Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatsapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.
Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799
PENGUMUMAN KULWAP YHPI
- Waktu : Rabu, 20 April 2022
- Pukul : 13.00- 14.30 WIB
- Narasumber : Annissa Apsyari, M.Psi., Psikolog
- Tema : Beradaptasi Dengan Kondisi Yang Dinamis
- Moderator : Amida
Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI
Tema kali ini adalah beradaptasi dengan kondisi yang dinamis. Tentu kondisi yang dialami oleh diri kita pasti akan berubah2 dan perubahan akan selalu terjadi, kadang merasa baik2 saja, kadang pula menjadi hal yang rasanya sangat berat sekali untuk dijalani. Nah untuk menghadapi persoalan dan situasi yang terjadi di dalam kehidupan ini, layaknya manusia ini membutuhkan yang namanya resiliensi
Menuru Reivich dan Shatte, resiliensi adalah kemampuan seseorang dalam mengatasi, melalui, dan kembali pada kondisi semula setelah mengalami kejadian yang menekan. Maknanya yaitu bangkit kembali (dari keadaan yang membuat kita merasa tidak nyaman, buruk, ataupun terpuruk)
mungkin bapak/ibu/mas/mba pernah memainkan bola bekel (atau basket juga bisa), nah ketika bola tersebut jatuh, maka bola tersebut akan memantul, ada kelembaman untuk memantul. Kira2 kalau diibaratkan bola, ketika bola tersebut jatuh ke bawah, resiliensi ini lah yang membuat bola tersebut memantul kembali setelah bola tersebut jatuh
ada berbagai aspek yang dapat mempengaruhi resiliensi, yaitu:
- regulasi emosi, bagaimana kita dapat memahami, menerima, dan mengelola emosi yang muncul di dalam diri kita. Hal ini agar kita tetap sadar dengan apa yang dirasakan, tetap tenang dan terkendali
- pengendalian diri, dimana kita dapat mengontrol apa yang kita lakukan agar kita tetap terkontrol sehingga tidak lepas kendali
- Optimis, optimisme ini penting sekali agar kita dapat lebih percaya diri dengan segala sesuatu yang kita hadapi, dapat menghadapinya dengan baik, memiliki harapan sehingga kita percaya diri bahwa kita dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi
- Analisis penyebab, dimana kita perlu mengenali permasalahan yang sedang kita hadapi, mengidentifikasi penyebab dari apa yang kita alami, kita rasakan, agar kita dapat mengetahui apa yang dapat kita lakukan dengan tepat terhadap hal tersebut agar tidak salah langkah
- Empati, penting untuk dilakukan karena kita juga perlu untuk peka, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain
- Self-efficacy, yaitu keyakinan diri atau kemantapan dari diri kita, sejauh mana kita mengenal diri, memperkirakan kemampuan yang ada dalam diri kita untuk menghadapi permasalahan yang sedang dihadapi
- Reaching out, tentunya jika kita memiliki strategi tetapi ragu melakukannya, kita tidak akan tau bagaimana itu bisa berhasil atau tidak. Reaching out ini mendorong kita untuk mencoba melakukan hal yang kita sudah rancang atau mencoba untuk meraih apa yang kita inginkan
Pertanyaan 1
Nama: M. Irfan, Usia: 35 th, Domisili: Bumiayu-Brebes. Sebelum terdiagnosa PH, saya sedang menduduki sebuah jabatan di tempat kerja saya… Kemudian saya lepas jabatan itu setelah didiagnosa ph sebab katanya pengidap ph tidak boleh terlalu banyak fikiran. Nah, sekarang pimpinan saya setelah melihat kondisi saya yang membaik (stabil) meminta saya untuk menempati kembali posisi jabatan tersebut. Tapi saya masih menolaknya. Apakah tindakan saya termasuk golongan orang yang tidak memiliki resiliensi mba…?
Jawaban:
Saya paham sekali, ketika ada diagnosis suatu penyakit, rasanya kita perlu sekali untuk beradaptasi dengan keadaan yang saat ini, begitupun ketika mas Irfan perlu untuk mengontrol pikiran agar tidak tll menjadi banyak pikiran. Jika mas Irfan merasa bahwa hal ini adalah keputusan yang tepat, yaitu menolak jabatan, saya rasa hal tersebut bukan berarti mas Irfan tidak memiliki resiliensi. Perlu digarisbawahi disini bahwa resiliensi ini adalah bagaimana mas Irfan mengatasi permasalahan yang dihadapi, melaluinya, dan berada pada kondisi dimana mas Irfan sudah merasa bangkit dari suatu keterpurukan, disini saya rasa kondisi mas Irfan yang sudah membaik menjadi tolak ukur bahwa mas Irfan sendiri sudah dapat bangkit kembali dan menjalani hari-hari dengan diagnosis PH saat ini. Yang terpenting disini adalah mas Irfan paham dengan diri mas Irfan sendiri (mengenal diri baik kekurangan maupun kelebihannya), mengetahui tujuan yang akan dicapai, dan memiliki strategi untuk mencapainya dengan adjust terhadap kondisi saat ini
Pertanyaan 2
Nama: ELseria simanullang, Usia: 34, Domisili: Medan. Akhir -akhir ini selain PDA + PH. Saya juga di diagnosa splenomegali/ pembengkakan limfa dan juga diagnosa Gintak/kista dirahim kanan saya merasa dunia saya serasa runtuh ,dan merasa down sekali, karena semua diagnosa ini perlu operasi, hanya saja jantung yang lebih diutamakan baru yang lain bisa dikerjakan, padahal smpe saat ini jantung juga belum bisa dikoreksi karena PH masih tinggi,dan dititik ini lah saya merasa down sekali ,dan merasa hidup seakan tidak berguna lagi dengan tubuh yang banyak sakit,..
Pertanyaannya,bagaimana caranya untuk bisa bangkit kembali tanpa dihantui dengan diagnosa2 itu dokter… Terimakasih banyak
Jawaban:
hallo mba Elseria, terima kasih sudah memberikan pertanyaannya, saya izin menjawab ya mba. Sedih sekali rasanya ya mba ketika mendengar diagnosisnya 😢 saya turut bersimpati dengan kondisi mba yang alami, pasti dengan kondisi yang dialami mba saat ini, rasanya akan seperti dunia runtuh dan menjadi tidak semangat. Dengan kondisi yang mba Elseria alami saat ini, mba perlu benar2 sadar dan menerima terlebih dahulu apa yang terjadi di dalam hidup mba saat ini. Memang hal ini akan menjadi sangaaat berat dan membutuhkan proses yang cukup panjang. Perlu diingat bahwa dengan menerima keadaan, kita akan lebih ringan dalam menghadapinya.
Sembari berproses, ada baiknya mari kita merencanakan kedepan karena bagaimana pun juga ada masa depan yang menunggu mba Elseria. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah mengenali terlebih dahulu diri mba Elseria, seperti kekuatan dan kelemahan yang mba miliki, hal ini juga berkaitan dengan worksheet yang saya lampirkan di materi. Setelah memahami diri, mba bisa membuat list, apa yang mba miliki saat ini dan apa yang bisa mba lakukan saat ini. Tentunya tidak lepas dari pencarian makna, seperti makna kedepan, apa yang bisa dan sanggup aku lakukan di hari esok, sehingga pada akhirnya mba dapat menemukan meaning of life mba.
Hal yang paling penting adalah mencari tentang apa yang bisa dan dapat dilakukan oleh mba, hal ini akan membantu meningkatkan keyakinan diri mba Elseria.
Pertanyaan 3
Nama : Sefrin, Usia : 29, Domisili : Surabaya. Saya masih aktif bekerja dan pekerjaan saya sangat menyita waktu untuk istirahat bahkan untuk kontrol ke dokter sering ditunda, saat ini saya merasa sangat stres karena ingin lebih memprioritaskan pengobatan tetapi orang-orang di sekitar saya sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk itu, jika saya memilih melepaskan seluruh pekerjaan saya apakah saya gagal beradaptasi dengan penyakit saya ini?
Jawaban:
sedih rasanya ya mba ketika ada di lingkungan yang tidak mendukung kondisi kita apalagi kurang memahami kondisi kita. Mungkin ini hampir sama dengan pertanyaan dari mas Irfan ya mba. Terkait dengan pekerjaan, apakah dengan melepaskan pekerjaan ini mba gagal dalam beradaptasi dengan penyakit?
tentunya hal ini belum tentu bahwa mba gagal dalam beradaptasi menghadapi penyakit ini. Tolak ukurnya disini, perlu mba sadari terlebih dahulu kondisi saat ini bagaimana, apa yang dapat dilakukan oleh mba saat ini, memahami diri, mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, serta mempertimbangkan apa yang bisa mba lakukan saat ini sesuai dengan potensi dan kondisi yang sedang mba hadapi saat ini. Beradaptasi artinya menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi, memiliki aspek terpenting bagaimana mba adjust dengan situasi kondisi saat ini sesuai dengan kondisi fisik serta hal2 yang dimiliki mba Sefin saat ini. Jadi jika mba telah mempertimbangkan dengan matang bahwa pengobatan mba ini menjadi prioritas mba saat ini dibandingkan dengan pekerjaan, saya rasa mba Sefin sudah memiliki resiliensi karena bagaimana pun juga ada usaha dari mba Sefin untuk maintan penyakit PH yang sedang dialami oleh mba Sefin saat ini
Pertanyaan 4
Nama umi, Umur 30, Asal jogja. Saya memiliki asd ph, Bagaimana bentuk/cara menahan rasa kecewa/marah/menyalahkan diri sendiri ketika suatu pekerjaan yang begitu ringan tidak bisa kita selesaikan. Bagaimana cara mengoptimalkan kemampuan yang kita miliki, ketika kita memiliki keinginan tapi tersandung dari keterbatasan fisik kita (asd-ph-gampang capek/tapi ingin menyelesaikan suatu pekerjaan)
Jawaban:
Halo mba Umi, terima kasih mba saya coba menjawab ya mba. Tentang bagaimana cara menahan rasa kecewa/marah/menyalahkan diri, hal ini yang perluu sekali dan pertama dilakukan adalah menyadari dan menerima segala hal yang sedang terjadi. Terkait dengan kulwap sebelumnya yang pernah saya bahas terkait dengan emosi, mba perlu menyadari emosi yang sedang dirasakan dan menyadari pula penyebabnya sehingga ketika kita sudah menerima apa yang terjadi dengan diri kita dan menerima emosi yang kita rasakan serta memahami penyebabnya, hal ini akan menjadi gerbang utama bagi diri kita untuk memutuskan apa yang bisa kita lakukan dengan tepat. Jadi saya konteksnya disini bukan menaham amarah, tetapi meregulasi amarah yang dirasakan dengan cara yang tepat 😉
lalu terkait dengan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki, perlu sekali bagi kita semua untuk memahami diri kita, seperti yang sudah saya utarakan, mengetahui dan memahami kelebihan dan kekurangan diri kita, dan yang terpenting adalah menerima terlebih dahulu hal tersebut, menerima tentang diri kita apa adanya. Baru setelah itu kita dapat mengetahui apa yang sekiranya dapat kita lakukan sesuai dengan apa yang kita miliki saat ini dan kondisi diri kita saat ini. It’s okay kalau misalkan mudah lelah, atau merasa tidak sama lagi seperti dahulu, namun yang terpenting kita perlu menerima diri kita apa adanya, tanpa judging terhadap diri kita sendiri, dan mengetahui batasan2 sampai sejauh mana kita dapat melakukan hal2 yang dapat kita lakukan sesuai dengan kondisi kita saat ini
Pertanyaan 5
Nama: Tarilatun nurkholipah, Usia: 29th, Domilisi: Brebes. Saya terdiagnosa pH sekunder (jantung bawaan lahir) saya merasa down,stres setelah tau saya ada penyakit jantungnya, dan smpai sekarang pun saya merasa ga berguna Karena ga bisa apa2, ini itu serba dilarang sama orang tua,bagaimana biar saya bisa menjalani dengan adanya penyakit ini,dan semoga saya bisa kuat? apa saya bisa beradaptasi dengan penyakit yang saya alami,Karena terkena omongan orang saja saya sudah lemah fikirannya, sedangkan saya tidak boleh banyak fikiran,kadang saya marah sama diri sendiri,dan merasa kecewa,merasa gagal untuk meraih semuanya..
Jawaban:
hai mba Tarilatun, terima kasih sudah memberikan pertanyaan, coba saya jawab ya mba. Ketika indvidu diberikan diagnosis, apalagi penyakit kronis, pada dasarnya individu akan merasa shock karena hal tersebut tentunya tidak tiba2 dan wajar membuat seseorang menjadi down. Dalam menghadapi penyakit kronis, ada beberapa tahap, kalau tidak salah pernah dijelaskan oleh rekan saya, mas Bagus. Namun saya coba share kembali disini ya, barangkali ada yang belum mendapatkan materinya
dalam materi tersebut dijelaskan bahwa ada beberapa tahapan dalam menjalani penyakit kronis. Yang perlu disadari adalah kita sudah sampai tahap mana. Nah selain mengenali tahapan yang sudah dilalui, sama seperti sebelumnya, kita perlu untuk menerima kondisi kita saat ini, tentunya untuk mencapai penerimaan ini bukanlah hal yang mudah, yang terpenting kita mengetahui dan mengenal diri kita (kekurangan dan kelemahan), setelahnya kita berusaha untuk menerimanya. Mungkin ada hal2 yang tidak bisa dicapai saat ini oleh mba, tetapi it’s okay, kita bisa mencari hal lain yang bisa diraih dan menjadi eksistensi kita 😉
mengidap dan menjalani kehidupan dengan penyakit kronis ini memang tricky dan seperti roller coaster tergantung dengan kondisi tubuh kita saat ini. Namun sekali lagi perlu bagi kita untuk tidak keras terhadap diri sendiri yang akhirnya menyalahkn diri sendiri 😢
kalau kita bicara tentang diri, ada yang namanya ideal self dan real self. Ideal self adalah diri yang kita inginkan, tentunya ada hal2 yang kita harapkan yang dianggap kita menjadi kondisi idealnya diri kita. Sedangkan real self adalah diri kita saat ini, sesuai dengan keadaan saat ini, yang kita miliki saat ini. Jika gap antara ideal self dan real self ini berjarak sangat jauuuuuh sekali, hal ini akan menjadikan kita tidak seimbang. Idealnya gap antara ideal self dan real self ini tidak terlalu jauh. Lalu apa yang dapat dilakukan untuk mendekatkan gap tersebut? pilihannya ada 2, yaitu:
- menata ulang ideal self, yang artinya kita dapat menurunkan ekspektasi/harapan2 kita
- meningkatkan real self kita dengan mengikuti berbagai hal untuk meningkatkan kemampuan diri kita
namun tentunya pertama2 kita perlu dulu untuk mengenali diri kita, mengetahui batasan kita, menerima kekurangan dan kelebihan kita, terlebih ketika kita ingin memilih jalan yang kedua, meningkatkan real self kita untuk mencapai kesetaraaan dengan ideal self kita agar gapnya menjadi tidak terlalu berjarak.
Pertanyaan 6
Nama Vivi, Umur 23, Asal Bangil. Saya pasien asd pH, saya merasa stress karena sakit ini, jadi tidak percaya diri misal ada cowok yang mendekati saya, saya down karena dokter bilang bakal dilarang hamil dan kemungkinan akan menurun ke anaknya misal maksa hamil, sedangkan teman seumuran saya sudah nikah semua. Saya tidak percaya diri untuk memulai hubungan dan takut nanti akan tertekan oleh keluarga suami, karena setiap keluarga pasti ingin punya keturunan.
Jawaban:
hallo mba Vivi, salam kenal. terima kasih sudah bertanya, izin berdiskusi dan menjawab pertanyaannya ya mba. saya paham sekali mba, di umur dewasa awal ini, apalagi terkait dengan tuntutan menikah di budaya kita, hal ini sangat sering sekali menjadi pertanyaan bagi kita. Ketika sudah menikah pun tentunya pasti akan menjadi pertanyaan berikutnya “kapan pny keturunan?”, hal ini memang menjadi hal yang berat dan seakan2 kita tidak dipahami keadaannya oleh orang2 yang bertanya. Wajar hal ini pada akhirnya menjadi ketakutan bagi diri kita dan membuat kita menjadi tidak percaya diri dalam menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis
Yang perlu dipahami adalah bagaimana kita seutuhnya menerima diri kita apa adanya tanpa judgement tertentu bagi diri kita. Dengan membawa orang2 yang dapat mensupport kita, mendukung kita sepenuhnya dengan kondisi dan setiap keputusan matang yang sudah kita pilih, hal ini saya rasa adalah hal yang tepat. Jadi ketika ada lelaki yang sekiranya sedang dekat dan dapat menerima mba apa adanya, saya rasa itu adalah hal yang sangat berharga karena akan menjadi support yang sangat besar bagi diri mba dalam menghadapi kondisi dan situasi yang sedang dialami oleh mba. Saya yakin jika ia dapat menerima mba apa adanya, hal ini akan menambah kekuatan mba dalam menghadapi segala hal yang akan dihadapi, baik dari keluarga mba mapun keluarganya.
Namun yang terpenting disini, selain mencari orang yang tepat yang dapat menerima diri kita apa adanya, kita pun perlu menerima diri kita terlebih dahulu apa adanya ya mba, jangan terlalu keras dengan diri sendiri. Mba boleh berdiskusi dan saling bercerita, mendengar teman2 disini, sesama penderita PH, yang sudah menikah. Kalian bisa saling support, selain itu mba Vivi dapat mendengar cerita2 bagaimana mereka bisa menikah dan menjalani hidupnya hingga saat ini 😉
Pertanyaan 7
Nama:jumra, Usia :32, Domisili:sulsel. Saya terdiagnosa ASD ph, saya merasa stress sampai” tidak bisa tidur ketakutan cemaas karena memikirkan penyakit saya, dimna saya tulang punggung dari keluarga sy dan skarenag tidk bisa apa” lagi…smpai sy ke dokter pesikatir untuk mendptkn obat tidur,saya merasa tidak bisa apa” lagi tidak percaya diri lagi. bagaimna caranya untuk meningaktkan keperyaan diri dengan kondisi saat ini.
jika dilihat dari aspek resiliensi, bagaimana kita bangkit kembali, hal yang pertama perlu dilakukan adalah mencari makna terlebih dahulu, mencari tujuan, bagaimana hidup yang akan saya pilih, setidaknya dengan mengetahui tujuan ini, kita sudah memiliki gambaran tentang masa depan yang akan dipilih. Memang tidak mudah dalam menetapkan meaning of life ini, yang jelas perlu sekali kita mengenal diri dan menerima diri kita apa adanya. Dengan mengetahui diri kita, kita sadar sepenuhnya terhadap diri kita, meningkatkan keyakinan diri kita dan mengetahui sampai sejauh mana kita dapat mencapai tujuan yang kita tetapkan tersebut. It’s okay jika misalkan kita tidak seperti orang lain, setiap orang memiliki keunikannya masing2 yang bisa dikembangkan sesuai dengan potensinya masing2 😉
keterampilan lain yang perlu sekali dimiliki adalah bagaimana kita dapat meregulasi emosi kita sehingga kita dapat secara sadar mengendalikan diri kita mba. Dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh kita serta dapat menerimanya dengan baik, hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri kita, ditambah dengan mengetahui tujuan kita, meaning kita dalam hidup kita. Mungkin mulai dari saat ini yang bisa mba lakukan adalah membuat list tentang diri, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, mengisi worksheet yang diberikan di materi ini, tentang I have dan I can, dan mencoba sedikit2 mencari makna hidup yang seperti apa yang ingin mba jalankan sesuai dengan apa yang mba miliki
Regulasi emosi ini pun dapat membantu mba dalam mengelola kecemasan yang hadir saat ini. Mungkin itu yang dapat saya sampaikan mba, semoga jelas dan dapat membantu
Pertanyaan 8
Nama : Nuri, Umur : 25, Asal : Sleman. Jika ada yang meragukan kondisi kita saat ini, bagaimanakah kita hrus bersikap. ?? Jujur saya capek stiap ada yang bilang, “gitu aja capek, ah manja” Blm lg jika ada pertanyaan2 yang menyangkut momongan. Ingin masa bodoh tapi slalu kepikiran kadang mikir knp saya beda dr yang lain.
Jawaban:
Hallo mba Nuri, pasti cape sekali dan sedih rasanya ya ketika tidak dimengerti oleh lingkungan sekitar kita. Apalagi terkait dengan hal2 yang dirasa sensitif seperti momongan Dukungan/support dari orang2 terdekat memang sangat penting disini, mendukung kita untuk hidup dengan penyakit yang dialami oleh kita. Perlu bagi kita untuk memahami diri kita, mengetahui tentang diri dan menerima segala batasan yang mungkin pada keadaan saat ini kita tidak sama seperti dulu lagi. Butuh proses dan waktu yang panjang hingga saatnya kita bisa menerima keadaan diri kita dan bisa bersikap “biasa saja”. Hal yang perlu diperhatikan disini juga adalah jangan lupa untuk mengasihi dan mencintai diri sendiri, misalkan sebatas seperti menentukan batasan, melindungi diri sendiri, bertindak berdasarkan apa yang dibutuhkan (bukan apa yang diinginkan), dan pada akhirnya dapat menemukan makna hidup.
Hal ini bisa dimulai dari menetapkan apa yang sekiranya saat ini mba Nuri ingin dan bisa lakukan dan membuat mba Nuri bahagia. Terkait dengan momongan, semua individu berhak untuk memutuskan dan memiliki pilihannya, namun memang tidak jarang pada akhirnya ada yang setuju, ada pula yang tidak setuju dengan pilihan kita. Dalam menetapkan tujuan dan pilihan, ada hendaknya kita untuk memahami diri kita terlebih dahulu, menerima diri kita, mengetahui apa yang dapat dan mampu kita lakukan serta kita telah memahami konsekuensi yang akan didapatkan dan merasa mampu untuk dapat menghadapinya. Semoga dapat membantu ya mba
Pertanyaan 9
Nama: Siti Yulianawati, Usia: 25, Domisili: Tangerang. Dok bagaimana ya menyikapi sakit ASD PH ini jujur penyakit ini mengganggu pekerjaan saya dan masa depan saya yang harus banyak saya capai. Di pekerjaan saya kebanyakan izin kerja karena untuk checkup selalu sedangkan saya tidak enak dengan rekan kerja lainnya walaupun mereka memaklumi kondisi saya. Dan penyakit ini juga membatasi saya untuk mengejar mimpi saya yang bbrp blm tercapai dok
Jawaban:
Hai mba Siti, izin mencoba jawab pertanyaannya ya. Setiap orang pasti memiliki mimpi dan memiliki tujuan yang membuat dirinya merasa bermakna. Ketika kita dihadapkan pada situasi dimana tidak sama seperti dulu lg, ada hal2 yang selayaknya perlu kita adjust sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini. Saya paham sekali ketika muncul perasaan tidak nyaman ketika kita diberikan kelonggaran dan pemakluman dari rekan2 kerja, sedangkan perasaan dari kita rasanya harus mengerjakanpekerjaan tersebut sesuai dengan porsinya Wajar jika perasaan tidak enak itu muncul dari diri mba Siti. Saya senang sekali dengan lingkungan mba Siti yang menjadi support, mendukung mba Siti untuk berobat, mereka pun cukup dapat memaklumi kondisi mba Siti saat ini.
Terkait dengan mimpi2 yang belum tercapai, hal yang dapat dilakukan adalah mari kita menata ulang mimpi2 tersebut, mimpi baru di masa depan yang akan kita hadapi sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini. Seperti yang sudah saya jelaskan terkait dengan ideal self (apa yang ideal yang kita inginkan) dan real self (diri dan kondisi kita saat ini). Mari kita bangun rencana agar gap antara ideal self dan real self ini tidak terlalu jauh. Pertama dapat dilakukan dengan cara menata ulang ideal self kita dengan menyusun ulang kembali harapan/mimpi yang dapat kita capai sesuai dengan seluruh yang kita miliki saat ini. Atau kita juga dapat upgrade real self kita dengan cara mengenal diri terlebih dahulu, mengetahui dan menyadari apa yang perlu dikembangkan dari diri kita dan bisa kita lakukan untuk meningkatkan diri kita lebih baik lagi.
Dengan mencoba untuk mendekatkan gap antara ideal self dan real self, boleh mba Siti mencoba untuk menuliskan insight/pelajaran apa yang didapatkan, hal ini penting karena dengan mengetahui hal tersebut, secara otomatis mba Siti dapat melihat situasi/hal yang sama dari sisi yang berbeda sehingga dapat mengubah persepsi dari situasi/hal tersebut. Semoga cukup membantu dan menjawab pertanyaannya ya mba
Pertanyaan 10
Nama: very Krisma wati, Usia :29, Domisili: Jawa tengah. bagaimana cara bisa tenang menghadapi penyakit ini dok? Kecemasan selalu datang tiba2 apa lagi kalo di luar rumah yang banyak orang,pasti rasanya lemes dan pikiran yang tidak2. Saya dinyatakan asd pH, setelah melahirkan anak pertama saya,anak yang selama ini saya inginkan,dan yang paling sedih di saat anak rewel minta jalan2 badan tidak bisa sekuat dulu.
berjuang selama 2,5thn berobat bolak balik ke Jogja dan melawati proses panjang,mudah2an keadaan cepet stabil dan bisa melewati proses selanjutnya. Dan kadang saya ga percaya diri kalo di depan orang. Dan sampai detik ini saya berusaha menutupi sakit ini ke keluarga suami,karena saya takut jadi beban apa lagi banyak omongan yang ga bisa saya terima nantinya
Jawaban:
Sebelumnya saya ikut senang mba karena akhirnya anak yang selama ini diinginkan hadir ke dalam kehidupan mba Very. Pasti sedih rasanya ketika kita tidak bisa mengikuti keinginan anak kita yang kita sayang Apa yang dilakukan oleh mba Very, dengan berobat bolak balik dan melewati proses yang panjang, saya yakin hal tersebut tidak semata2 untuk kesembuhan mba Very saja, melainkan bagaiman usaha dari mba Very untuk menyayangi diri mba Very dan anak mba Very agar mba dapat melihat setiap pertumbuhan anak mba Very Ada beberapa hal yang perlu saya klarifikasi, terkait dengan kecemasan yang selalu datang, apakah hal ini adalah terkait dengan usaha mba dalam menutupi sakit yang diderita ke keluarga suami? Jika iya, hal ini setidaknya perlu mba kelola.
Mba Very boleh menuliskan di kertas, kira2 apa yang mba Very cemaskan saat ini, bisa menuliskan semua rasa cemas yang muncul. Lalu di sebelahnya, mba Very bisa menuliskan apa yang mba Very miliki saat ini, yang dapat mendukung mba dalam menghadapi hal2 yang membuat mba cemas. Setelah itu, mba Very bisa membacanya ulang dan menilai apakah hal yang dicemaskan tersebut dapat teratasi dengan source yang sudah dimiliki mba Very?
Terkait dengan kecemasan mba yang takut menjadi beban, terlebih akan menjadi omongan, mba juga boleh menuliskannya, kira2 apa saja yang dihadapi. Ketika kita telah memetakan secara konkret apa yang akan dihadapi kelak, maka kita mulai dapat menetapkan apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi hal tersebut. Mulailah dari melakukan apa yang kita bisa karena perlu diingat, hal termudah adalah bagaimana kita dapat secara sadar mengontrol diri kita karena jika kita mengontrol orang lain, maka akan timbul berbagai ekspektasi yang pada akhirnya ketika tidak sesuai dengan yang kita harapkan, akan membuat kita merasa cemas ataupun kecewa.
Selain itu, perlu sekali bagi mba Very untuk mulai meningkatkan kepercayaan diri karena dengan kepercayaan dan keyakinan diri yang baik akan memengaruhi kondisi, baik fisik dan psikologis mba saat ini, terutama dapat membantu mba dalam meningkatkan kualitas hidup mba saat ini Bagaimana caranya? Dimulai dari mengenali diri, baik kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, dan menerimanya. Setelah itu, mulai merancang apa yang dapat dilakukan oleh mba saat ini sehingga muncul harapan baru yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi saat ini. Carilah eksistensi sesuai dengan makna mba Very, jangan lupa untuk menyayangi diri dan tidak terlalu keras dengan diri sendiri.
Kondisi dengan penyakit kronis memang akan menjadi situasi yang naik turun sesuai dengan kondisi yang sedang dirasakan, namun dengan keinginan dan semangat mba untuk menghadapinya setidaknya akan lebih meringankan beban, dengan saling mendukung dan berbagi dengan sesama pasien pun akan dapat membantu mba dalam meringankan mba ketika menghadapi penyakit ini, ingat bahwa kita tidak pernah sendirian. Semangat ya mba, semoga dapat menjawab dan membantu
Pertanyaan 11
Nama : Herda Linda, Umur : 40, Domisili : Banda Aceh. Semenjak di diagnosa ASD Ph 2020, saya asal lihat tangga sudah takut aja, karena pasti kebayang saat sampai atas pasti ngos ngosan dan keringat dingin. Jadi sekarang kalau lihat tangga jadi trauma… sementara tempat kerja berlantai 2. Walaupun teman sekantor mengerti, tapi saya merasa tidak enak kalau selalu di kasihani karena keterbatasan. Bagaimana mengatasi trauma saat melihat tangga?
Jawaban:
Hallo mba Herda, saya paham sekali, ketika melihat tangga menjadi otomatis trauma karena mengingat situasi dan kondisi setelah naik tangga. Sebelumnya, jika kita sedang berada di situasi dimana melihat teman kita yang sedang terlihat tidak baik2 saja, kira2 apa yang akan kita lakukan? Apakah wajar ketika kita menjadi merasa iba dan ingin membantunya? Atau misalkan memakluminya? Disisi lain, saya paham juga ketika ada perhatian yang banyak dari orang lain, membuat mba Herda merasa tidak nyaman, menjadi tidak enak.
Terkait dengan trauma mba Herda menaiki tangga, ada perlunya untuk dikelola. Mba bisa secara pelan2 untuk menghadapinya, tidak harus langsung menaiki tangga yang tinggi dan cepat misalnya. Tetapi secara bertahap, mba bisa menetapkan terlebih dahulu, misalkan terkait dengan waktu naik, it’s ok kalau misalkan secara perlahan, bisa juga berbicara kepada teman2 bahwa akan mencoba untuk pelan2, mungkin dimulai dari dengan terbiasa untuk menaiki tangga pelan2, dapat berbicara bahwa mba tidak apa2 dan ingin mencobanya tanpa bantuan jika hal tersebut adalah hal yang mengganjal bagi diri mba saat ini, lalu setelah itu terbiasa dilakukan, mba Herda bisa meningkatkannya lagi ke step yang lebih dari yang sebelumnya dilakukan, misalkan sembari menaiki tangga pelan2, ada teman yang berpapasan/bertemu, mba bisa menyapanya dan memberi tahu bahwa diri mba Herda tidak apa2 dan mempersilakan temannya untuk duluan.
Intinya yang dapat dilakukan adalah membuat list apa yang mungkin bisa mba lakukan terlebih dahulu, menghadapi rasa takutnya step by step yang lama2 mba dapat meningkatkan apa yang bisa mba lakukan. Hal ini tetunya perlu dilakukan secara konsisten ya mba. Namun jika masih terkendala dan membutuhkan bantuan professional, boleh untuk melakukan konseling lbih lanjut terkait dengan trauma tersebut. Semoga dapat menjawab pertanyaannya
Pertanyaan 12
Nama: Khatarina, Usia: 34, Domisili: Tangsel. Bagaimana mengatasi emosi marah terhadap hal2 kecil, sbg cobtoh, jalan saat sedang menyetir, jika ada pengendara yang ngawur, saya pasti marah Dan berusaha menegur dengan klakson kencang n teriak menegur. Saya sadar ini berbahaya sekali bg keselamatan saya. Emosi tinggi ini muncul setelah divonis hipeetensi paru. Apakah ada hub dgb resiliensi penyakit kronis? Mohon bantuan bagaimana mengatasinya. Terima kasih dok
Jawaban:
Hallo mba Khatarina, terima kasih sudah bertanya. Terkait dengan pertanyaan yang diajukan, hal ini adalah bagian dari regulasi emosi ya mba. Yang saya pahami disini ada perbedaan bagaimana mengatur emosi antara sebelum dan sesudah divonis hipertensi paru ya mba. Yang perlu ditelusuri lebih lanjut adalah perasaan apa yang muncul ketika pertama kali menerima diagnosis tersebut? Tentunya setiap individu ada yang merasa sedih, ada yang kecewa, merasa marah, atau bahkan mungkin tidak merasakan apa2 dan baru terasa ketika sudah beberapa waktu dan menyadarinya (delay). Hal ini adalah hal yang wajar. Namun perlu diketahui dan dipahami juga, perasaan yang muncul saat pertama menghadapi diagnosis ini sehingga ketika kita sudah mengetahuinya, kita dapat memahaminya dan ketika kita sudah memahaminya, kita dapat menerimanya, membuat kita menjadi lebih tenang dalam menjalaninya.
Sama halnya dengan bagaimana kita mencoba untuk meregulasi emosi. Ketika sedang menyetir dan ingin marah, apa yang membuat mba merasa marah? Kalau pengendaranya misalkan ngawur, kira2 apa yang membuat pengendara tersebut melakukan hal itu? Kalau konteksnya marah, ketika kita marah, apakah kita harus melakukan merusak barang, atau melempar barang, atau melakukan hal destruktif lainnya? Ingatlah bahwa setiap tindakan yang kita lakukan kontrolnya berada pada diri kita sendiri, dengan kata lain kita yang memutuskannya. Begitu pula ketika mba Khatarina berkendara, apakah sepatutnya perlu melakukan hal tersebut? Apakah mba benar2 marah dengan pengendara tersebut? Atau mungkin ada hal yang lain yang belum selesai diregulasi sehingga membuat mba Khatarina merasa marah tetapi dilampiaskan pada tempat dan waktu yang tidak tepat? Pertanyaan tersebut tidak perlu dijawab saat ini segera, tetapi ada baiknya untuk direnungkan. Semoga dapat membantu mba
“ Bagaimana kita dapat berjuang dengan kondisi yang kita miliki adalah dengan cara menerima segala hal yang terjadi di kehidupan kita, mengenali, dan menerima diri kita apa adanya tanpa penilaian (judgement). Jangan menyerah, tetap semangat dalam belajar dan berprosesnya. Jangan lupa juga untuk saling mendukung antar sesama ya karena support dari lingkungan terdekat merupakan bagian yang penting juga dalam membantu rekan2nya menghadapi berbagai hal yang dihadapi ”_ Rt. Annissa Apsyari, M.Psi., Psikolog