Self Love-Kulwap

Self Love-Kulwap

Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatsapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.

Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799

 

PENGUMUMAN KULWAP YHPI

  • Waktu : Selasa, 19 Oktober 2021
  • Pukul : 19.00 – 21.00 WIB
  • Narasumber : Rt. Annissa Apsyari, M.Psi., Psikolog dari PIP Unpad
  • Tema : Self Love
  • Moderator : Amida

Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI

Pendahuluan

Menurut Khoshaba, self love ini adalah Keadaan apresiasi / penghargaan kepada diri sendiri yang tumbuh dari tindakan yang mendukung pertumbuhan fisik, psikis, dan spiritual kita. Kata kuncinya ini adalah adanya pertumbuhan fisik, psikis, dan spiritual kita. Mencintai diri sendiri tanpa syarat dan tanpa membuat perbandingan sosial. Misalkan, kita bangga dengan kinerja atau prestasi atau hal2 yang sudah kita dapatkan hingga saat ini, mengakui kebutuhan diri kita dan sesekali menerima perasaan tidak yakin dan ragu dengan diri kita sendiri

Jadi disini juga ada usaha yang sehat dan masuk akal untuk berkembang. Berbeda halnya dengan egois dimana egois ini adalah selalu mementingkan diri sendiri tanpa peduli dengan orang lain. Self love tidak seperti itu. Self love berbeda juga dengan narsistik, dimana kalau narsistik ini kita merasa diri kita sangat penting dan memiliki kebutuhan untuk dikagumi/diakui oleh lingkungan, ada upaya membandingkan diri dengan orang lain untuk merasa lebih baik. Self-love ini sifatnya dinamis dan hal ini akan tumbuh melalui tindakan /hal2 yang mendewasakan kita. Self-love ini perlu dilatih dan dibangun

Dalam self love ini, ada 3 komponen, seperti yang sudah ibu dan bapak lihat di dalam materinya, yaitu self nurturing, self confident/trust, dan self forgiveness. Seseorang akan dapat belajar self love ketika dapat membangun ketiga hal tersebut. Self nuturing ini adalah bagaimana kita memelihara, peduli pada diri kita, untuk hidup lebih damai, tentram, bahagia. Nurturing ini melibatkan perasaan, perilaku, dan hal2 yang menstimulasi, memelihara, atau mendukung kehidupan kita dan perkembangannya.

Salah satunya dengan cara melakukan self care, kita peduli terhadap diri kita, mau merawat diri, menjaga diri baik secara fisik maupun mental. Makan yang sehat, olahraga, menjaga diri kita, istirahat yang cukup. Kita juga bisa melakukan hal2 yang memunculkan emosi positif, misalkan kita dapat melakukan meditasi, membuat jurnal, mendengarkan musik yang kita sukai, nonton, atau menghabiskan waktu di alam dan menikmatinya, meluangkan waktu dengan anak2 atau orang2 tersayang kita, atau kegiatan apapun yang dapat memunculkan/menumbuhkan emosi positif dari diri kita.

Lalu self forgiveness, self forgiveness ini adalah bagaimana kita memaafkan, adanya suatu penerimaan dimana kita menerima diri kita apa adanya. Self forgiveness ini tidak dapat terjadi dengan sendirinya dan memang bukanlah hal yang mudah karena proses ini membutuhkan suatu resolusi untuk berubah dari dalam diri dan ada usaha secara sadar untuk berperilaku secara  berbeda. Memaafkan diri sendiri ini dimulai ketika kita dapat melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Forgiveness ini adalah salah satu tindakan dari self love juga. Tingkat acceptance seseorang berperan penting dalam seberapa efektif proses forgiveness yang akan terjadi.

Lalu apa yang dapat kita lakukan?

Yang pertama dapat kita lakukan adalah Recall the hurt, dimana kita berani untuk recall perasaan2 yang muncul, seperti perasaan sakit yang kita rasakan. Lalu kita Empati terhadap apa yang kita alami, dimana kita berusaha untuk  memahami apa yang kita rasakan dan apa yang membuat kita merasakan hal tersebut, dengan kita memahami umumnya kita mulai dapat menerima hal tersebut. Lalu kita melakukan Altruism, bagaimana kita berusaha mencintai diri kita tanpa sayaarat, disini biasanya akan muncul insight / perspektif / sudut pandang yang baru dan berbeda terkait dengan apa yang kita hadapi. Lalu kita dapat membuat Commitment dimana hal ini dibutuhkan untuk memaafkan diri, memulai perspektif yang baru tentang diri kita sendiri, hal2 tersebut akan mengarahkan kita kepada pemaafan / forgiveness.

Komponen ketiga adalah self confident atau self trust dimana kita percaya kepada diri kita sendiri dan kita merasa mampu untuk melakukan hal2 yang dapat kita lakukan. Mungkin bapak dan ibu semuanya juga sudah membaca ya bu, pak terkait dengan hal2 yang dapat menghambat kita dalam melakukan self love, kuncinya disini, inner critic kita terhadap diri kita sendiri atau self punishment adalah hal yang perlu kita hindari.

1. Pertanyaan:

Nama: Dhian, Usia: 46, Domisili: Depok. Assalamualaikum. Dalam materi disebutkan 3  komponen self love salah satunya self confident.  Nah  saat ini  saya sering sekali merasa kepercayaan diri yang rendah.. akibat membanding2kan diri sendiri dengan orang lain, dan terpengaruh dengan slogan.. kalo orang lain bisa kenapa kita engga bisa? kata2 seperti ini menjadi toxic bagi saya.

  1. Bagaimana menumbuhkan self confident dan kita bisa menghargai diri sendiri?
  2. Bagaimana caranya agar kalimat yang memotivasi tadi tidak menjadi toxic?

Terima kasih

Jawaban:

Hal pertama, bagaimana kita meningkatkan self confident dan bisa menghargai diri sendiri adalah dengan kita tidak membandingkan diri dengan orang lain karena pada dasarnya setiap individu ini unik, kita memiliki kekurangan dan kelebihannya masing2 dan setiap individu memiliki proses yang berbeda2 dalam menghadapi suatu peristiwa yang hadir dalam hidupnya. Penting sekali dan yang perlu dilakukan adalah mengenali diri kita, terkait dengan kekurangan dan kelebihan. Dengan kita mengenal diri kita, selanjutnya kita mengakui dan menerima diri kita apa adanya tanpa sayaarat. Lalu menetapkan tujuan dan makna dari hidup kita akan bagaimana, fokuskan pada hal tersebut, apa yang dapat kita lakukan dengan diri kita spt ini. Apa yang dapat kita lakukan selanjutnya. Inget bapak ibu, It’s ok not to be okay.

Lalu pertanyaan yang kedua, bagaimana caranya agar kalimat yang memotivasi tadi tidak menjadi toxic? Ada suatu “mantra” yang cukup efektif untuk dilakukan, yaitu self talk, self affirmation, dan kita dapat melakukan gratitude/bersyukur. Dengan bersyukur terhadap apa yang kita miliki saat ini, melakukan self talk, berbicara kepada diri sendiri dan melakukan afirmasi positif terhadap diri kita sendiri, ini cukup membantu. Ibu dan bapak bisa menuliskan jurnal terhadap apa saja yang dapat kita syukuri hari ini. Ingat bapak/ibu, bukan menjadi membuat perbandingan sosial ya bu, pak.

Hal yang dapat kita lakukan untuk gratitude disini, kita bisa melakukan kontemplasi atau misalkan ibu/bapak nih, sebelum tidur, coba dirasa2 lagi, diingat2 lagi, hal2 yang perlu kita syukuri selama seharian penuh yang sudah bapak ibu lakukan, mungkin saja ada hal2 yang dapat disyukuri yang baru didapatkan hari ini dan tidak didapatkan di hari2 kemarin / sebelumnya, berterima kasih kepada diri sendiri karena bapak/ibu sudah kuat dan dapat melaluinya di hari ini. Untuk self talk sendiri, bapak dan ibu dapat mencari suatu “mantra”, mencari hal2 atau kalimat2 positif yang dapat membuat ibu/bapak senang, lalu ucapkanlah hal itu kepada diri ibu dan bapak sendiri

2. Pertanyaan:

Nama: Ririe, Usia: 37, Domisili: Bandung. Assalamualaikum ijin bertanya. Bagaimana menumbuhkan Self Love tetapi lingkungan sekitar dan bahkan keluarga sepertinya tidak memahami dan mendukung. Misalnya ketika harus mencintai diri sendiri dengan keterbatasan, tetapi pada akhirnya harus mengerjakan ini itu yang membuat lelah dan akhirnya drop. Bagaimana solusinya untuk mencapai Self Love tersebut. Mohon penjelasan & terima kasih

Jawaban:

Pertama yang dapat dilakukan adalah asertif kepada lingkungan, mengungkapkan kondisi yang dihadapi oleh bapak dan ibu sehingga paling dasar sekali, lingkungan mengetahui keadaan dari ibu. Lalu bapak dan ibu dapat melakukan setting boundaries, hal ini menjadi penting karena pada dasarnya kita dapat mencintai diri kita ketika kita setting limitasi kita atau konkretnya kita mengatakan tidak kepada aktivitas / kegiatan yang secara baik psikis, fisik, maupun emosional akan melelahkan dan harm / menyakitkan bagi kita. LIndungi diri kita, seperti istiah “bawalah orang yang tepat ke dalam hidup kita”. Ada istilah friendemies (friend tapi enemy), ilustrasinya seperti teman yang senang melihat kita susah. Perlu bagi kita untuk menjauhkan diri kita dari orang2 yang seperti ini karena tidak ada waktu dalam hidup kita untuk menghabiskan waktu dengan orang2 spt ini. Bapak dan ibu dapat memulai dari mencari circle lain yang cocok dengan diri kita sehingga pada akhirnya kita enjoy dengan lingkungan kita. Dan jangan lupa untuk menerima diri kita apa adanya, baik kekurangan dan kelebihan yang kita miliki.

3. Pertanyaan:

Nama: Arnie, Usia: 38 thn, Domisili: Tangerang. Halo mba Annisa. Bagaimana menumbuhkan self love dan mengatasi kondisi bagi orang yang sering menyalahkan dirinya sendiri dalam setiap keadaan dan overthinking. Seperti selalu merasa apa yang diperbuatnya takut salah, takut tidak menyenangkan hati orang dsb. Terimakasih

Jawaban:

Mungkin ibu dan bapak sering mendengar istilah “sebelum mencintai orang lain, cintailah diri sendiri dulu” atau “bagaimana orang lain mau mencintai kita kalau kita sendiri tidak cinta diri kita sendiri?”, ini ada benarnya bapak ibu. Ada suatu istilah yang saya suka, tidak selamanya apa yang kita harapkan harus terjadi dan tidak selamanya apa yang terjadi ini pernah kita harapkan. Ibu dan bapak, langkah yang bisa diambil disini pertama2 adalah kembali lagi pak, bu, yaitu menerima terlebih dahulu diri kita apa adanya lalu maafkan diri kita sendiri. Adalah hal yang manusiawi bapak ibu bahwa kita sebagai manusia ini tidaklah sempurna. Berbelas kasihlah kepada diri kita sendiri, jangan terlalu keras kepada diri kita sendiri, berlatihlah hal tersebut, dan ingatlah bahwa dari setiap kegagalan yang kita lakukan ada hal2 yang dapat kita pelajari dari hal tersebut (lesson to learn). Dan ingatlah bahwa hal tersebut adalah kesempatan kita belajar untuk menjadi lebih baik.

Untuk berbelas kasih atau sering disebut juga sebagai self compassion, kita dapat melakukan:

  1. Mindful, dimana kita melakukan here and now, kita dapat mengobservasi dan menerima setiap hal yang kita rasakan, emosi yang hadir dan dirasakan apa adanya.
  2. Self Kindness, dimana kita tidak mengkritik dan menghakimi diri kita sendiri, beri pengertian dan pelukan hangat kepada diri kita sendiri saat menghadapi kegagalan yang kita hadapi. Bapak ibu bisa searching terkait dengan hal ini, ada yang namanya butterfly hugs, ini bisa bapak ibu lakukan.
  3. Common Humanity, menyadari bila apa yang terjadi di diri kita merupakan bagian dari hidup kita dan bisa saja dialami oleh orang lain.

Overthinking sendiri biasanya muncul karena kita cemas, seperti hal yang ditanyakan, takut melakukan kesalahan, tidak menyenangkan hati orang lain. Untuk menenangkan diri, meredakan kecemasan ini, ibu bapak bisa melakukan relaksasi, teknik pernapasan, ibu dan bapak bisa searching di youtube, kata kuncinya relaksasi, atau respiratory relaxation, bisa melihat contohnya, hal ini dapat ibu/bapak praktekkan untuk meredakan kecemasan.

4. Pertanyaan:

Nama: Tri, Usia: 41 thn, Domisili: Bogor. Assalamu’alaikum, Mbak Annisa… Ingin menanyakan, apa batasan2nya antara self love dan egois ( atau apatis) ? Sejujurnya, dengan merebaknya istilah self love saat ini terutama di kalangan anak remaja, saya khawatir mereka memaknainya self love sehingga akhirnya cenderung egois. Dan bagaimana juga batasan self love dengan pengorbanan kepada orang lain. Semisal seorang ibu yang melahirkan adalah pengorbanan, apakah itu bisa disebut dia tidak self love karena bentuk tubuhnya berubah, tulangnya merapuh, bahkan ia bisa jadi sakit, dsb. Terimakasih

Jawaban:

Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, kata kunci dari self love ini adalah adanya apresiasi / pengharaan kita terhadap diri kita yang mendukung pertumbuhan diri kita, artinya membuat diri kita lebih baik. Kalau kita ilustrasikan, ada penerimaan diri kita, kita melakukan hal2 yang mendukung pertumbuhan dari diri kita tanpa merusak / mengacuhkan lingkungan sekitar kita. Misalkan gini, ada seseorang yang memiliki badan gemuk, bukan berarti penerimaan diri dan mencintai diri itu sekedar ““ya saya gemuk, yaudah saya terima diri saya bahwa saya gemuk, saya gak peduli orang lain mau berkata apa, yang penting saya enak, saya makan sepuas saya, saya gak peduli”, bukan seperti itu, tetapi ada upaya dari diri kita untuk merawat diri kita sendiri, tidak menyakiti dan membahayakan diri kita sendiri. Kira2 ilustrasinya seperti itu.

Kalau ibu/bapak bertanya apakah melahirkan itu adalah bentuk pengorbanan dan itu tidak mencintai diri sendiri karena ada bentuk tubuh yang berubah, disini mungkin saya tidak setuju bahwa ini adalah bukan perilaku self love. Karena menurut saya disini konteksnya menjadi bagaimana penerimaan seorang ibu terhadap kondisi yang akan dialami / dihadapinya dan bagaimana seorang ibu sadar sepenuhnya terhadap kondisi yang dihadapi / dialaminya. Kalau konteksnya apakah ibu yang melahirkan tersebut tidak self love? saya akan bertanya kembali makna dan tujuan ibu ini melalui proses kehamilan dan melahirkan apa? Karena ketika ibu ini siap dan sadar sepenuhnya terhadap apa yang dilaluinya, dapat menerimanya, mampu untuk merawat dirinya, saya rasa dia sudah mencoba untuk mencintai dirinya, apalagi ibu ini melakukan self care dengan baik terhadap setiap proses kehamilan dan melahirkannya.

5. Pertanyaan:

Nama: Aya, Usia: 31 Tahun, Domisili: Jakarta.

  1. Boleh dijelaskan lebih banyak mengenai self nurturing ?
  2. Terkait dengan self forgiving , misal kita selalu menyalahkan diri sendiri atas suatu keputusan yang menurut kita salah/hasilnya ngga memenuhi ekspektasi, lalu cara yang efektif untuk memaafkan diri sendiri dan bisa maju ke langkah selanjutnya spt apa kah?

Terima kasih.

Jawaban:

Seperti yang sudah saya jelaskan di awal. Self nuturing ini adalah bagaimana kita memelihara, peduli pada diri kita, untuk hidup lebih damai, tentram, bahagia. Nurturing ini melibatkan perasaan, perilaku, dan hal2 yang menstimulasi, memelihara, atau mendukung kehidupan kita dan perkembangannya. Salah satunya dengan cara melakukan self care, kita peduli terhadap diri kita, mau merawat diri, menjaga diri baik secara fisik maupun mental. Makan yang sehat, olahraga, menjaga diri kita, istirahat yang cukup. Kita juga bisa melakukan hal2 yang memunculkan emosi positif, misalkan kita dapat melakukan meditasi, membuat jurnal, mendengarkan musik yang kita sukai, nonton, atau menghabiskan waktu di alam dan menikmatinya, meluangkan waktu dengan anak2 atau orang2 tersayang kita, atau kegiatan apapun yang dapat memunculkan/menumbuhkan emosi positif dari diri kita.

Lalu self forgiveness, self forgiveness ini adalah bagaimana kita memaafkan, adanya suatu penerimaan dimana kita menerima diri kita apa adanya. Self forgiveness ini tidak dapat terjadi dengan sendirinya dan memang bukanlah hal yang mudah karena proses ini membutuhkan suatu resolusi untuk berubah dari dalam diri dan ada usaha secara sadar untuk berperilaku secara  berbeda. Memaafkan diri sendiri ini dimulai ketika kita dapat melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Forgiveness ini adalah salah satu tindakan dari self love juga. Tingkat acceptance seseorang berperan penting dalam seberapa efektif proses forgiveness yang akan terjadi.

Lalu apa yang dapat kita lakukan?

Yang pertama dapat kita lakukan adalah Recall the hurt, dimana kita berani untuk recall perasaan2 yang muncul, seperti perasaan sakit yang kita rasakan. Lalu kita Empati terhadap apa yang kita alami, dimana kita berusaha untuk  memahami apa yang kita rasakan dan apa yang membuat kita merasakan hal tersebut, dengan kita memahami umumnya kita mulai dapat menerima hal tersebut. Lalu kita melakukan Altruism, bagaimana kita berusaha mencintai diri kita tanpa sayaarat, disini biasanya akan muncul insight / perspektif / sudut pandang yang baru dan berbeda terkait dengan apa yang kita hadapi. Lalu kita dapat membuat Commitment dimana hal ini dibutuhkan untuk memaafkan diri, memulai perspektif yang baru tentang diri kita sendiri, hal2 tersebut akan mengarahkan kita kepada pemaafan / forgiveness.

6. Pertanyaan:

Nama: wine, Usia ..28, Domisili ..bandung. Assalamualaikum dok. self love.. Mencintai diri sendiri. Dalam penerimaan suatu ujian di beri penyakit. Maksudnya mencintai diri sendiri itu bagaimana dan seperti apa ???… mohon untuk di jelaskan dan kasih contoh nya dok.. Terimakasih..

Jawaban:

Hal yang pertama adalah bagaimana ibu dan bapak tidak membuat perbandingan sosial, dimana ibu bapak dapat bersyukur terhadap kondisi yang sedang ibu dan bapak alami saat ini dan sesekali menerima perasaan tidak yakin / ragu dengan diri ibu / bapak karena self love ini bukan hanya sekedar keadaan merasa baik saja, melainkan bagaimana kita dapat mengapresiasi / memberikan penghargaan kepada diri kita sendiri yang tumbuh dari tindakan yang mendukung pertumbuhan diri kita baik fisik, psikis, maupun spiritual kita. Hal ini dinamis, tumbuh melalui tindakan yang mendewasakan kita.

Untuk contoh, mungkin disini self love sudah mulai dilakukan ketika kita mulai dapat menerima lebih baik diri kita apa adanya, baik memahami kekurangan dan kekuatan yang kita miliki. Misalkan bangga / bersyukur terhadap apa yang kita miliki atau kita rasakan saat ini, namun bukan menjadi memaksa diri kita untuk terus2an berpikir positif, melainkan sesekali pun kita dapat menerima perasaan2 yang tidak nyaman dari diri kita, misalkan kita masih dapat menerima dan memahami “oh bahwa saya ini sedang sedih saat ini”, kira2 seperti itu.

7. Pertanyaan:

Nama: Devi, Umur: 37,  Domisili : Bukittinggi. Apa yang kita lakukan agar kita tak bersedih melihat teman seumuran kita begitu sehat, dan ngimana juga caranya agar orang sekeliling kita tak mengagap saya sebelah mata.

Jawaban:

Yang paling penting disini, pak, bu, untuk self love disini, ingat kata kuncinya, mencintai diri sendiri tanpa membuat perbandingan dengan orang lain. Memang hal ini tidaklah mudah pak, bu dan butuh proses. Manusiawi juga terkadang kita menjadi membandingkan diri dengan orang lain karena pada dasarnya emosi2 yang negatif ini muatannya lebih kuat dan mudah untuk menular, manusiawi juga ketika bapak/ibu otomatis untuk memikirkan dan menjadi otomatis membandingkan dengan orang lain. Namun kita perlu kembali lagi pak, bu, berusaha untuk mengubah sudut pandang disini. Dengan menerima diri kita apa adanya, menerima apa yang sedang kita rasakan, mindful / sadar sepenuhnya siapa diri kita, kita akan mengetahui apa yang kita pikirkan, kita inginkan, dan kita butuhkan.

Sudut pandang kita terhadap diri kita dan lingkungan menjadi kunci penting dalam hal ini pak, bu. Memang bukanlah hal yang mudah dan instan untuk mengubahnya, hal ini adalah proses, saran saya adalah menikmati setiap proses dan progres yang sudah ibu bapak jalani, berterima kasih kepada diri bahwa ibu dan bapak sudah melalui dan menempuhnya hingga saat ini, tetap berusaha dan persistent karena setiap proses ini adalah hal2 yang dapat kita nikmati dan syukuri.

 

“Jangan lupa ibu bapak semua perlu untuk menyayangi dan mencintai dirinya ya bu, pak. Memang tidaklah mudah dan hal ini adalah proses, yang penting jangan lupa untuk terus berusaha dan persistent dalam mencobanya. Self love ini perlu ibu dan bapak praktikan setiap hari dan tidak pernah ada titik akhirnya. Jadi, selamat berproses dalam menumbuhkan cinta bagi diri bapak dan ibu sendiri. Kalau kata Rupi Kaur “ How you love your self is how you teach others to love you “. Semoga diskusi malam ini bermanfaat bagi bapak dan ibu semuanya.”_ Rt. Annissa Apsyari, M.Psi., Psikolog

 

By | 2023-01-25T07:31:03+00:00 November 4th, 2021|Kuliah lewat WhatsApp|0 Comments

About the Author:

Yayasan
Yayasan Hipertensi Paru Indonesia adalah komunitas pasien, keluarga, dan kalangan medis pemerhati Hipertensi Paru. Silakan klik Daftar Anggota untuk bergabung dalam komuniitas dan klik IndoPHfamily untuk bergabung di forum utama pasien di Facebook
Open chat