Perjuangan Melawan PH di Negeri Orang – Arini – OPJ

//Perjuangan Melawan PH di Negeri Orang – Arini – OPJ

Perjuangan Melawan PH di Negeri Orang – Arini – OPJ

“Perjuangan melawan PH di negeri orang” – Arini

Bismillah,

Assalamualaikum.

Selamat malam teman teman phers. Apa kabar? Semoga kita smua selalu dalam lindungan Allah azza wa jal, sllu dberi kesehatan & kemudahan. Perkenalkan saya Arini Dini Rahmawati, boleh panggil Arini, atau Dini. ^^ Saat ini tinggal di Weru, Sukoharjo.

Insyaallah malam ini saya akan mengisi OPJ. Sedikit datar aja ceritanya, tetapi semoga dari cerita yg datar ini kita bisa sama2 mengambil faedah dr nya. ^^

*Masa Kecil*

Saya dilahirkan pd tgl 2 agustus 26 tahun yg lalu dg normal alhamdulillah, menurut cerita orang tua, saya termasuk anak yg jarang sakit, walaupun badannya kurus & kecil dibanding anak2 lain.

Ada satu hal yg paling saya ingat sampai saat ini, ketika duduk di bangku SD, setiap selesai lari-larian (olah raga, main kasti, main betengan, dll) pasti reflek meletakkan tangan didada, dan merasakan detak jantung yang sangat cepat. Hanya saja, waktu itu saya pikir semua orang pasti mengalaminya.

*masa remaja*

SMP & SMA adalah masa kejayaan, masa subur-suburnya. Badan mekar, sampai-sampai dipanggil bunda sama teman-teman sekolah saking mekarnya, dan tidak ada tanda-tanda saya sakit.

*usia 18 tahun ~ 19 tahun*

Setelah lulus SMA, saya kost sendiri di Solo, belajar bahasa, makan mulai tidak teratur & berat badan turun drastis. Setelah kurang lebih setengah tahun di Solo, Januari 2011 saya pindah ke Bandung untuk kerja disana. Selama di Bandung, saya jd sering sekali sakit, pusing, masuk angin, batuk, setiap bulan pasti ada sakitnya. Sampai akhir nya, awal tahun 2012 saya merasa pusiiingg bgt, & obat yg biasa saya minum habis, beli lah saya obat warung didepan kos. Gak sampe sejam, tiba-tiba jantung berdebar-debar. Mulai hari itu, tiap kali jalan cepat, atau naik tangga (kamar kos dilantai 2) jantung selalu berdebar-debar kencang, gak sperti sebelum-sebelumnya. Jd gampang capek, dan semakin gampang sakit juga. Berat badan dari saya kost di Solo sampe kerja di Bandung ini belum ada perubahan, malah cenderung semakin kurus.

*Usia 20 tahun ~ 23 tahun*

Pertengahan 2012, saya dan beberapa teman di infokan untuk ikut magang di Jepang selama 3 tahun. Senang sekaligus takut, senang karena dapat kesempatan ke jepang, dan takut kalau gagal medical check up. Tp alhamdulillah saya lolos medical check up, hasilnya sehat wal afiat (saat itu saya merasa ragu, kok bisa hasilnya bagus, padahal saya ngerasa ada yang tidak beres, sering sakit kepala dan sesak napas).

Bulan Juli 2012 saya dan teman2 berangkat ke Jepang. Tempat kerja di lantai 2 lagi, dan setiap hari saya merasa semakin kepayahan naik turun tangga. Bulan Agustus di tahun yg sama, ada medical check tahunan dari perusahaan. Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan kesehatan, hasilnya : A (SEHAT) . Alhamdulillah. Musim panas berakhir di bulan agustus, lalu musim gugur, sedikit sejuk. Dan datang musim yg belum pernah saya bayangkan akan seberat ini, musim dingin. Jalan semakin berat, nafas sesak, tiap pagi kuku jadi kebiru-biruan. Lalu sekitar bulan November, ada lagi medical check ke dua tahun 2012 ( medcheck dilakukan 2x dlm setahun) dan hasilnya E (sangat tidak sehat). Ada bercak di paru kiri. Alhamdulillah dapat kemudahan dari perusahaan, diberi fasilitas untuk di periksa lebih lanjut. Sepekan kemudian  saya cek ke klinik, test lengkap, rontgen, rekam jantung, echo, dan ct scan. Hasilnya ASD dengan lubang 2 cm. Dari klinik saya tidak diberi obat apapun, hanya disarankan untuk operasi dengan biaya sekian ratus ribu yen. Sebulan kemudian saya cek lagi di klinik yg sama, dengan pemeriksaan yang sama juga. Hasilny masih sama, lalu dirujuk ke rumah sakit daerah. Di rumah sakit daerah saya pun gak dikasih obat lagi, hanya di infokan kalo ASD ini penyembuhannya hanya lewat operasi bedah atau ASO. Karena keterbatasan biaya, saya menolak. Dan bertahan dengan keadaan saya selama 3 tahun di Jepang.

*usia 23 ~ 26 tahun*

Pertengahan 2015, saya balik Indonesia. Tentu saja masih dengan ASD. Tapi sedikit lega karena ada sepeda motor, kemana-mana gak capek lagi, ada adek yg bisa disuruh suruh. Hehehe…

Rentang tahun 2015  ~ 2018 tidak ada keluhan yg aneh-aneh, kecuali sesak napas dan pusing kalau kecapekan. Dan terkadang dada kiri tiba-tiba sakit seperti ditusuk-tusuk kalo kelamaan tiduran, tapi sembuh kalau sudah duduk sebentar, tapi kondisi ini sangat jarang sekali, setahun mungkin sekali atau 2 kali saja. Jadi tidak pernah konsultasi ke dokter. Terakhir ke dokter pas di Jepang di RS daerah.

Sampai di bulan Juli 2018, baru terasa sakit dada tiap jam 3 malem selama sepekan berturut-turut, akhirnya ke RSI Cawas, saya cerita tentang riwayat ASD saya yg ketahuan tahun 2012, terus dimarahin sama dokter (dr. Dewi hapsari, Sp.Jp)

T.T

Beliau lalu kasih rujukan ke RSI Klaten. Di RSI Klaten oleh dr. Hasanah Mumpuni ditemukan PH. Lalu dirujuklah saya ke RS Sardjito. Bulan oktober 2018 ke Sardjito, dilakukan pemeriksaan rekam jantung, ECHO dan TEE. Hasilnya, ASD dengan PH tinggi. Lalu di jadwalkan untuk RHC bulan Februari 2019. Alhamdulillah RHC lancar, dengan hasil ASD & PH masih tinggi. Saat ini masih minum obat aja, Sildenafil dan Digoxin. Dan insyaallah ECHO lagi sekitar bulan Agustus 2019.

 

Sekian OPJ dari saya malam ini. Semoga memberi manfaat, ^^

 

Wassalamu’alaikum

 

By | 2023-02-09T07:55:25+00:00 April 8th, 2019|Our PH Journey|0 Comments

About the Author:

Yayasan
Yayasan Hipertensi Paru Indonesia adalah komunitas pasien, keluarga, dan kalangan medis pemerhati Hipertensi Paru. Silakan klik Daftar Anggota untuk bergabung dalam komuniitas dan klik IndoPHfamily untuk bergabung di forum utama pasien di Facebook
Open chat