KLASIFIKASI FUNGSIONAL HIPERTENSI PARU
Klasifikasi fungsional Hipertensi Paru digunakan untuk menilai seberapa sakit pasien. Sangat penting untuk membedakan kelas setiap pasien untuk mengevaluasi evolusi dan stadium penyakit. Semakin tinggi kelasnya, semakin parah penyakitnya, tetapi dapat terjadi penurunan kelas karena perubahan perawatan yang lebih baik, perawatan yang lebih intens, atau hilangnya faktor eksternal yang memengaruhi perkembangannya. Namun, Hipertensi Paru adalah penyakit progresif, yang berarti semakin memburuk dari waktu ke waktu jika tidak diobati.
Klasifikasi penilaian fungsional yang paling banyak digunakan dan terkenal adalah klasifikasi yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia/ World Health Organization (WHO) dan oleh Asosiasi Kesehatan New York/ New York Health Association (NYHA).
Selain klasifikasi tersebut, ada juga klasifikasi lain yang dibuat oleh WHO, yaitu dibagi berdasarkan kelompok. Sementara sistem kelompok membagi berbagai jenis Hipertensi Paru sesuai dengan penyebabnya, sistem kelas difokuskan pada seberapa terpengaruh pasien oleh penyakit tersebut. Klik DISINI untuk melihat.
Klasifikasi Fungsional Hipertensi Paru menurut WHO
Kelas I mengacu pada pasien yang tidak mengalami gejala saat olahraga atau istirahat. Sangat jarang pasien didiagnosis saat berada di kelas ini, tetapi respons yang baik terhadap pengobatan yang tepat dapat membuat mereka kembali ke kelas ini setelah didiagnosis di kelas II atau III.
Kelas II mengidentifikasi pasien tanpa gejala saat istirahat tetapi merasa tidak nyaman dan sesak napas dengan aktivitas biasa seperti menaiki tangga, berbelanja bahan makanan, atau merapikan tempat tidur, dan sebagainya.
Kelas III meliputi pasien yang tidak mengalami gejala saat istirahat tetapi merasa terbatas dalam aktivitas normal karena sesak napas, kelelahan, atau hampir pingsan.
Kelas IV mengacu pada pasien yang gejalanya ada bahkan saat istirahat dan parah dengan aktivitas apa pun. Pingsan juga umum di antara pasien di kelas ini, terutama saat membungkuk dengan kepala menunduk. Sebagian besar pasien juga mengalami edema pada kaki dan pergelangan kaki akibat gagal jantung kanan.
Klasifikasi Fungsional Hipertensi Paru menurut NYHA
Kelas 1 mencakup pasien yang tidak mengalami gejala apa pun dengan aktivitas fisik biasa.
Kelas 2 mengacu pada pasien dengan gejala saat melakukan aktivitas rutin dan sedikit pembatasan aktivitas.
Kelas 3 adalah kelas dengan pasien yang mengalami gejala dengan aktivitas kurang dari normal, dan pembatasan aktivitas yang nyata.
Kelas 4 adalah yang terakhir dan termasuk orang-orang yang menderita gejala penyakit dengan aktivitas apa pun atau bahkan saat istirahat.