Memperingati Hari Hipertensi Pulmonal Sedunia yang jatuh pada tanggal 5 Mei setiap tahunnya, pasien – pasien Hipertensi Pulmonal mengadakan pertemuan pasien dan keluarga se-Indonesia kembali tahun ini di PJNHK Rs Harapan Kita Jakarta pada Sabtu 10 Mei 2014.
Acara yang bertemakan “Hidup Bernilai Meski Fisik Terbatas” kali ini lebih spesial karena dihadiri oleh banyak tamu undangan, yaitu perwakilan dari pemerintah dan kementrian kesehatan Prof. Dr. Agus Purwadianto, SH, Msi, Spf (K) Ditjen P2PL dan Ibu Dr. Lily Banonah Kasubdit Jantung sebagai bentuk perhatian pemerintah kepada pasien-pasien Hipertensi Paru.
Dihadiri pula oleh direktur RS Harapan Kita DR Iwan Dakota SpJP, dokter pemerhati Hipertensi Paru Prof Bambang Budi Siswanto SpJP dan Dr Rina Ariani SpJP, perwakilan dari Yayasan Jantung Indonesia, dan perwakilan dari Komunitas Scleroderma Indonesia Patrisia Ayu.
Kurang lebih 60 pasien dan keluarga sangat antusias menghadiri pertemuan pasien tahunan ini, terlihat dari kehadiran yang bukan dari daerah Jabodetabek saja, tetapi dari seluruh Indonesia, yaitu Medan, Balikpapan, Magelang, Surabaya, Bandung dan Jambi.
Penjelasan Prof Bambang Budi Siswanto dan Dr Rina Ariani SpJP tentang Hipertensi Paru sangat membantu pasien dan keluarga untuk memahami apa itu Hipertensi Paru.
Dan acara menjadi semakin spesial dengan adanya sesi motivasi dari psikolog Ibu Rima Olivia yang dengan ceria dan bersemangat membawakan beberapa tema seperti analogi beras dan “The Power of Now” untuk membekali pasien dan keluarga Hipertensi Paru yang karena bersifat kronis tentunya memperlukan mental yang kuat dalam menjalani hidup.
Kata penutup yang sangat menginspirasi dibawakan oleh Prof Agus Purwadianto dengan mengambil cerita tokoh Christopher Reeve (pemeran film Superman) yang mengalami cedera tulang belakang dan tidak bisa bergerak sama sekali tetapi tetap semangat hidup hingga akhir sesuai dengan tema kali ini “Hidup Bernilai Meski Fisik Terbatas”.
Akhir kata… acara kali ini benar2 membekali pasien dan keluarga dengan semangat dan kesadaran baru, bahwa fisik memang penting tetapi bukan segalanya, kita semua masih dapat berkarya dan bernilai meski dalam kondisi fisik terbatas.
Berani bermimpi dan menggapai mimpi tersebut selama nafas masih ada… 🙂