Hipertensi Paru pada Anak

//Hipertensi Paru pada Anak

Hipertensi Paru pada Anak

Hipertensi Paru Pada Anak

Oleh: dr. Annisa Nur Hafika

Hipertensi paru merupakan kondisi peningkatan tekanan di pembuluh darah paru. Menurut 6th World Symposium on Pulmonary Hypertension (WSPH), hipertensi paru terjadi ketika rata-rata tekanan arteri paru (mean pulmonary artery pressure/mPAP) melebihi 20 mmHg yang diukur melalui kateterisasi jantung kanan.(1)

Hipertensi paru termasuk penyakit yang jarang ditemukan, dengan prevalensi global diperkirakan mencapai 20-70 juta orang. Pada populasi anak-anak, diperkirakan terdapat 20-40 kasus per 1 juta penduduk. Meskipun relatif jarang, kondisi hipertensi paru merupakan hal yang perlu diwaspadai bagi pasien, petugas medis maupun keluarga pasien. Dikarenakan risiko kematian hipertensi paru semakin meningkat setiap tahunnya.(2–4)

Gambar oleh Natee Jindakum

Meskipun dapat terjadi pada segala usia, hipertensi paru pada anak-anak memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan orang dewasa. Pada anak-anak, kondisi ini berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan organ paru-paru selama masa prenatal (dalam kandungan) dan early postnatal (sesaat setelah lahir). Gangguan dalam proses ini dapat menyebabkan masalah struktural maupun fungsional dalam sirkulasi darah paru-paru.(5)

Penyebab tersering terjadinya hipertensi paru pada anak diantaranya adalah pulmonary hypertension of the newborn (PPHN), congenital heart disease (CHD), gangguan perkembangan organ paru seperti bronchopulmonary dysplasia (BPD) dan congenital diaphragmatic hernia (CDH), serta idiopathic pulmonary arterial hypertension (IPAH).(6)

Hipertensi paru dapat menyebabkan gejala seperti sesak napas, gangguan pertumbuhan, penurunan daya tahan tubuh, gangguan pola makan, sianosis (kebiruan), dan sinkop/pingsan. Gejala yang tidak khas ini seringkali menyebabkan keterlambatan dalam diagnosis hipertensi paru.

Oleh karena itu, deteksi dini pada anak-anak yang dicurigai hipertensi paru sangat penting agar tatalaksana dapat segera diberikan setelah diagnosis ditegakkan.(7)

Penegakan diagnosis hipertensi paru melibatkan beberapa pemeriksaan, berupa anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, dapat dilakukan pemeriksaan apakah terdapat gejala-gejala seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya bising jantung/murmur regurgitasi katup trikuspid/pulmonal, gejala gagal jantung kanan seperti adanya kongesti hepar, edema perifer.

Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan rontgen thorax, elektrokardiografi (EKG), ekokardiografi, CT Scan thorax non kontras, six minutes walking test (6MWD), tes laboratorium seperti BNP, dan kateterisasi jantung kanan. (2,5)

Penanganan hipertensi paru pada anak melibatkan penggunaan tiga jenis obat: prostanoid (seperti epoprostenol, treprostinil, iloprost, dan beraprost), endothelin receptor antagonist (bosentan dan ambrisentan), serta inhibitor PDE5 (seperti sildenafil dan tadalafil).

Jika anak mengalami gejala gagal jantung kanan, dokter juga bisa memberikan diuretik, tetapi penggunaannya harus dipantau ketat oleh dokter spesialis yang merawat. Anak-anak dengan kondisi ini memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi penyakit lain, sehingga disarankan untuk menjalani vaksinasi sesuai jadwal yang direkomendasikan. Virus seperti RSV dan influenza dapat memperburuk hipertensi paru mereka.

Pada pasien dengan penyakit jantung bawaan (seperti ASD, VSD, PDA) yang juga mengalami hipertensi paru dapat juga dilakukan tindakan operasi. Sebelum operasi dilakukan, penting untuk mengevaluasi beberapa hal dari kondisi pasien, gejala yang dialami, dan respon terhadap obat-obatan yang telah diberikan. (5)

Hipertensi paru pada anak perlu segera ditangani. Deteksi dini sangat krusial untuk dilakukan agar mengurangi terjadinya komplikasi lanjut seperti gagal jantung kanan. Jika Anda mencurigai anak mengalami hipertensi paru, segera konsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.

 

Daftar Pustaka :

  1. Taksande A, Pujari D, Jameel PZ, Taksande B, Meshram R. Prevalence of pulmonary hypertension among children with Down syndrome: A systematic review and meta-analysis. World J Clin Pediatr. 2021 Nov 9;10(6):177–91.
  2. Kris Dinarti L, Bambang Budi Siswanto, et al. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana Hipertensi Pulmonal, Edisi Pertama. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia; 2021.
  3. Kwiatkowska J, Zuk M, Migdal A, Kusa J, Skiba E, Zygielo K, et al. Children and Adolescents with Pulmonary Arterial Hypertension: Baseline and Follow-Up Data from the Polish Registry of Pulmonary Hypertension (BNP-PL). J Clin Med. 2020 Jun 3;9(6).
  4. Chang KY, Duval S, Badesch DB, Bull TM, Chakinala MM, De Marco T, et al. Mortality in Pulmonary Arterial Hypertension in the Modern Era: Early Insights From the Pulmonary Hypertension Association Registry. J Am Heart Assoc. 2022 May 3;11(9):e024969.
  5. Abman SH, Hansmann G, Archer SL, Ivy DD, Adatia I, Chung WK, et al. Pediatric Pulmonary Hypertension. Circulation. 2015 Nov 24;132(21):2037–99.
  6. Mukherjee D, Konduri GG. Pediatric Pulmonary Hypertension: Definitions, Mechanisms, Diagnosis, and Treatment. Compr Physiol. 2021 Jun 30;11(3):2135–90.
  7. Morales-Demori R, Coleman R, Mallory GB. Pediatric Pulmonary Hypertension. Pediatr Rev. 2024 May 1;45(5):251–9.
By | 2024-07-24T05:31:53+00:00 July 23rd, 2024|Artikel|0 Comments

About the Author:

Yayasan
Yayasan Hipertensi Paru Indonesia adalah komunitas pasien, keluarga, dan kalangan medis pemerhati Hipertensi Paru. Silakan klik Daftar Anggota untuk bergabung dalam komuniitas dan klik IndoPHfamily untuk bergabung di forum utama pasien di Facebook
Open chat