“Jalani hidup ini dengan santai, yang terpenting sekarang adalah kebahagian bersama keluarga.” – Rina
Assalamu’alaikum wr wb..selamat malam teman2 semua..yuk simak ceritaku jangan bosan untuk baca’nya ya..
Perkenalkan namaku Rina Sugesti,umur 30 tahun, alamat Palihan Sidomulyo Bambanglipuro Bantul..
Aku terlahir dari keluarga yang sederhana,disebuah desa. Ibu & bpkku bekerja sebagai petani…sejak aku lahir, aku sering sakit, batuk pilek. Aku terlahir prematur..dengan berat hanya 1 kg, badanku amat kecil..sampai-sampai ada orang yg bilang ke ibuku “kwe ki gendong tewel opo kucing?”..betapa sakitnya hati ibuku saat itu..
Saat umur 5 bln aku dibawa ke RS Sardjito oleh ke-2 orang tuaku, karena sering sakit. Di RS Sardjito dokter menemukan sesuatu yang beda di jantungku, dokter bilang ada kebocoran di jantungku istilahnya VSD dan dokter bilang ke orang tuaku kalau aku harus di operasi di RS di Jakarta dengan biaya Rp 5 juta. Pada tahun 1988 uang segitu sangatlah banyak, orang tuaku tidak mampu.
Beberapa bulan kemudian aku di bawa lagi ke RS Sardjito, dokter lain bilang “anak bapak & ibu bisa pulih jantungnya asal anaknya makan banyak & bergizi, badannya bisa gemuk, kebocorannya bisa menutup sendiri”. Betapa leganya orang tuaku. Dan sejak itu aku hanya berobat alternatif untuk menjaga kesehatan. Aktifitas tidak ada yang dibatasi.
Sejak TK-SMA kelas 1 aku tidak merasakan apa-apa, tidak ada keluhan apa-apa, aktifitas juga lancar-lancar aja, tapi awal kelas 2 SMA aku merasakan ada yang aneh dijantunku. kalau aku kecapekan detak jantungku terasa cepat banget sampai lemes badanku ini, Karena waktu SMA aku jauh dari orang tuaku, aku di Cianjur orang tuaku di Bantul, aku menyampaikan keluhanku sama budhe dan pakdhe. Mereka langsung menyuruh ibuku untuk ke Cianjur. Setelah ibuku ke Cianjur aku langsung ronsen dada di sebuah klinik di Cianjur. Setelah ada hasil ronsen aku periksa ke dokter umun. dokter melihat hasil ronsen dan bilang kalau aku sakit bronkitis. Tapi anehnya dokter malah menyuruh aku untuk berobat ke RSCM di Jakarta atau RS Hasan Sadikin Bandung, tapi karena di Jakarta atau Bandung aku gak ada saudara aku diajak pulang ke Bantul dan berobat lagi ke RS Sardjito.
Di RS Sardjito aku di hadapkan dengan dokter Nahar Taufik. Aku disuruh rekam jantung dan cek darah. Dan hasilnya ada VSD. Aku dan orang tuaku kaget, katanya kalau udah umur 17 tahun bisa pulih, tapi kenapa ini malah muncul lagi? Setelah ditelusuri ternyata BB-ku tidak seimbang dengan umur dan tinggi badanku. Dokter Nahar memutuskan untuk segera melakukan operasi penutupan dengan operasi bedah. Dulu dokter nyuruh ibuku untuk cari jaminan, saat itu ada Jamkeskin.
1 minggu setelah itu aku balik ke Cianjur untuk minta cuti sekolah sampai aku pulih. 2 minggu kemudian aku balik ke Bantul dan langsung ke Sardjito untuk mengurus syarat-syarat dan langsung opname 1 minggu sebelum operasi. Dulu gak serumit sekarang kalau mau operasi tidak perlu pesan kamar atau apalah. 1 minggu itu aku harus tes THT, PARU, & GILUT serta RHC.
Selama aku opname aku kenal seorang cowok dari Purworejo. Dia ngasih perhatian yang luar biasa padahal baru kenal 2 hari 😁
Singkat cerita hari bersejarah di hidupku datang juga. Tepat tanggal 9 Februari 2006 aku masuk ruang operasi & dilakukan operasi penutupan VSD, donor darah lengkap, orang tua & keluargaku datang ke RS dan di rumah nenekku mengadakan pengajian untuk mendoakan aku. 9 jam sudah pelaksanaan operasi aku dibwa ke ruang ICU. Aku sadar jam 1 dini hari tgl 10-2-2006. Pertama kali yang aku lihat bukan orang tuaku, tapi seorang dokter cantik yang memandangi monitor..beliau adalah dokter Yeni (entah sekarang masih di Sardjito atau tidak). Dokter Yeni 24 jam menjagaku selalu melihat monitor, beliau juga memberitahu dokter yang mengoperasi aku, yaitu dokter Supomo..
Selama di ICU aku dipantau terus diperhatikn terus. 3 hari setelah operasi tiba-tiba kondisiku drop. Siang hari detak jantung cepet, sampai-sampai bed yang aku tiduri ikut bergerak. Kemudian aku tidak sadarkan diri. Aku disuntik obat, entah obat apa itu yang jelas waktu itu di ICU obat itu tidak tersedia dan harus beli di apotik luar.bapak dan ibuku menangis terus menerus. Aku tersadar lagi di hari berbeda, dan ibuku selalu mendampingi aku. 2 minggu kemudian dokter bilang kalau ada gangguan di ginjalku, katanya terkena racun waktu operasi. Kemudian dilakukan cuci darah selama 2 minggu. Setelah 4 minggu di ruang ICU dan cuci darah selesai aku dipindah ke ruang ICCU. 1 minggu kemudian pulang dan diteruskan rawat jalan.
3 bulan aku cuti sekolah, aku balik lagi ke Cianjur untuk sekolah. Beberapa bulan kemudian bertepatan dengan bulan puasa, ada teman yang iseng nyalain petasan di kelas waktu istrhat dan parahnya lagi petasan dilempar sampai dibawah mejaku. Meledaklah petasan itu dan aku langsung pingsan. Guru dan temen-teman panik terus dibawa ke UKS. Setelah sadar aku diantar pulang. Terus teman yang iseng tadi di scores 1 bln. Aku dibawa balik k Bantul lagi.
Setelah itu aku tidak merasakan apa-apa lagi. Tapi sejak aku menikah tahun 2013, pas aku hamil aku merasakan hal yang sama seperti sebelum aku operasi. Waktu umur kandungan ke 4 bulan, 6 bulan, & 7 bulan aku bolak balik opname di RS Panembahan senopati (karena itu RS yang terdekat). Kandungan umur 35 minggu aku dirujuk ke RS Sardjito, di RS Sardjito aku dirujuk ke poli kandungan. Karena periksa pertama jadi belum tahu alurnya, berangkat pagi pulang maghrib. Di poli kandungan kemudian dirujuk ke poli jantung. Sejak saat itu kandungnku selalu dipantau terus, seminggu 3x ke RS Sardjito, ke poli jantung, kandungan dan poli jantung lagi..hingga akhirnya ada keputusan dari dokter kandungan untuk menyegerakan melahirkan. Untungnya usia kandungan sudah cukup umur, HPL tanggal 24 Maret 2014 dimajukan.
Tgl 10 Maret mulai opname di bangsal maternal, mulailah segala macam obat pacu dimasukan ketubuhku, hingga malam jumat aku mengalami kontraksi yang luar biasa semalaman dan jam 07.15, tanggal 14 maret 2014 putri kecilku lahir… lega rasanya, bahagia dan bersyukur sekali. 5 hari dirawat akhirnya dibolehkan pulang. Setelah putriku umur 3 bln, aku mulai berobat rutin ke RS Sardjito dan dokter jantung bilang aku harus operasi lagi. Deg….jantung terasa terhenti mendengarnya. Dalam hati berkata “kenapa kejadian 8 tahun yang lalu akan terulang lagi”.
Jujur waktu itu aku takut banget…, aku takut jika umurku tak panjang, aku takut jika meninggalkan suami dan anakku, namun suamiku selalu menguatkan aku dan menasehati aku terus.
Kemudian aku merasa lega ketika dokter akan berupaya menutup VSD dengan cara catheterisasi pemasangan REDO. Kemudian setelah menunggu cukup lama tindakan itu dilakukan. Namun hasilnya nihil, tidak bisa ditutup dengan REDO, alat mulai dari yang kecil sampai yang paling besar. Ya Allah aku gak kuat menahan tangis waktu itu, tak kuasa aku memandang wajah suamiku, aku kasihan dengan suamiku, sejak saat itu dokter memutuskan untuk operasi bedah. Pemeriksaan demi pemeriksaan aku jalani, namun ada hasil yang berbeda sehingga tindakan harus ditunda dulu. Hasil ECHO dengan hasil RHC beda. Pada hasil echo ditmukan ada PH tapi RHC tidak ada, aku disuruh MRI di Hardjolukito yang ditangani dengan dokter Putrika. Sudah daftar namun tidak juga dipanggil, ketika sudah dipanggil alat malah rusak. Kemudian dipindah ke RSA UGM. Dihasil MRI tidak ditemukan PH, sehingga dokter jantung berani memutuskan untuk operasi kembali aku melakukan pemeriksaan THT, PARU, dan GILUT.
Singkat cerita ada panggilan untuk opname sebelum hari H. Baru tiba dan menitipkan berkas ke teman, dokter jantung menelepon kalau operasi diundur karena ada operasi emergency. Aku ambil berkas terus balik kanan kerumah. Beberapa minggu kemudian di telepon lagi terus opname hari Jumat. Di bangsal perawat mulai menyiapkan segala sesuatu pemeriksaan, walaupun operasi akan dilakukan hari Senin. Tapi apa yang terjadi pada malam Minggu? aku malah datang bulan 😐. Operasi diundur lagi sampai selesai datang bulan, setelah selesai datang bulan aku balik opname lagi pada hari Jumat tanggal 9 Februari 2018 dan operasi akan dilaksanakan hari Selasa tanggal 13 Februari 2018.
Tibalah hari Selasa tanggal 13 Februari 2018 jam 9 pagi aku diantar ke ruang operasi oleh perawat. Suami, ibu mertua, adik ipar juga ikut. Mereka menunggu diruang operasi. Sedangkan orang tuaku, anakku, adikku, pakdheku, mereka menunggu di UPTD. Teman-teman bapakku pun pada datang mereka mengadakan doa bersama di Masjid belakang RS. Sebelum maghrib operasi selesai aku langsung dibawa ke ruang ICU. Aku sadar jam 1 siang di hari yang berbeda, pada tanggal 14 Februari 2018, aku langsung muntah. Dan detak jantung sempat tak beraturan, aku diberi obat dan enakan. Jam 3 selang yang di mulut dilepas, 1 jam kemudian aku dibawa ke ruang ICCU untuk masa pemulihan, malamnya selang yang dihidung dilepas oleh perawat. 5 hari di ruang ICCU detak jantungku sempat berdetak kencang 2x dan selang di perut satu per satu dilepas. Terasa sakiiiiiiit sekali, sampai aku menjerit menangis….huft malu sama perawat dan dokter bedahnya…😊😊
5 hari d ICCU terus di pindah ke IMNC di ruang IMMC aku sudah bisa duduk sendiri, jalan sendiri, mandi juga dikamar mandi… ya walau cuma dilap aja.😁😁. Kemudian dokter Pomo selaku dokter bedah memperbolehkan pulang begitu juga dokter Khasanah juga memperbolehkan pulang. Hari Selasa pulang dan dilanjut rawat jalan. Sewaktu kontrol pertama detak jantung tidak teratur lagi dan sama dokter Irsad dirujuk ke IGD. Berbagai macam cara dilakukan namun detak jantung ini belum juga normal, akhirnya opname lagi. Di IGD aku ditemani suami dan mba Wulan.
Setelah Isya aku dibawa ke bangsal Anggrek 1 nomor 8. Di bangsal 4 hari terus diperbolehkan pulang. Setelah itu aku harus rehab selama 1,5 bulan dan ketika ECHO pertama pasca operasi masih ada VSD tapi kecil. Kata dokter Khasanah tidak apa-apa, nanti bisa mengecil setelah 3 bulan aku ECHO lagi dan hasilnya bikin aku shock lgi. Bagaimana tidak, ternyata ada PH dengan TVG 114 mmHg dan lubang sudah mengecil. Ya Allah cobaan apa lagi ini….
Sebelumnya aku ada rencana mau lepas KB dan mau promil. Karena ada PH dokter melarang aku untuk hamil, padahal aku sudah ingin sekali punya anak lagi setelah di rumah air mata ini tak bisa aku bendung lagi… Aku menangis terus, badan lemas, malas melakukan apa, seperti tidak ada semangat untuk hidup. Aku kasihan sama suami yang berjuang keras supaya aku sembuh tapi malah kaya gini hasil setelah operasi. Aku buka-buka lagi hasil echo sebelum aku operasi. Disitu tertulis TVG 129 mmHg. Tinggi banget PHnya, kenapa bisa tidak diketahui dengan MRI?. Sejak saat itu aku sering melamun, aku curhat ke ibu Koes beliau memberiku semangat dan menasehatiku. Suami juga yang menguatkan aku, perhatiannya lebih ekstra daripada sebelum aku operasi yang ke-2 ini. Sejak itu aku bergabung dengan grup YHPI lokal Jogja-Jateng dan mulai mengkonsumsi obat Sildenafil sampai detik ini pun masih minum obat itu.
Sebenarnya aku belum paham benar masalah PH itu. Tapi di Grup YHPI aku seperti memiliki keluarga baru, bisa saling mengingatkan saling berbagi pengalaman.
Begitulah perjalananku dari operasi yang pertama dan operasi yg ke-2. Dulu juga aku pernah diremehkan sama tetanggaku. Tp aku cuekin aja, sekarang aku bisa terima dengan keadaanku yang sekarang. Aku harus jalani hidup ini dengan santai, yang terpenting sekarang adalah kebahagian bersama keluarga. Aku masih bisa masak, antar jemput anak sekolah, mengurus rumah dan melayani suami.
Terimakasih banget buat bu Koes yang selalu memberi semangat dan nasehat yang luar biasa. Terimakasih teman-teman di grup YHPI yang sudah kenal dan bertatap muka sama aku dan yang belum, bersama kalian aku semangat lagi.
Aku berdoa semoga kita semua selalu sehat dan segera diberi kesembuhan…Aamiin.
Thanks to Allah SWT, suamiku, anakku, orang tuaku, ibu mertua, adik ipar dan adik kandungku, para pendonor darah, mba Wulan, bu Koes, bu Ranti dan teman-teman semua, para tetangga semua, para dokter dan perawat semua yang menangani aku….kalian semua is the best for me…😢😢😢😢😢😢
Peluk ciumku untuk kalian smua…
🌹PH POST VSD CLOSURE🌹
🌹9 februari 2006 & 13 februari 2018🌹
Maaf klo ada kata-kata yang kurang atau salah..
Terimakasih…
Tak lupa saya mengucapkan
SELAMAT HARI JANTUNG SEDUNIA