Berdamai Dengan Sakitku
Oleh : Iin Listyowati
Langkah proses berdamai bagi pasien Hipertensi Paru yang terlihat baik baik saja, sedangkan sebenarnya sangat berbeda dengan apa yang orang lain lihat. Apalagi mengetahui bahwa kita sakit, mengetahui bahwa kita mendapatkan suatu peristiwa yang tidak kita inginkan.
Berikut ini adalah fase atau tahapan yang dirasakan pasien Hipertensi Paru antara lain sebagai berikut :
- Fase Marah (anger)
Pertama kali yang terjadi pada diri kita tentunya marah bahkan menyangkal, jadi marah dan menyangkal bahkan tidak menerima pada diri kita adalah bagian dari manusiawi. Itu yang perlu kita pahami supaya kita tidak merasa “kok aku marah dengan keadaan ini, kok aku tidak terima dengan keadaan ini, mengapa aku tidak bisa menerima dengan ikhlas”. Sebenarnya perasaan ikhlas dan berdamai pada sakit yang kita alami juga butuh proses. Sedangkan masing-masing orang prosesnya berbeda beda.
- Fase Bargaining atau menimbang
Fase ini merupakan fase yang sangat berat bagi pasien Hipertensi paru, karena di fase ini tidak sedikit teman-teman yang naik ke fase menerima dan jatuh ke fase depresi, sedih, meratapi nasib, dan merasa tidak berguna, Merasa tidak akan ada solusi dan penyelesaian dalam kondisi ini. Nah kondisi ini yang akan membuat kita merasa lebih sakit.
Karena hal inilah makanya kita butuh yang namanya support system, support yang paling baik adalah support dari teman teman seperjuangan dari sesama pasien yang mengalami hal semacam ini atau adanya komunitas seperti YHPI. Karena berbagi cerita dengan sesama pasien yang mengalami pengalaman yang sama, punya rasa yang sama yang akan menjadi ketertarikan tersendiri.
- Fase Menerima (Acceptance)
Untuk proses fase menerima biasanya berbeda beda, ada yang cepat ada yang lambat tergantung adanya support system yang dibangun di sekitar kita. Itulah alasan kenapa penting sekali bagi keluarga untuk mensupport pasien dalam menghadapi sakitnya, agar berdamai dengan sakit yang dirasakan pasien Hipertensi paru. Fase menerima ini bisa saja berubah menjadi fase marah.
Penyebab lamanya berada di fase marah ini bisa dikarenakan :
- tidak mendapatkan informasi yang sesuai
- tidak mendapat informasi dari medis tentang apa yang terjadi
- tidak mendapatkan informasi yang tepat tentang apa yang harus dilakukan
Belum lagi disaat kita sedang marah atau kita tidak terima ketika mengalami sakit apapun itu, kemudian datanglah seseorang yang meminta kita untuk tidak marah ataupun bersedih, justru hal inilah yang membuat kita tidak bisa mengekspresikan perasaan diri kita sendiri, tidak bisa mengeluarkan apa yang ingin kita keluarkan dan cenderung kita menjadi diam. Diam inilah yang bisa memperlambat proses penerimaan diri.
Disaat kita bertemu teman dengan kondisi sedang marah marahnya, tidak terima apa yang sedang teman rasakan, kita harus pandai memvalidasi dahulu bahwa perasaan itu adalah bagian dari manusiawi dan suatu hal yang wajar. Itulah yang kadang-kadang kita sebagai orang disekitarnya yang harus memahami apa yang teman rasakan, agar bisa menerima fasenya dengan baik dan bisa melewati fase yang baik pula.
Sumber: Foto karya macniac
Berbicara tentang support system, berikut ini merupakan salah satu upaya untuk membuat keluarga bisa menerima kondisi kita, dan kita sebagai pasien pun bisa berdamai dengan kondisi kita. Bagaimana caranya yaitu kita sebagai pasien sebaiknya meminta keluarga untuk mendampingi kita di saat kontrol ke dokter.
Tujuannya bukan hanya untuk memberikan support secara mental, tetapi juga untuk mengedukasi Caregiver (pendamping). Informasi yang didapat dari dokter saat kontrol itu sangatlah penting bagi keluarga.
Jadi, jangan sampai antara Caregiver dengan pasien memiliki jarak yang terlalu jauh. Jika pengetahuan tentang penyakitnya terlalu jauh, maka akan menyebabkan ketidaksinkronan komunikasi keduanya dan berdampak bahaya.
Tidak sedikit metode komunikasi yang justru membuat pasien merasa tidak nyaman, dikarenakan pengetahuan yang terbatas dari Caregiver itu sendiri atau bisa juga terjadinya kondisi konflik antara Caregiver dan pasien.
Maka dari itu pentingnya hal ini dilakukan saat kontrol ke dokter, dimana pasien, caregiver dan dokter saling bertemu duduk bersama mendapatkan informasi yang tepat mengenai kondisi pasien, diagnosa, proses pengobatannya dan informasi penting lainnya.
Jika keluarga tidak memahami, kondisi seperti ini mungkin akan dianggap hal yang berlebihan. Hanya karena keluhan yang dialami pasien hipertensi paru mudah lelah, mudah ngos-ngosan atau sedikit-sedikit kakinya bengkak.
Oleh karena itu, penting sekali bagi kita turut melibatkan keluarga terdekat untuk mendampingi kita agar paham dengan kondisi sebenarnya yang terjadi pada diri kita.