukan, karena ada kekhawatiran pertengkaran? Terkait dengan amarah, ibaratnya ini seperti gunung es. Perasaanya marah sih, yang terlihat di permukaannya marah, tapi ketika kita “menyelami” lebih dalam, marah itu disertai emosi2 yang lainnya. Nah ini perlu kita kenali dan telisik lebih lanjut
Namun teh, ada P3K-nya, ingatlah bahwa perilaku adalah pilihan dari kita dan kontrol dari kita. Ada ibaratnya motion change emotion, hal ini dapat dilakukan. Kalau sedang berdiri, cobalah utk bergerak menjadi duduk, mengatur napas juga, relax, tarik napas dalam2 melalui hidung, hembuskan perlahan dari mulut. Seperti itu teh, karena kan tidak melulu kalau marah meluapkan/melampiaskan emosi dengan cara yang maladaptif. Kalau diamnya memendam, ada baiknya utk diregulasi bu 🙏🏽 utk menenangkan diri, tidak apa2 dengan menyamankan diri, membuat emosi mereda terlebih dahulu, jika sudah mereda, sudah “dingin”, baru dibicarakan kembali
Bisa dibicarakan baik2, secara asertif. Asertif ini dimana ibu menjelaskannya dengan nyaman namun org yang menerimanya pun nyaman juga, dapat diterima dengan baik
4. Pertanyaan:
Nama : Sinta, Umur : 22, Domisili : Mamuju. Mengapa mood saya suka berubah ubah perasaan hati sayaa cepat sedih dan emosi nggak bisa di kontrol? Itu moodnya cepat sekali berubah misal di ajak bepergian tadinya mau eh tiba2 berubah jadii nggak mau lagi
Jawaban:
Mba Sinta, terima kasih atas pertanyaannya. Yang perlu saya ketahui disini adalah seberapa sering suasana perasaan ini berubah dengan cepat? Dan coba dirasa2 dan ditelisik kembali, apakah ada kejadian yang dialami/terjadi ketika perubahan emosi ini? Kuncinya adalah mengenal dan memahami apa yang melatarbelakangi emosi yang hadir tersebut. Karena jika misalkan mba Sinta berkata bahwa moodnya cepat sekali berubah, misalkan diajak berpergian, lalu tiba2 memutuskan untuk tidak jadi pergi, nah yang perlu ditelusuri adalah kejadian apa yang dialami ketika pada akhirnya ada perubahan keputusan.
Jika ada suatu kejadian tertentu dan dirasa memungkinkan untuk mengubah suasana perasaan dan keputusan, hal ini menjadi hal yang wajar. Misalkan contohnya ketika saya diajak teman saya bermain, hangout ke cafe kesukaan saya, saya setuju dan saya merasa senang. Namun saya tau bahwa ternyata teman saya ini mengajak teman yang tidak saya sukai dan saya gak nyaman kalau ada dia, lalu saya memutuskan untuk gak jadi pergi. Hal ini wajar karena ada alasan mengapa saya mengubah keputusan saya. Mungkin jika pertanyaan selanjutnya bagaimana saya mengontrol emosi saya?
Jawabannya adalah mba perlu memahami dulu, setidaknya mengetahui emosi yang sedang dirasakan apa dan apa yang melatarbelakanginya, apa yang memicu hal tersebut, perlu aware terlebih dahulu. Kita dapat mengontrol hal2 yang ada ketika kita sudah mengenal dan memahaminya
5. Pertanyaan:
Nama : Eva, Usia :26thn, Domisili: Bandung. Bangaimana cara mengatasi kekecewaan dan ketakutan yang berlebihan ,sehingga hati dan pikiran terasa tidak nyaman. Dan mengapa emosional saya tidak terkontrol, apapun yang ada di benak dan dipikirkan harus langsung di luapkan gk bisa di tahan2. Apakah saya termasuk org yang labil, gampang marah, gampang nangis,gampang kecewa. Terimakasih dok
Jawaban:
Untuk mengatasi kekecewaan dan ketakutan, hal ini perlu dipahami terlebih dahulu, apa yang membuat mba kecewa? Atau apa yang sebenarnya ditakutkan sehingga rasa takut itu muncul? Ketakutan ini adalah hal yang wajar, manusiawi, pada dasarnya takut ini kan adalah early warning sayastem atau alarm pertama pada tubuh kita ketika kita dihadapkan pada hal2 yang mengancam/membahayakan diri kita. Yang perlu kita sadari adalah apa yang memicu perasaan itu muncul? Lalu langkah selanjutnya bagaimana sih kita akan menghadapinya.
Setelah kita memahami pemicunya, kita mulai dapat untuk mengontol ekspektasi kita. Terlebih ketika kita merasa kecewa, biasanya kekecewaan ini akan hadir ketika ada ekspektasi yang tidak terlaksana, nah yang bisa kita lakukan adalah mengontrol ekspektasi kita, mengontrol interpretasi kta juga terhadap hal2 yang hadir dalam diri kita. Ketika kita dapat melakukan reinterpretasi, biasanya kita akan mulai dapat melihat sudut pandang lain, dan ketika kita dapat melihat sudut pandang lain, hal ini akan memengaruhi emosi kita. It’s okay jika kita merasa tidak nyaman, merasa kecewa, atau takut, yang tidak boleh adalah terlalu terlarut dengan perasaan tersebut. Ingatlah bahwa yang memutuskan untuk mengontrol perilaku kita itu adalah diri kita sendiri, kita memiliki pilihan atas setiap tindakan yang kita lakukan. Jika ditanya, apakah ketika dirasa mudah marah, mudah menangis, mudah kecewa, aku termasuk orang yang labil? Belum tentu mba, mungkin saja mba adalah orang yang sensitif, peka terhadap situasi dan kondisi lingkungan.
6. Pertanyaan:
Nama:Nunik, Usia:31 tahun, Domisili:Bandung. Bagaimana cara meluapkan emosi di depan banyak orang/tempat umum? Secara terkadang suka ada aja orang yang bikin kita emosi di tempat umum. Terimakasih
Jawaban:
Pertanyaannya menarik sekali dari mba Nunik nih. Memang benar mba, kadang ada aja yang bikin kita emosi, bahkan rasanya mungkin ingin langsung meluapkannya ya mba
Namun yang perlu disadari, lagi2 saya berbicara bahwa yang memutuskan untuk mengontrol perilaku itu adalah diri kita sendri, kita yang memiliki pilihan tersebut. Perlu rasanya untuk memahami apa yang meimpa kita, apa yang kita rasakan, tapi terima terlebih dahulu, walaupun jika kita berbicara penerimaan ini adalah proses yang tidak mudah dan tidak instan. Tapi yang perlu diingat, jika kita marah, apakah kita perlu meluapkannya, melampiaskannya dengan memukul orang atau berbicara kasar? Saya rasa ini tidak perlu dilakukan, banyak hal yang dapat dilakukan. Marah ini timbul karena adanya persepsi kita tentang kesalahan atau ketidakadilan, merasa bahwa seseorang memperlakukan secara tidak pantas, baik kepada kita maupun orang lain.
Dari hal tersebut kita dapat menenangkan diri terlebih dahulu, relax terlebih dahulu, setelah dingin, kita dapat berbicara baik2, jika ingin memberikan umpan balik/tanggapan atas apa yang membuat kita tidak nyaman, kita bisa menyampaikannya secara asertif. Ingat, bukan hanya kita saja yang merasa lega dan nyaman, tetapi kita juga perlu untuk membuat lingkungan merasa nyaman mba, dengan cara yang adaptif dan asertif ini.
Tips untuk memberikan umpan balik dan menyampaikannya dengan baik. Rule yang pertama adalah sampaikan pada saat itu juga, jadi jangan memberikan umpan balik terhadap perilaku yang sudah dilakukan lamaaa sekali, kenapa seperti itu? Agar lagi hangat2nya dan perilakunya jelas, jadi gak dilupa
Kita bisa menyampaikan situasi yang membuat dirasa perlu diberikan umpan balik, lalu tindakan apa yang ingin kita feedback, dan yang terakhir dapat menyampaikan akibat dari tindakan tersebut, mungkin itu yang bisa saya sampaikan hehe
7. Pertanyaan:
Assalamualaikum saya sama bundanya earlyta, Ijin bertanya boleh ? Bagaimana menyikapi rasa emosi yang terpendam ingin meluapkannya pada orang tersebut tapi tertahan, berupaya jangan sampe sama aja kaya org tersebut, semakin tertahan ko semakin ada rasa mengkel, sampe akhirnya buat status dan malah orang lain yang tersindir, bukan org yang dimaksud, baiknya apakah saya ungkapkan rasa emosi saya juga apa berusaha menstabilkan biar lambat laun hilang dengan sendirinya?
Jawaban:
Tidak jarang ya rasanya ingin sekali menyampaikan sesuatu, namun karena suatu dan lain hal rasanya jadi enggan untuk menyampaikan dan bahkan tertahan. Namun secara psikologis, perlu adanya regulasi, seperti ilustrasi pipa yang sudah saya sampaikan. Dalam kasus ibu ini, akhirnya si pipa ini pecah, pecahnya malah lari ke status ya bu. Namun perlu juga diperhatikan, apakah pesan yang disampaikan oleh ibu ini sampai kepada orang yang dituju? Alih2 tersampaikan, malah jadiny orang lain yang merasa hehe
Betul bahwa kita tidak dapat mengontrol diri orang lain, sebagai contohnya ada saja orang yang tersindir atas status ibu tersebut ya bu. Namun perlu diingat juga bu, emosi yang hadir, perlu kita terima, jangan ditolak, semakin ditolak, secara psikologis biasanya ini akan terus ada di pikiran kita, berulang terus2an bu, semakin kita berusaha untuk nolak, akhirnya pikiran tersebut nempel terus. Nah yang perlu dilakukan adalah asertif tadi bu. It’s okay bu jika ibu merasa tidak nyaman, tapi ada baiknya jika tidak menahan dan menolaknya, tidak denial. Jika dirasa perlu untuk diselesaikan, selesaikanlah secara asertif bu.
Seperti yang sudah saya sampaikan tadi, ibu bisa memberikan feedback dengan 3 poin yang dapat disampaikan, yaitu situasi, tindakan, dan akibat. Lalu jangan disampaikan di nanti2 ya bu. Maksudnya dinanti2 disini tuh, misalkan memberikan feedback setelah 1 bulan kemudian, ini namanya bukan memberikan feedback, tetapi membuka luka masa lalu.
Kalau terlalu lama, khawatir orang yang ingin diberikan feedback-nya juga udah lupa. Bisa disampaikan ketika keadaan sedang dingin ya bu, pikiran dingin, dibicarakan baik2, ibu nyaman, orang yang diberikan feedback-nya juga nyaman. Itu yang perlu dilakukan bu. Ibu juga bisa menyampaikan perasaan yang muncul pada diri ibu di bagian akibat dari perilaku yang ingin diberikan feedback tersebut bu.
“Baik mba, mas, bapak, dan ibu semuanya, mungkin saya mau menyampaikan bahwa it’s okay not to be okay. Pada dasarnya emosi ini sifatnya netral dan setiap emosi ini bermanfaat bagi diri kita. Nikmati setiap emosi yang hadir dan terimalah. Ingat bahwa tindakan dan perilaku kita adalah pilihan dari diri kita, kita yang dapat mengontrolnya. Selamat berproses dan jangan berhenti untuk belajar”. _Rt. Annissa Apsayaari, M. Psi.