Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatsapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.
Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799
PENGUMUMAN KULWAP YHPI
- Waktu : Selasa, 23 Agustus 2022
- Pukul : 19.00 – 21.00 WIB
- Narasumber : Mariska S. Rompis, M.Psi., Psikolog
- Tema : Hidup Bersama Hipertensi Paru : Mencari Makna, Menemukan Kebebasan & Menghindari Isolasi
- Moderator : Amida
Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI
1. Pertanyaan:
Nama: Anggi, Usia: 30thn, Domisili: Malang. Assalamualaikum dokter, saya ingin bertanya, saya sering mengalami kecemasan dan ketakutan secara mendadak hingga keringat dingin berlebih. Berdampak pada lambung dan sulitnya tidur dokter. Apa harus saya lakukan jika tiba tiba saya terserang kecemasan dokter? Kadang hampir saya tidak mau bertemu orang luar dok.
Jawaban:
Walaikumsalam, Kak Anggi. Terima kasih untuk pertanyaan diberikan. Pertama-tama, pastikan Kakak cukup aware dengan trigger/pemicu dari kecemasan tersebut ya, agar ke depannya bisa diantisipasi. Kalau masih bingung dengan pemicunya, Kak Anggi bisa berkonsultasi langsung dengan psikolog/psikiater terdekat. Kecemasan sudah termanifestasi pada gejala fisik harus ditangani juga gejala fisiknya ya. Jika belum pernah diperiksakan ke dokter umum/dokter IPD, boleh diperiksakan dulu. Pastikan menjaga pola makan dengan gizi seimbang. Di samping itu, praktikkan juga teknik-teknik relaksasi pernapasan (tarik napas 4 hitungan – tahan 4 hitungan – hembuskan 5 hitungan) atau teknik mindfulness pernah kita bahas sebelumnya. Minum air atau cuci muka juga boleh sampai detak jantung dan ritme pernapasan kembali stabil. Ada juga klien saya bisa menenangkan diri dengan berdzikir atau berjalan-jalan kecil.
2. Pertanyaan:
Nama: ardan, Usia:5,5tahun, Domisili:Cibinong bogor. Saya orang tua Ardan… bagaimana cara memberikan pengertian kepada anak bahwa fisiknya tidak seperti anak lain pada umumnya.. sedangkan kalo aktifitas dibatasi anak saya suka tantrum dan suka bertanya kenapa tidak boleh main seperti anak lainnya…
Jawaban:
Selamat malam, Bapak/Ibu orang tua dari Ardan, Terima kasih untuk pertanyaan diberikan. Di usia 5 tahun, anak sebetulnya sudah bisa memahami sebagian besar perkataan diberikan walaupun memang belum sampai ke pemahaman kompleks ya. Rata-rata anak usia sekian bisa memahami 1 kalimat dengan maksimum 9 kata, jadi dalam memberikan penjelasan jangan panjang-panjang dulu yaa. Bisa disampaikan dengan istilah dia bisa pahami, misalnya, ‘ini namanya paru-paru,’ (boleh dengan sambil menunjuk diagram atau buku bergambar), ‘paru-parunya Ardan ngga sama seperti teman-teman’. ‘Orang lain bisa begini (menirukan), Ardan bisanya segini (menirukan).’ ‘Makanya, Ardan bisanya cuma melakukan A, B, C dalam (durasi jelas).’ Anak di usia sekian memang lagi senang-senangnya bertanya dan mohon dijawab saja sesuai dengan kapasitasnya. Spesifik, konkret, jangan panjang-panjang, dan dengan contoh memadai.
3. Pertanyaan:
Nama: khabibah, Usia: 43, Domisili:surabaya. Dari dulu saya menyikapi hidup dengan kesederhanaan, tidak membuat sulit, dengan selalu bersikap taqwa , ahklaqul karimah, bersayaukur, shodaqoh dan selalu membahagiakan orang sekitar. Namun jika saya dikhianati orang saya selalu susah melupakannya, dan saya selalu benci melihat orang yang tidak amanah,selingkuh, dan berbohong, Bagaimana saya bisa menyikapi hal2 seperti itu, supaya tidak membuat keburukan pd pikiran dan perilaku saya. Makasih
Jawaban:
Selamat malam, Bu Khabibah. Terima kasih atas pertanyaan diberikan. Alhamdulillah, saya ikut senang dengan bagaimana Ibu mencoba menjalani hidup. Semoga ke depannya ikhtiarnya senantiasa dipermudah oleh Allah SWT. Sanya, Ibu, kita tidak bisa mengontrol perilaku orang di sekitar kita ya – apakah mereka mau berselingkuh, berbohong, dan berkhianati adalah sepenuhnya tanggung jawab mereka. Namun, jika perilaku tersebut pernah Ibu terima, pastinya membutuhkan proses penyembuhan tidak sebentar. Ceritakan duduk perkaranya kepada tenaga kesmen (psikolog/psikiater) dan/atau Ustadz/Ustadzah Ibu percayai serta bagaimana dampak dari perilaku tersebut kepada Ibu. Sambil di sisi lain juga berfokus kepada ibadah-ibadah Ibu bisa lakukan untuk membuat jiwa lebih tenang ya, Bu. Semoga berhasil
4. Pertanyaan:
Nama : fatma Mazni, Umur : 42 th, Domisili : Pekanbaru.. Bu, saya merasa terbatasi ruang gerak sejak menjadi pasien HP, bagaimana cara saya untuk tetap beraktivitas tapi tidak mencemaskan orang lain. Karena teman2 disekeliling saya justru selalu meminta saya untuk istirahat dan istirahat. Bagaimana caranya menjelaskan kepada mereka bahwa HP itu tidak seperti yang mereka takuti? Atau HP ini memang menakuntukan bagi pasiennya? Mohon maaf saya pasien baru
Jawaban:
Selamat malam, Ibu Fatma. Hehehe cemasnya malah orang-orang di sekitar ya, Bu. Ini pun wajar sebetulnya, keluarga dan teman terdekat punya tendensi untuk lebih khawatir dibandingkan dengan pasien pada sebagian besar penyakit kronik menurut berbagai hasil penelitian. Saya setuju dengan langkah sudah Ibu pikirkan bahwa bisa Ibu lakukan sebagai orang mengalaminya adalah menjelaskan. Caranya mungkin bisa disesuaikan dengan orang-orang terdekat Ibu – misalnya, mungkin ada lebih nyaman mendengarkan penjelasan dokter menangani Ibu, maka saat kontrol ke dokter, dia dibawa. Atau juga, ada lebih senang membaca sendiri artikel kesehatan secara online, maka Ibu bisa meneruskan/mem-forward artikel tersebut agar ia bisa membacanya sendiri. Harap bersabar dengan mereka ya, Bu, sepertinya mereka sangat menyai Ibu sehingga jadi cemas seperti itu.
5. Pertanyaan:
Nama:tyas nurvita sari, Umur:29 tahun, Domisili;Sragen. Bu….setelah saya didiagnosa ph saya sering sekali merasa sangat tersakiti ketika dibentak.bagaimana caranya menyikapi orang” disekitar qt yang sering bersikap seperti itu? Dan orang” seringnya menganggap kita manja tp apalah daya qt tidak ingin menjelaskan yang ujungnya hnya perdebatan dan memilih untuk diam & menyendiri dari orang” sekitar.
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Tyas. Waduh, saya turut bersimpati ya, Mbak, karena dikelilingi dengan orang-orang berperilaku demikian. Sudah tidak nyaman secara fisik, tidak nyaman juga ya secara emosional. Ada beberapa alternatif Mbak Tyas bisa pertimbangkan, seperti (1) menghindari orang-orang seperti itu – seperti membatasi komunikasi, menjaga jarak, mengurang frekuensi bertemu; atau (2) bersikap asertif dengan menyampaikan kalimat-kalimat seperti, ‘Bisakah ngomongnya ngga pakai nada seperti itu? Aku bisa dengar kok kalau pelan-pelan’ atau ‘Yuk diskusinya baik-baik, ngga usah teriak-teriak’ dengan cara sesuai dengan gaya bicaranya Mbak. Ini adalah skill perlu dilatihkan berulang, bisa juga dipraktikkan dulu di depan kaca ya.
6. Pertanyaan:
Nama: Ziea Alhaq, Usia: 12 Tahun, Domisili: Banten. Apakah salah saya selaku bundanya ziea membatasi kegiatan ziea ? Karena saya bingung anaknya saya itu kayak enggak ada capeknya, terlalu aktif & terlalu sensitif?klo tidur Malam jam 3 baru tidur…nanti bangun jam 12 siang. Bagaimana cara mengatasi siklus tidur yang seperti itu?
Jawaban:
Selamat malam, Ibu orang tua Ziea, Sebelumnya apakah ini di kala libur atau ketika waktu bersekolah pun seperti ini? Anak-anak memang lagi banyak-banyaknya energi ya mengingat di usia anak-anak tugas perkembangan mereka adalah bermain. Namun, agak janggal di sini adalah sudah main pun, tidurnya jam 3 di mana biasanya kalau udah keasayaikan main, anak bisa tidur lebih cepat. Sepertinya kondisi ini perlu dievaluasi dulu oleh dokter anak biasa menangani, karena dalam masalah psikologis, hal ini bukan sesuatu umum. Dirundingkan dulu sama dokter anaknya yaa, Ibu.
7. Pertanyaan:
Nama: magfuroh, Usia: 28, Domisili: demak. Saya sebenarnya selalu menyimpan masalah saya sendiri. Bahkan saat orang menyakiti saya pun sulit untuk saya membantah dalam berucap. Lalu saya harus bagaimana??
Jawaban:
Selamat malam, Kak Magfuroh. Menyimpan masalah sendiri pada akhirnya akan membuat emosi negatif berputar-putar sendiri di dalam diri. Kakak bisa berlatih sedikit-sedikit untuk menceritakannya kepada orang terdekat, boleh ke saudara/teman/orang tua/pasangan. Mulailah dari cerita ringan dulu, baru ke masalah bobot emosionalnya tinggi. Jika masih kesulitan, bisa dicoba dibiasakan diri untuk mengekspresikan diri secara verbal melalui tulisan ya, Kak. Biasakan menulis jurnal/diari agar ada penyaluran. Kakak juga bisa mulai mempertimbangkan untuk bercerita kepada tenaga profesional, seperti psikolog dan psikiater.
8. Pertanyaan:
Nama: Ocha (Debbie), Usia: 50th -48hari , Domisili: Cibinong Bogor. Pertanyaan: saat pasca operasi ASD di tahun 2018 Agustus akhir banyak beberapa sakit saya alami selain ambeien berdarah juga kaku pada sendi tulang belakang beberapa minggu setelah itu lambat laun kembali normal dan sehat hingga saat kembali sering drop di tahun 2021 akhir hingga kini, saya merasa makin bertambah usia saya entah kenapa saya makin sering drop dan down mental saya apa saya harus lakukan lagi untuk diri saya dengan kepercayaan diri saya agar bisa kembali bangkit seperti dulu saat saya memiliki penyakit ASD tapi saya masih bisa melakukan hal dan aktivitas di luar maupun di dalam rumah untuk keluarga untuk permasalahan tidur saya tidak ada masalah…
Apakah saya alami ini adalah sebuah stres atau depresi karena saya mengalami beberapa kali seringnya masuk IGD dan dirawat jg, hingga kini masih bolak-balik kontrol ke beberapa dokter karena banyak sekali saya alami sejak pasca operasi itu.. mohon penjelasannya dok?
Jawaban:
Selamat malam, Bu Ocha. Terima kasih untuk pertanyaan diberikan. Semoga Ibu senantiasa diberikan kesehatan oleh Mahakuasa. Mengalami rasa tidak nyaman dari penyakit apapun pastinya akan berdampak pada kesehatan mental kita, Ibu, apalagi jika di dalamnya ada prosedur-prosedur besar, seperti operasi atau kemoterapi atau cuci darah harus dijalani. Tolong jangan ditekan ya, Bu, dirinya untuk menjadi ‘saya dulu’. Ibu dulu dengan sekarang sudah tidak sama. Betul, mungkin Ibu sekarang rasanya a, b, c ( negatif-negatif) tapi jangan lupa juga, Ibu sekarang adalah Ibu sudah menjalani serangkaian pengobatan dan pemulihan dan itu semua menunjukkan kekuatan, resiliensi, ketabahan, dan daya juang tinggi. Ini semua tolong jangan dilupakan ya, Bu. Untuk memberikan diagnosis depresi, Ibu perlu dievaluasi terlebih dahulu oleh psikolog dan psikiater secara lebih lanjut. Tapi, kalau stres, saya yakin pasti ada dengan pengalaman Ibu sebuntukan ini, walaupun tingkat stresnya seberapa tinggi kita belum tahu. Selalu utarakan pemikiran dan perasaan Ibu pada keluarga, jangan disimpan sendiri, mereka bisa membantu mengingatkan Ibu betapa kuatnya Ibu sejauh ini. Tetap semangat ya, Ibu.
9. Pertanyaan:
Nama: Tria, Usia: 25, Domisili: Sunter Agung, Jakut. Sebelumnya mohon izin bertanya dok. Akhir-akhir ini saya sering merasa sendiri atau kesepian padahal saya berada ditempat keramaian. Bagaimana cara untuk menghilangkan perasaan seperti itu ya dok ? Mohon informasi dan penjelasannya
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Tria. Berada di tengah keramaian tidak menjamin kita terlindungi dari rasa kesepian lho. Ada orang-orang sendirian tapi tidak merasa kesepian. Apabila Mbak kerap merasa kesepian, temui orang dalam skala kecil dulu, misalnya janjian berdua dengan teman/anggota keluarga – lakukan aktivitas Mbak Tria dan ybs sama-sama sukai, ceritakan apa terjadi dalam kehidupan masing-masing agar terbentuk koneksi emosional lebih kuat. Lakukan ini dengan beberapa orang berbeda sehingga Mbak bisa merasakan perbedaannya ya.
10. Pertanyaan:
Nama: Hamalan navisah, Usia: 26 thn, Domisili: Tegal. Selamat malam dok, saya mau tanya, saya sering kali merasa kalau hidup saya itu gak nyata dok seperti mimpi gtu dok, makanya saya sering kali mencubit tangan saya apakah sakit atau tidak, iya mungkin saja karena saya belum bisa berdamai dengan sakit saya derita, tapi ini cukup membuat saya suka melamun, bagaimana dok cara supaya saya bisa menerima dengan baik sakit saya derita, karena saya tergolong baru jadi ketika ada keluhan baru datang, saya belum bisa mengontrol kepanikan saya dok, alhasil kadang suka sesak nafas, dan saya selalu berfikir tidak2.. bagaimana cara menyikapi ini dok.. maaf dok kalau pertanyaanya kepanjangan.
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Hamalan. Terima kasih untuk pertanyaan diberikan. Menerima diagnosis bukanlah sesuatu mudah – individu umumnya akan diwarnai kecemasan tinggi juga perasaan menkal (denial) atau bahkan marah. Situasi ini membutuhkan penyesuaian dapat berbeda waktunya di setiap orang. Tidak perlu buru-buru untuk sampai ke sana, goal utama untuk saat ini adalah Mbak Hamalan menerima informasi akurat sebanyak-banyaknya dari dokter dan sesama penyintas. Informasi kita miliki adalah langkah pertama untuk pasien tidak merasa cemas (kan mikirnya suka ke mana-mana ya). Selanjutnya, Mbak Hamalan juga bisa mempraktikkan berbagai teknik relaksasi untuk membuat diri lebih tenang – seperti jawaban saya sebelumnya untuk Kak Anggi. Lakukan berbagai hal (relaksasi, dzikir, minum air putih, mendengarkan musik) sampai ritme pernapasan dan debar jantung sudah stabil kembali. Jika Mbak Hamalan membutuhkan lebih banyak panduan untuk menenangkan diri, Mbak bisa berkonsultasi dengan psikolog/psikiater terdekat ya.
11. Pertanyaan:
Nama : retno, Usia:30, Domisili: kulonprogo, jogja. Bagaimana cara menyikapi keluarga yang selalu bikin mental down dan tidak mau tau tentang keadaan kita (sebagai pasien PH)? Karena yang mereka lihat bahwa kita itu terlihat sehat,. Terimakasih
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Retno. Waduh, perih ya, Mbak, kalau kita sedang nggak baik-baik saja tapi orang berpikir sebaliknya. Saya sering mendengar kalimat terakhir ini disampaikan oleh klien-klien saya dengan masalah psikologis yang seringnya tidak nampak gangguannya. Sering kali, orang menyampaikan kata-kata yang menyakiti karena mereka tidak tahu apa yang terjadi pada kita. Masukkanlah informasi tersebut dalam kepala kita bahwa belum tentu orang tersebut berniat menyakiti kita sehingga cara kita menyikapinya pun akan berbeda. Kepada orang-orang yang membutuhkan penjelasan, Mbak Retno bisa memberikan informasi tentang kondisi Mbak dengan sewajarnya dan konkret. Misalnya, ‘Karena kondisi ini, saya mengalami X sehingga saya tidak bisa Y.” Jika perlu disampaikan berulang kali, lakukanlah, bisa jadi rentang atensi orangnya pendek atau mudah lupa jadi harus diingatkan berulang-ulang.
12. Pertanyaan:
Nama: Puti – anak : Alesha, Usia: 37th – 18 bln, Domisili: Malang. Anak saya di diagnosa HP sedang, kadang saya ingin mengajak anak saya klr jalan2, menghirup udara luar, tetapi disisi lain kondisinya yang tidak memungkinkan, mudah capek dan nafasnya suka bunyi grok2, saya jadi merasa khawatir dan cemas..bagaimana mengatasi rasa khawatir dan cemas saya dengan kondisi anak saya ini??
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Puti (ibu dari Alesha). Menjadi ibu sendiri adalah peran yang mendatangkan kecemasan tersendiri ya, Mbak. Apalagi ditambah dengan kondisi yang Alesha miliki. Mbak Puti wajar sekali untuk dipenuhi kecemasan, hanya perlu lebih banyak berlatih untuk mengendalikannya. Jika caregiver (terutama orang tua) cemas, anak pun dapat mendeteksi dan merasa cemas juga sebagai dampaknya. Tenangkan dulu diri Mbak dengan pengelolaan napas atau doa yang menenangkan. Tuliskan kecemasan dan kekhawatiran yang dimiliki dan bertanyalah pada mereka yang mumpuni, seperti dokter yang menangani anak. Informasi yang Mbak miliki akan memberikan ketenangan dari suatu ketidakpastian yang menimbulkan kecemasan kita.
13. Pertanyaan:
Nama: Iin listyowati, Usia: 23 tahun, Domisili Wonosobo
1) akhir” Ini Saya suka menyendiri, bahkan sering menutup”pi dan sulit menjelaskan kalo aku sakit, sering kali berbohong bahwa saya baik” Saja hanya karena tidak ingin dijauhi oleh orang sekitar, mungkin tidak dijauhi tapi lebih tepatnya kek diremehin oh dia sakit pasti kagak bisa ngapa”in (overthinking wkwk) apakah ini termasuk tindakan yang kurang baik untuk saya lakukan dan saya harus bagaimana?
Satu pertanyaan lagi dok maaf hehe
2) setiap orang pasti akan menikah dengan pasangan yang kita cintai, apakah kita wajib menjelaskan keadaan kita terhadap keluarga pasangan kita tentang hal ini?
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Iin
- Iya doong, ini adalah hal kurang baik untuk dilakukan. Mbak Iin sendiri udah sadar nih ya kalau ini adalah hasil overthinking dan hasil overthinking hampir selalu tidak valid. Namanya juga pikiran irasional ya. ‘Kan kita bisa negosiasi, Mbak, kalau mau ngapa-ngapain tapi terbatasi, aktivitas apa yang bisa mengakomodasi? Misalnya, biasanya pada lari pagi bareng, sekarang Mbak Iin tetap ikut janjian tapi duduk-duduk di pinggir sambil menghirup udara segar. Percayalah jika mereka adalah teman-teman terbaik untuk Mbak, mereka akan melakukan penyesuaian untukmu.
- Untuk pasangan ya tentunya, tapi untuk keluarga pasangan, hal ini bisa Mbak diskusikan dengan pasangan (atau calon ya kalau belum punya), siapa saja yang sekiranya perlu tahu. Pun jika Mbak dan pasangan pada akhirnya memutuskan untuk keluarga tidak tahu, nggak apa-apa banget karena hal itu mungkin tidak melibatkan mereka secara langsung.
14. Pertanyaan:
Nama : Sri Widianti, Usia: 19 thn, Domisili : lubuklinggau. Saya sering kali ngerasa ga nyaman dikeramaian suka ngerasa risih, tapi saya bukan tipikal pribadi introvert. Saya juga mudah tertawa seakan-akan saya ga ada masalah, saya ga prrnah ngerasaa sedih atas apa telah terjadi, apakah itu baik atau malah buruk? mohon penjelasan dan solusinya?
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Sri. Sebetulnya kita tidak mungkin untuk selalu merasa nyaman di tengah keramaian lho, karena keramaian bisa memberikan stimulasi terlalu banyak ketika kita lagi capek/ngantuk/sedih, dst. Wajar untuk sesekali ingin merasa tenang sendirian atau hanya berada di sekitar sedikit orang saja. Untuk ekspresi emosi yang tidak imbang – ketawa terus tapi tidak sedih, buat saya akan jadi concern karena normalnya, manusia merasakan ragam emosi yang berimbang – kalau ada yang bikin sedih ya sedih, ada yang bikin senang ya senang. Biasakan untuk mengevaluasi ragam emosi keseharian ya, Mbak. Dituliskan di dalam buku/catatan digital, hari ini moodnya apa, besok moodnya apa, untuk bisa dievaluasi oleh sendiri atau bisa dibawa ke psikolog/psikiater untuk didiskusikan bersama-sama.
15. Pertanyaan:
Nama:Desmmala devi, Umur:38thn, Domisili :Bukittinggi. Saya mau tanya, semenjak saya sakit banyak orang remehkan ku, dari acara pesta maupun acara lain nya, malah mereka tak pernah mau ikut sertakan Aku dalam acara itu, sebenarnya aku sedih dan sadar karena aku tak mampu seperti dulu lagi, bagaimana cara menyikapi agar aku bisa sabar menerima keadaan ini.
Jawaban:
Selamat malam, Mbak Desmala. Saya turut bersimpati ya dengan dampak dari situasi yang dijalani, pastinya berat apabila mengalami isolasi seperti ini. Untuk Mbak merasa bersedih dan kecewa, saya pikir sangat wajar, tolong diekspresikan sebagaimana mestinya. Boleh menangis, boleh marah, asal responnya tidak merugikan orang. Mbak Desmala bisa berupaya untuk menjelaskan kepada teman/keluarga/tetangga mengenai kapasitas yang dimiliki, seperti ‘Kalau x aku masih sanggup kok, insayaa Allah’ atau boleh juga memperluas lingkungan sosial yang dimiliki ya. Ingat, belum tentu semua orang akan memperlakukan kita dengan sama.
“ Dari saya terima kasih sedalam-dalamnya mewakili PIP Unpad atas kesempatan yang diberikan untuk ngobrol lagi sama Pejuang PH & Caregivers di YHPI. Tetap semangat, jangan lupa disentil jidatnya kalau mikir jelek tentang diri sendiri ya! Ingat, Bapak & Ibu sekalian tidaklah sendiri, banyak teman di sini. Bismillah sama-sama menjauh dari isolasi yaa!.”_Mariska S. Rompis, M.Psi., Psikolog