Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatsapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.
Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799
PENGUMUMAN KULWAP YHPI
- Waktu : Kamis, 23 November 2023
- Pukul : 19.00 – 20.30 WIB
- Narasumber : Rt. Annissa Apsyari, M.Psi., Psikolog
- Tema : Sehat dan Sejahtera
- Moderator : Amida
Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI
Malam ini, kita akan berbicara mengenai semua orang, layak untuk sehat dan sejahtera. Semuanya ini berguna untuk mendukung kita dalam beraktivitas sehari-hari. Sebenarnya orang yang dikatakan sehat itu, bukan hanya sehat secara fisik saja loh, melainkan perlu juga sehat secara psikologis. Dengan kondisi psikologis yang sehat, kita mampu untuk mencapai kesejahteraan (well-being). Hal ini mendukung kita untuk menghadapi berbagai tantangan yang kita hadapi.
Mungkin ada yang bertanya, dengan kondisi kesehatan fisik ibu, bapak, mas, mba, adik, dan kakak di sini apakah mendukung kesejahteraan? Jawabannya, selama kita bisa menjaga kondisi dalam keadaan stabil walaupun dalam kondisi yang istimewa saat ini, hal tersebut akan mendukung kesejahteraan kita kok, selama kita bisa menjaga pola makan, mengikuti saran dokter, tetap beraktivitas untuk menjaga kebugaran tubuh, makan makanan bergizi dan sehat, bersosialisasi dengan orang lain, menjalin relasi dengan baik, pokoknya hal-hal yang mendukung kita untuk mencapai kondisi dimana kita produktif, jauh dari stres, hal tersebut cukup membantu kita untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan.
Ada beberapa tipe well-being, seperti yang sudah saya sampaikan dalam materi. Seperti kesejahteraan emosional, fisik, sosial, tempat bekerja/sekolah (tergantung konteks mba/mas menjalaninya saat ini ya), dan masyarakat. Untuk memastikan kita sejahtera, maka perlu bagi kita untuk memastikan kelima jenis kesejahteraan (well-being) ini berfungsi dengan secara maksimal
Mungkin ada beberapa yang sedang stuck, sedang mencoba, atau mungkin mengalami kegagalan ketika menciptakan kesejahteraan untuk dirinya. It’s okeeee bapak, ibu, mas, mba, kakak, dan adik. Hal tersebut adalah normal kok, yang penting kita memiliki upaya untuk terus mencoba dan bangkit kembali, sehingga kita bisa terus melangkah untuk lebih baik lagi mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan kita.
Karena meningkatkan kesejahteraan kita adalah upaya kita seumur hidup loh, dan hal tersebut sangat berharga bagi diri kita. Banyak dampak dan manfaat yang akan kita rasakan. So, keep moving forward ya.
1. Pertanyaan:
Nama: Safira, Usia: 23, Domisili: Yogyakarta. Kenapa setelah sakit saya jadi merasa lebih emosional, mudah menangis, mudah cemas, sering menarik diri dari sosial, dan mudah marah yang membludag secara tiba tiba? apakah ada solusi untuk hal tersebut?
Jawaban:
Selamat malam mba Safira, terima kasih sudah bertanya. Saya coba untuk menjawab pertanyaannya ya mba. Jadi gini mba, ada penelitian yang menyebuntukan bahwa kondisi fisik itu dapat berpengaruh kepada kondisi psikologis. Mungkin contoh dalam kehidupan sehari-hari, ketika kita sedang cemas, mungkin ada beberapa yang akan memunculkan reaksi/keluhan seperti sakit perut. Atau mungkin ketika kita sudah banyak sekali beraktivitas sehingga terlalu lelah dan butuh istirahat, tak dipungkuri juga kita akan lebih mudah marah jika ada sesuatu yang dirasa membuat kita tidak nyaman. Begitu pula dengan kondisi fisik yang dimiliki saat ini, tentunya akan ada beberapa perubahan yang terjadi sehingga kita perlu melakukan penyesuaian lagi, nah salah satunya adalah kondisi emosi kita.
Ketika kita merasakan sesuatu, yang perlu disadari adalah perasaan/emosi apa yang muncul, kita perlu menyadari dan bisa memahami apa yang dirasakan kita, marahkah? Sedihkah? Senangkah?
Tentunya emosi yang hadir pun tentu bisa lebih dari satu, perlu bagi kita untuk bisa mengetahui dan melabeli jenis emosinya. Setelah kita bisa mengetahui emosi apa yang sedang kita rasakan, kita perlu menelusuri sehingga mengetahui latar belakang/hal apa yang mengakibatkan emosi tersebut muncul. Dengan mengetahui latar belakang/hal yang mengakibatkan emosi tersebut muncul, setidaknya diharapkan kita bisa mengetahui langkah/hal apa apa yang dapat kita lakukan sehingga emosi yang kita rasakan dapat diregulasi dan diekspresikan dengan tepat. Ingatlah bahwa semakin kita menolak emosi itu hadir, semakin kita tidak akan paham terhadap apa yang kita rasakan sehingga kita pun sulit untuk meregulasinya. Kita perlu memproses perasaan dan kejadian yang hadir dalam diri kita.
Mungkin konkretnya ketika sedang marah, perlu bagi kita untuk memberikan jeda, diam sejenak, menenangkan diri (dengan aktivitas yang dapat membuat tubuh & pikiran kita tenang, seperti mengatur napas), lalu kita mulai memproses dan mencoba menghayati situasi apa yang membuat kita marah agar kita dapat mengantisipasi ke depan situasi yang membuat kita marah sehingga kita mengetahui apa yang dapat kita lakukan secara tepat. Kan tidak harus ya marah itu membanting pintu, atau merusak barang, ada pilihan lain pastinya yang dapat kita lakukan, misalkan berbicara secara asertif jika ternyata kita marah karena tidak suka dengan perilaku yang orang lakukan kepada kita. Kita memiliki berbagai pilihan untuk berperilaku dan memiliki kontrol serta kehendak untuk berperilaku loh. Mungkin ini yang bisa saya sampaikan. Semoga dapat menjawab pertanyaannya mba Safira.
2. Pertanyaan:
Nama: Nurdiana, Usia: 30 tahun, Domisili: Tangerang. Dok mohon bertanya, saya Spasmofilia grade 2, kemarin dokter syaraf bilang kalau orang yang Spasmofilia itu perfeksionis, dan perlu Konsul ke psikolog, untuk dirubah mindset nya, apa itu perlu dok? Terimakasih
Jawaban:
Selamat malam mba Nurdiana, terima kasih sudah bertanya mba, menarik sekali pertanyaannya. Terkait dengan kondisi yang dirasakan oleh mba Nurdiana saat ini, apakah terjadi perubahan perilaku yang signifikan (terkait perfeksionis) antara sebelum dan sesudah didiagnosis spasmofilia? Jika iya, mungkin yang perlu disadari adalah sejauh mana perfeksionis ini memengaruhi aspek kehidupan dari mba Nurdiana?
Apakah hanya mengganggu ketika melakukan pekerjaan saja? Atau mungkin hal tersebut sudah mengganggu seluruh aspek kehidupan, seperti dalam bekerja, bersosialisasi, berinteraksi dengan orang lain, dsb?
Lalu sejauh mana mba Nurdiana merasa hal tersebut wajar untuk dilakukan? Atau mungkin sudah mulai membahayakan mba Nurdiana? Jika hal tersebut dirasa cukup mengganggu, silahkan untuk melakukan sesi konsultasi dengan psikolog agar dapat dibantu dan diberikan penanganan yang tepat.
Biasanya perfeksionis ini terjadi karena kita memiliki standar yang tinggi dan ingin segala sesuatu berjalan sempurna/sesuai dengan rencana. Dalam beberapa hal, perfeksionis dibutuhkan, namun jika perilaku ini membuat kita menjadi tidak produktif atau mengganggu, mungkin perlu berkonsultas untuk diberikan bantuan serta penanganan yang tepat, mba. Mungkin itu yang bisa saya sampaikan mba, semoga dapat menjawab pertanyaannya
3. Pertanyaan:
Nama: ELseria simanullang, Usia: 36 thn, Domisili: Medan. Bagaimana cara kita menjaga mental kita tetap baik dalam situasi sebagai pasien yang punya sakit yang tidak bisa sembuh.
Jawaban:
Selamat malam mba Elseria, terima kasih sudah bertanya. Saya izin menjawab ya mba, terkait dengan kondisi kesehatan yang dihadapi tentunya akan banyak perubahan serta penyesuaian diri yang dihadapi sehingga diharapkan memiliki mental yang kuat dalam menghadapi setiap proses yang dilaksanakan. Belum lagi ketika menghadapi penyakit kronis yang terkadang seperti roller coaster, kadang kondisi baik, kadang drop.
Oleh karena itu, perlu bagi kita untuk mengembangkan kesejahteraan emosional kita, salah satunya dengan mengasah ketahanan kita, atau resiliensi. Dengan mengasah dan meningkatkan resiliensi, kita diharapkan dapat beradaptasi dengan kondisi yang dinamis.
Resiliensi merupakan kemampuan seseorang dalam mengatasi, melalui, dan kembali pada kondisi semula setelah mengalami kejadian yang menekan (Reivich & Shatte, 2002).
Seperti yang sebelumnya pernah saya jelaskan di suatu kesempatan kulwap, dengan kata lain resiliensi ini bermakna bangkit kembali. Resiliensi sangat dibutuhkan ketika kita menghadapi penyesuaian terhadap berbagai perubahan yang terjadi, ketika kita beradaptasi dalam menghadapi situasi yang sulit, resiliensi membantu kita untuk dapat bangkit kembali. Untuk meningkatkan resiliensi, kita dapat:
- Mengubah persepsi tentang apa yang dialami menjadi hal yang lebih positif
- Membangun kepercayaan diri, yakin dapat menghadapi permasalahan yang dihadapi
- Relax, menjaga pikiran dan tubuh kita dengan tidur cukup, olahraga, refreshing, relaksasi/meditasi
- Mengontrol diri karena kita memiliki pilihan dalam setiap bertindak dan berespons terhadap apa yang kita hadapi
- Bersikap fleksibel dalam mengatasi persoalan yang sedang dihadap
4. Pertanyaan:
Nama: Fovi Febri SJ, Usia: 29 thn, Domisili: Padang. Bagaimana cara mengontrol emosi dan cara bersikap saat kita diberikan pertanyaan yang tidak kita suka, contohnya seperti kenapa sampai saat ini masih belum menikah, sedangkan kondisi saya saat ini tidak memungkinkan untuk menikah dan hamil.
Jawaban:
Pasti perasaannya sedih sekali ketika dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan ini dan mungkin saja muncul perasaan tidak dimengerti karena orang lain tidak memahami situasi dan kondisi yang sedang dijalani oleh mba Fovi. Tak jarang bukan hanya perasaan sedih saja, mungkin disertai dengan kecewa, marah, ataupun kesal.
Mungkin ini menyambung dengan pertanyaan yang saya coba jawab untuk mba Safira, yang dapat dilakukan adalah mulai dari mengenali emosi yang muncul dan menelusuri sehingga mengetahui latar belakangnya supaya kita benar-benar memahami situasi dan kejadian yang memicunya, sehingga kita dapat mengantisipasi apa yang dapat kita lakukan ketika menghadapi situasi yang sama.
Mungkin terkadang hal tersebut tidak dapat kita hindari, yang dapat kita lakukan adalah bagaimana kita mengubah sudut pandang kita sehingga kita dapat melihat dan mendapatkan perspektif lainnya. Tidak dipungkiri untuk mengubah sudut pandang merupakan proses yang panjang dan cukup sulit untuk dilakukan. Namun hal ini dapat kita mulai dengan memproses kejadian yang kita hadapi, apa yang membuat saya tidak suka, atau apa yang membuat saya merasakan marah, sehingga kita bisa memahami dengan benar apa yang terjadi dan menemukan perspektif/sudut pandang lain dari hal tersebut. Perlu diingat juga kita perlu untuk memproses dan menerima segala emosi dan kejadian yang dihadapi karena semakin kita menolaknya, semakin sulit kita untuk dapat memproses kejadian tersebut. Mungkin hal tersebut yang dapat saya sampaikan, semoga menjawab pertanyaannya mba Fovi.
5. Pertanyaan:
Nama : Dewi Retno, Usia : 31th, Domisili : surabaya. Setiap mau ada acara atau kegiatan apapun sprti rekreasi maupun olahraga ditmpat banyak orang, saya selalu berusaha jauh-jauh hari untuk mencari info tempat yang dituju, berapa jaraknya dari rumah dan apakah tempat itu nyaman untuk saya..
Lalu selalu merasa kepikiran sehingga jadi beban jauh-jauh hari, membuat saya yang harusnya happy jadi tertekan.. Apa sikap itu tanda saya belum Well-Being?? Lalu apa yang harus saya lakukan ya?? Terimakasih.
Jawaban:
Hallo, selamat malam mba Dewi, saya coba jawab ya mba terkait dengan pertanyaannya. Jika kita mengacu pada pengertian yang diberikan oleh APA, well-being adalah kondisi/keadaan seseorang yang digambarkan dengan adanya rasa bahagia, puas, tingkat stres rendah, sehat secara fisik dan mental, serta kualitas hidup yang baik.
Sebelumnya mungkin saya memiliki pertanyaan terkait dengan yang dirasakan dan dipikirkan oleh mba Dewi, apa yang melatarbelakangi mba Dewi untuk mencari informasi terlebih dahulu? Apakah untuk mengetahui bagaimana kondisi/hal yang akan dihadapi nanti sehingga mengetahui tindakan/antisipasi apa yang dapat dilakukan?
Jika jawaban dari pertanyaan tersebut adalah “iya”, maka dengan mencari informasi terlebih dahulu itu sebenarnya merupakan hal yang baik, dampaknya mba dapat mengetahui situasi yang nantinya akan dihadapi, sehingga jika ada hal yang perlu diantisipasi, maka mengetahui apa yang perlu dan dapat dilakukan.
Namun, sekiranya ketika pencarian informasinya menjadi berlebihan dan begitu banyak informasi yang diperoleh sehingga pada akhirnya sulit untuk diproses dan berujung pada hal-hal seperti overthinking, ada baiknya mungkin memilah informasi apa yang benar-benar diperlukan oleh mba Dewi.
Selain itu, mba Dewi pun perlu mengetahui dan menyadari apa yang sebenarnya menjadi beban, atau pada akhirnya membuat mba menjadi tertekan, sehingga untuk kedepannya dapat mengetahui ketika akan mencari informasi, informasi apa yang benar-benar diperlukan, dibutuhkan, dan yang pada akhirnya membuat mba Dewi bisa enjoy, happy, menikmati kegiatan/rekreasi yang akan dilakukan.
“Mungkin karena sehat dan sejahtera ini merupakan hal yang penting bagi perkembangan diri kita semua, maka hal ini perlu kita ciptakan dengan cara berusaha untuk menciptakannya mulai dari hal yang terkecil, sederhana, dan dimulai dari yang ada d kehidupan sehari-hari.Jangan lupa untuk melaksanakannya secara konsisten ya, dengan menciptakan kesejahteraan ini akan memiliki dampak yang sangat besar sekali bagi diri kita, terutama memengaruhi kesehatan dan kebahagiaan kita. Saling membantu, memberikan support dan menciptakan situasi yang nyaman dapat kita lakukan untuk mendukung kondisi kesehatan dan kebahagiaan kita. Tetap semangat, jangan bosan untuk berproses”_Rt. Annissa Apsyari, M.Psi., Psikolog