Pentingnya PJB/CHD Awareness Sedari Dini untuk Menghindari Risiko Hipertensi Paru pada Anak
Oleh: Nur Alfiani[1]
Source: Maryna Auramchuk Images
Terkhusus bagi anak-anak yang memiliki CHD (Congenital Heart Disease) yang dikenal dengan Penyakit Jantung Bawaan (PJB), merupakan kondisi kelainan pada struktur jantung yang dialami sejak lahir. Dimana PJB mengakibatkan gangguan pada aliran darah dari dan ke jantung, baik itu ringan maupun kompleks, sehingga berpotensi membahayakan nyawa penderitanya.
Tentu saja bisa mengancam jiwa jika tidak aware sedari dini. Maka penting bagi kita sebagai orang tua agar bisa menanamkan sikap waspada kepada anak-anak sedari dini dalam menyikapi kondisi PJB. Kesadaran terhadap segala gejala yang akan timbul dan tidak panik dalam mengatasinya.
CHD Awareness adalah sikap kesadaran diri yang berupaya memperhatikan pikiran, perilaku, perasaan terhadap segala apa-apa yang berhubungan langsung dengan PJB. Terutama bagi orang tua yang memiliki anak dengan kondisi PJB, tentunya sikap awareness ini harus lebih diprioritaskan dalam hal menjaga kesehatan dan kestabilan kondisi anak, serta perbaikan kondisi PJB sesegera mungkin.
Mengapa harus dilakukan sedari dini? Agar kedepannya tidak terjadi atau bisa sedikit mengurangi dampak terburuk akibat dari PJB, salah satunya hipertensi paru, serta komplikasi lainnya yang mungkin terjadi selain hipertensi paru. Hipertensi paru sendiri merupakan kelainan patofisiologi pada pembuluh darah paru-paru yang dapat menyebabkan komplikasi klinis dengan penyakit kardiovaskular (jantung) dan respirasi (pernapasan).[2]
Apa saja yang harus dilakukan agar bisa lebih bersikap awareness dalam merawat anak dengan PJB?[3]
Pertama, mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang PJB dan hipertensi paru. Bagaimana cara menjaga kesehatan dan kestabilan kondisi anak dengan PJB. Yang mana jantung dibutuhkan untuk memompa darah kaya oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, perlu perhatian ekstra dan sikap awareness secara penuh dari orang tua agar anak dapat mendapatkan perawatan dan penanganan yang tepat. Perlu melakukan konsultasi dan mencari informasi lebih lanjut mengenai PJB dan hipertensi paru kepada dokter spesialis jantung, ahli gizi, serta psikolog yang lebih memahami kondisi anak.
Kedua, ikuti pengobatan yang disarankan dokter. Tidak hanya untuk mencegah komplikasi yang fatal, seperti gagal jantung kongestif, di antaranya hipertensi paru. Tentunya pengobatan dari dokter bisa membuat kesehatan dan kestabilan kondisi anak tetap terkontrol. Ingat, anak dengan kondisi PJB harus mengikuti pengobatan secara rutin. Kita sebagai orang tua perlu meluangkan waktu untuk menemaninya mengikuti perawatan lanjutan dan cek kesehatan secara berkala. Dan yang paling penting adalah segera melakukan perbaikan atau koreksi PJB jika memungkinkan.
Ketiga, memastikan asupan nutrisinya tercukupi. Karena anak dengan PJB sering kali mengalami berat badan dan bobot tubuh di bawah angka normal. Nafsu makan yang rendah bisa memengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh pada pertumbuhannya. Dilansir dari laman National Health Service, anak dengan kondisi PJB dilarang mengonsumsi makanan tinggi garam, gula, dan lemak. Juga tidak dianjurkan mengonsumsi makanan yang diproses, seperti sosis, nugget, atau daging asap, karena dapat meningkatkan tekanan darah dan memperberat kerja jantung sehingga berisiko memicu kerusakan organ jantung lebih parah. Maka pilihlah makanan yang lebih dianjurkan, seperti sereal, buah dan sayur, produk susu rendah lemak, daging tanpa lemak, dan ikan yang kaya omega 3 (tuna dan salmon).
Keempat, selalu menjaga kebersihan giginya. Anak-anak sering mengalami masalah gigi dan mulut, salah satunya gigi berlubang. Jika dibiarkan, infeksi bisa menyebar membuat bakteri penginfeksi mencapai jantung hingga menyebabkan endokarditis. Maka dari itu, ajari anak untuk rajin menggosok gigi menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride dan lakukan sebanyak dua kali sehari. Jangan lupa selalu membawa anak ke dokter gigi setidaknya enam bulan sekali.
Kelima, ajak anak bermain dan bergerak aktif sesuai kemampuan. Anak-anak sangat suka bermain, karena dengan bermain bisa membuat mereka merasa gembira. Bermain dapat meningkatkan imajinasi anak dan melatihnya untuk bersabar, menaati peraturan, serta mengatur ekspresi. Sebagai orang tua, kita bisa memikirkan apa yang menyenangkan bagi mereka, agar anak-anak tidak hanya fokus mencari kesenangan saja. Terutama bagi anak yang sedang menjalani operasi atau sedang mengikuti program rehabilitasi jantung, disarankan agar tetap bermain dan beraktivitas fisik selama 60 menit. Agar tidak berlebihan, bisa mengaturnya menjadi 4-5 aktivitas fisik berdurasi 10-15 menit per hari.
Keenam, tanamkan sikap awareness agar anak juga bisa memahami kondisi jantungnya. Bisa dijelaskan seperti apa penyakitnya, apa saja hal yang harus dihindari, dan apa bahayanya jika melanggar hal tersebut. Dapat dilakukan melalui obrolan santai sehari-hari, membaca buku, atau mengajaknya mendatangi komunitas, serta jangan ragu untuk meminta bantuan dokter maupun psikolog dalam memberikan pemahaman tambahan.
Semoga dengan ditanamkannya sikap awareness sedari dini, para anak dengan kondisi PJB mampu turut menjaga pentingnya kesehatan dan kestabilan kondisinya sendiri. Tertanamnya kesadaran untuk segera dilakukan perbaikan atau koreksi PJB jika memungkinkan, serta diharapkan dapat menghindari terjadinya risiko hipertensi paru.