Kuliah Whatsapp adalah program tanya jawab lewat group di aplikasi whatsapp antara anggota YHPI dengan dokter/narasumber ahli lainnya untuk topik-topik terkait Hipertensi Paru yang diadakan secara rutin dan berkala.
Untuk bergabung dalam group whatsapp dan mengikuti kuliah berikutnya, silakan hubungi Admin Pusat YHPI 0811-8986-799
PENGUMUMAN KULWAP YHPI
- Waktu : Sabtu, 2 Maret 2024
- Pukul : 13.00 – 14.30 WIB
- Narasumber : Rt. Annissa Apsyari, M.Psi., Psikolog
- Tema : Berdamai dengan Keadaan
- Moderator : Amida
Untuk melihat materi silahkan KLIK DISINI
Apa yang dirasakan ketika terdiagnosis penyakit kronis? Pada dasarnya dan sewajarnya, pasti banyak sekali emosi negatif yang hadir dalam diri kita, seakan kita jatuh ke dalam lubang yang dalam.
Mungkin ada beberapa yang jadinya menyesali masa lalu dan ada perasaan takut atau khawatir dalam meghadapi masa depan yang belum tau kejelasannya. Respon-respon emosi yang sering muncul ketika menghadapi penyakit kronis adalah denial, menolak kondisi yang dialami, perasaan cemas, bahkan hingga depresi.
Dalam menghadapi penyakit kronis ini bisa diibaratkan ketika kita menghadapi kedukaan, hal ini merupakan sebuah perjalanan yang perlu kita lalui bersama. Seperti yang sudah saya sampaikan dalam materi, ada beberapa tahap pada diri kita dalam menghadapi kedukaan terkait dengan menghadapi penyakit kronis ini, yaitu:
- Denial
- Pleading, bargaining, desperation
- Anger
- Anxiety & depression
- Loss & confusion
- Re-evaluaion of life
- Acceptance
Pada dasarnya penerimaan (acceptance) terhadap kondisi diri ini sangatlah penting karena jika kita berada pada kondisi penerimaan ini, kita dapat menemukan hal-hal baru yang bisa membuat diri kita lebih bisa menikmati ketika menjalani kehidupan ini dan menemukan makna hidup baru yang dapat benar-benar kita nikmati. Penerimaan bukan berarti kita menyerah atau pasrah dengan keadaan kita, tetapi kita bisa menemukan makna atau tujuan hidup kita yang baru untuk bis akita nikmati dengan baik.
Terkesan penerimaan ini jika diucapkan mudah, namun dalam menjalaninya seseorang menuju acceptance perlu melalui proses dan bertahap, sehingga dibutuhkan upaya bagi seseorang untuk mencapai penerimaan itu sendiri.
Terkadang dalam perjalanannya, kita akan mengalami kemajuan bahkan kemunduran, misalkan sudah di fase re-evaluation of life, namun karena kondisi atau situasi dari penyakit kita dan kita baru menerima informasi yang mengejuntukan dari penyakit kita, kita kembali ke denial. Hal ini merupakan sesuatu yang wajar dan dialami oleh hampir seluruh pasien, perjalanan ini seperti roller coaster. Hal terpenting yang adalah bagaimana kita bisa menyadari sedang berada di tahapan mana sehingga kita bisa mengetahui dan menemukan dengan pasti apa yang dapat kita lakukan dan bagaimana mengatasi persoalan yang sedang kita alami.
Ingatlah, bagaimana pun kita menghadapi kesulitan dan melalui keadaan yang sedang dihadapi, kita tidak sendirian karena kita dapat bersama2 untuk menghadapi badai kehidupan ini serta dapat saling menguatkan satu sama lain.
1. Pertanyaan:
Nama : Vonny, Usia :27 tahun, Domisili :Makassar. Bagaimana Caranya menurut pemahaman anda mengatasi agar diri kita tidak mudah merasakan penyakit kronis yang menyebabkan kerusakan mental kita.
Jawaban:
Terima kasih mba Vonny atas pertanyaannya, saya izin menjawab ya. Penerimaan diri terhadap penyakit kronis sangatlah berkaitan erat dengan kesehatan yang baik. Namun memang penerimaan diri ini tidaklah mudah, ini merupakan suatu proses yang perlu dilalui dan setiap orang memiliki proses yang berbeda-beda. Dengan situasi dan kondisi yang terkadang seperti roller coaster, terkadang kita dituntut untuk beradaptasi secara cepat dengan situasi dan kondisi kita hadapi. Belum selesai berproses untuk suatu kondsi, kita terkadang dituntut oleh keadaan untuk beradaptasi dengan kondisi yang baru lagi.
Yang perlu kita sadari adalah berada pada tahapan mana kita sekarang, menyadari apa yang sedang dihadapi, berusaha untuk tidak denial (hal yang mungkin mudah diucapkan namun perlu berjuang untuk melewatinya).
Tetapi hal yang terpenting adalah bagaimana kita dapat mengetahui secara jelas, secara pasti, tentang kondisi kesehatan kita. Apa yang terjadi di dalam tubuh kita, gejala-gejala apa yang akan “hidup” bersama kita, dan memahami faktor apa saja yang dapat meringankan gejala-gejala penyakit yang sedang kita hadapi
Penting juga untuk mengetahui kondisi tubuh kita dan mengetahui keterbatasan kita terkait dengan kondisi yang kita alami sehingga kita dapat mengantisipasi dan mengakomodasi tujuan hidup yang realistis kita inginkan sesuai dengan kondisi/keadaan kita yang terpengaruh oleh penyakit yang kita hadapi.
Tetap terkoneksi dengan lingkungan sekitar pun dapat membantu kita untuk menjalani hidup dengan kondisi yang istimewa ini, terutama ketika mengikuti atau aktif dalam komunitas yang memiliki kondisi yang sama dengan diri kita. Selain mendapatkan social support, kita pun akan mendapatkan berbagai informasi untuk meningkatkan kualitas hidup kita.
Dan yang terakhir, kita juga perlu peduli dengan kondisi dan kesehatan kita, dengan merawat diri kita. Mungkin ini yang dapat saya sampaikan, semoga dapat membantu dan menjawab pertanyaannya mba Vonny
2. Pertanyaan:
Nama: nazla, Usia: 37, Domisili: Sukabumi. anak saya KJB jenis ASD, sekarang harus operasi belah dada, saya takut sekali bagaimana caranya untuk meyakin kan diri kalo ini tidak apa-apa
Jawaban:
Saya coba jawab ya mba pertanyaannya dari mba Nazla. Saya paham sekali mba berada dalam kondisi ini, wajar bagi seorang ibu yang melahirkan anaknya, menyayangi anaknya dan saat ini akan menghadapi kondisi operasi anak yang dicintainya. Ketakutan dan kekhawatiran pada dasarnya akan muncul karena kita tidak mengetahui dengan pasti masa depan.
Kekhawatiran pun akan muncul secara instingtif di mana kita merasa hal yang kita hadapi ini merupakan hal-hal yang kita anggap bahaya bagi diri kita, walaupun ini alamiah, kita memang perlu sekali untuk mengelola kekhawatiran ini dengan baik
Saat ini yang dapat dilakukan oleh mba Nazla adalah dengan mencari informasi mengenai kondisi anak dan penanganan yang tepat seperti apa kepada ahlinya, yaitu dokter-dokter yang sedang menangani anak mba Nazla. Namun dalam pencarian informasi pun perlu tidak berlebihan ya mba dan perlu untuk dibatasi karena jika terlalu banyak informasi pun potensial akan memunculkan perasaan yang tidak nyaman.
Membatasi diri dengan mencari informasi yang terkait dengan penanganan, apa yang akan nantinya akan dan bisa dilakukan, serta perawatan yang perlu dilakukan kedepannya kepada dokter yang menangani anak, dapat membantu mba Nazla untuk dapat meyakinkan diri dalam situasi yang dihadapi saat ini. Mencari dukungan dari lingkungan dan orang terdekat, bercerita tentang perasaan dan pemikiran yang muncul pun dapat membantu ba Nazla.
Berkonsultasi dan bertanyalah ketika ada pertanyaan yang muncul di dalam pikiran kepada ahlinya, seperti dokter yang menangani anak saat ini. Serta percaya kepada dokter yang menangani akan membantu, bagaimana pun para dokter yang menangani merupakan dokter2 yang hebat dan sudah melalui masa pendidikan untuk mendalami kasus-kasus tersebut.
Semangat mba Nazla, semoga operasi anaknya berjalan dengan lancar ya mba dan dimudahkan juga, serta dapat segera pulih kebali dalam proses pemulihannya. aamiin
3. Pertanyaan:
Nama: Tri Rahmad, Usia: 36, Domisili: Banda Aceh. Penyebab susah tidur, dan bagaimana cara terapi nya agar waktu malam mudah tertidur. Terima kasih.
Jawaban:
Selamat siang mas Tri, terima kasih sudah bertanya. Saya coba menjawab pertanyaannya ya mas. Pada dasarnya, ketika kita akan tidur, sebelum tidur kita perlu membuat kondisi tubuh kita dalam keadaan relax, nyaman, dan jauh dari distraksi. Melakukan relaksasi, mengatur nafas, dan siap-siap tidur dengan menjauhkan ditraksi seperti handphone 30 menit sebelum tidur. Memiliki jadwal dan jam tidur teratur pun pada dasarnya cukup membantu kita untuk mengatasi masalah sulit tidur.
Namun dalam hal gangguan tidur, memang kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang menyebabkan kita sulit tertidur dan apa yang memegaruhi hal tersebut? Misalkan apakah yang membuat susah tidur ini adalah ketika sebelum tidur, kita malah banyak memikirkan berbagai hal? Banyak yang membuat kita memikirkan sesuatu sehingga pada akhirnya mengganggu tidur kita?
Atau sebenarnya kondisi fisik kita yang sulit membuat kita merasa tidur? Misalkan ada sakit atau nyeri sehingga pada akhirnya mengganggu tidur kita?
Perlu bagi kita untuk menyadari penyebabnya, misalkan terkait dengan hal yang kita kawatirkan sehingga kita pada akhirnya sulit tertidur dan cenderung memikirkannya, Kita perlu memahami apa yang sebenarnya kita khawatirkan sehingga dapat mengetahui dengan pasti apa yang perlu kita lakukan untuk mengatasi hal tersebut
Jika hal ini terjadi terus menerus dan pada akhirnya mengganggu kualitas tidur dari mas Tri, saya rasa perlu lebih jauh dikonsultasikan kepad professional ahlinya, seperti psikolog atau dokter yang dapat membantu untuk mengatasi gangguan tidur ini.
Konsultasi diharapkan dapat mengetahui dengan pasti penyebab/faktor yang membuat mas Tri sulit untuk tidur. Mungkin itu yang dapat saya sampaikan, semoga dapat menjawab pertanyaannya
4. Pertanyaan:
Nama: Ika fitria, Usia: 33 thn, Domisili: Banda aceh. Bagaimana cara mengatasi kecemasan dan ketakutan dalam diri kita dalam menghadapi penyakit yang kita alami.
Jawaban:
Selamat siang mba Ika, izin menjawab pertanyaannya ya mba. Sebelumnya, seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, rasa cemas adalah hal yang instingtif muncul ketika kita merasa diri kita berada dalam bahaya, berada dalam ketidakpastian atau ketidakjelasan akan kondisi yang dialami ke depan. Kita tidak mengetahui apa yang dapat kita lakukan dengan pasti kan ya?
Namun yang perlu dilakukan adalah bagaimana kita bisa mengetahui dengan benar kondisii kita saat ini. Ada di tahapan mana kita, sehingga kita benar-benar mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat meringankan kondisi atau gejala yang kita alami. Dari situ kita setidaknya mengetahui antisipasinya ketika rasa cemas tersebut muncul. Dengan mengetahui kondisi pun kita dapat mengonsultasikannya kepada dokter untuk mencari cara/alternatifnya dalam menghadapi situasi tersebut, setidaknya kita mendapatkan gambaran tentang apa yang dapat kita lakukan.
Beradaptasi dengan kondisi kronis ini pun memang seperti rollercoaster, terkadang merasa baik2 saja, namun terkadang ada situasi/kondisi yang membuat kita merasa tidak baik-baik saja, bahkan memberikan kejutan-kejutan kecil dalam kehidupan kita . Tahapan dan proses yang kita lalui pun bisa maju atau mundur lagi karena dipengaruhi oleh situasi/kondisi tiba-tiba yang membuat kita perlu beradaptasi kembali. Hal ini merupakan hal yang wajar dan dilalui oleh hampir seluruh individu dengan penyakit kronis. Menerima dan memahami kondisi diri saat ini beserta keterbatasan yang akan dihadapi, saya rasa dapat membantu untuk meredakan perasaan cemas ini karena kita dapat mengetahui lebih pasti tentang apa yang dapat kita lakukan, mungkin itu yang dapat saya sampaikan mba Ika, semoga dapat membantu.
5. Pertanyaan:
Nama : Debbie Oktavia, Usia : 52 th, Domisili : Cibinong, Bogor. Halo Dokter Annisa, Bagaimana cara kita memandang satu penyakit yang ada pd tubuh kita itu tidak menjadi penghalang untuk bisa jalani kembali aktifitas yang sebelumnya pernah dilakukan, karna faktor Kecemasan dll hal yang kadang membuat mindset jadi berubah secara mendadak untuk saya yang kadang bisa melupakan hal tersebut tapi entah kenapa bisa kembali timbul rasa cemas juga takut ini – itu..? Karena terus terang saya banyak penyakitnya Dok. Mohon Solusinya dokter Annisa.
Jawaban:
Selamat siang ibu Debbie, saya coba menjawab pertanyaanya ya bu. Penyakit kronis merupakan penyakit yang bertahan dalam jangka waktu yang lama dan memerlukan perhatian medis berkelanjutan atau membatasi aktivitas sehari-hari (daily living). Hal ini memengaruhi berbagai aspek kehidupan kita, termasuk bagaimana kita memandang diri kita maupun orang lain, seperti bagaimana kita memandang diri sendiri, bagaimana kita menilai pekerjaan kita, hubungan sosial kita, bahkan memengaruhi tujuan ataupun masa depan kita. Hal ini merupakan hal yang wajar.
Ketakutan dan kecemasan pun merupakan hal yang wajar dihadapi karena kita terkadang memikirkan masa depan di mana hal tersebut penuh dengan ketidakpastian atau berbagai kejutan.
Memiliki penyakit kronis berarti kita akan menghadapi adanya kemungkinan kemunculan sakit yang tiba-tiba atau berulang yang seringkali memunculkan kembali emosi negatif dan perasaan berduka tersebut. Beberapa hal yang dapat membantu untuk bersiap2 menghadapi kejutan2 kecil tersebut, kita dapat memulai dari melaukan hal-hal kecil seperti membiasakan diri dengan kebersyukuran, berfokus pada hal2 kecil yang terjadi di dalam diri kita, mempraktikkan mindfulness (berfokus pada hal2 yang terjadi saat ini).
Mungkin kita akan menghadapi kedukaan dalam kehidupan kita dan hal tersebut adalah sesuatu yang alami, semakin kita berusaha menghindari rasa duka tersebut, maka hal tersebut akan muncul dan bisa jadi bertambah kuat. Nikmati setiap prosesnya dengan kesadaran dan penerimaan akan membantu untuk melalui rasa duka tersebut. Dan jangan lupa untuk tetap terkoneksi dengan komunitas dan aktif, tidak hanya sekedar hadir, tetapi kita juga dapat turut serta berbagi pengalaman dan menyebarkan kebaikan di komunitas teserbut.
Memiliki pikiran yang terbuka akan berkontribusi pada kehidupan yang lebih bermakna karena rentang pengalaman yang dicakup oleh kehidupan seperti itu akan jauh lebih luas. Memberdayakan diri dalam ketidakberdayaan ini perlu dilakukan dengan berfokus kepada apa yang ibu miliki dan apa yang dapat ibu lakukan. Mungkin itu yang dapat saya sampaikan bu, semoga dapat membantu untuk mengatasi rasa cemas yang timbul.
6. Pertanyaan:
Nama: Isna, Usia: 34, Domisili: Solo. Saya IRT dengan 1 orang anak. Meski sakit PH, saya masih bisa menyelesaikan tugas rumah tangga dan mengurus anak dan suami dengan baik. Jarang mengeluh, jadi keluarga tau nya saya kuat dan sehat, padahal mereka tau saya sakit jantung. Mereka masih sering menyuruh saya bekerja/berkarir. Tapi setiap saya disuruh, saya diam dan hanya mengeluh dalam hati, “Kan mereka tau saya sakit, kok masih nyuruh saya kerja”. Saya sendiri merasa tidak mampu kalau untuk berkarir, karena juga nanti bakal sering izin untuk kontrol, dan takut ngedrop karena kecapekan. Apa yang harus saya lakukan dan sampaikan tanpa harus menyakiti keluarga ketika diminta bekerja?
Jawaban:
Hallo mba Isna, saya coba menjawab pertanyaannya ya mba. Mengetahui batasan diri dan apa yang dapat dilakukan, saya rasa hal tersbut sudah cukup baik untuk mba Isna lakukan dan saya sangat mengapresiasi hal tersebut.
Terkadang ada rasa tidak enak ya bu untuk menyampaikan unek-unek kita kepada orang lain, antara orang itu takut marah atau malah nantinya tidak bisa menerima perkataan kita. Tetapi pada dasarnya, kita pun tidak dapat mengontrol lingkungan kita tentang apa yang kita inginkan. Tetapi menurut saya hal ini perlu dikomunikasikan dengan lingkungan/orang sekitar.
Mengomunikasikan kondisi dan memberikan pengertian kepada orang lain terkait dengan situasi dan kondisi yang dihadapi perlu dilakukan, salah satunya dengan berkomunikasi secara asertif. Upayakan untuk memberikan pengertian dengan menyampaikan secara perlahan terkait dengan situasi yang sedang dihadapi, perilaku, dan apa dampaknya bagi kita (seperti menyampaikan apa akibatnya, pemikiran apa yang muncul, serta perasaan apa yang muncul). Hal ini akan membantu kita untuk memberikan pemahaman kepada orang sekitar, jangan lupa juga kita dapat menyampaikan perilaku yang kita harapkan agar dapat jelas dipahami oleh orang lain.
poin penting yang perlu disampaikan adalah bagaimana situasinya, lalu tindakan yang dapat dilakukan, dan apa akibatnya dari tindakan tersebut dengan menyampaikan perasaan maupun dampak perilaku yang akan dihadapi. Dengan menyampaikan secara objektif, dapat membantu memberikan pemahaman kepada orang lain. Semoga dapat membantu ya mba
7. Pertanyaan:
Nama: tyas nurvita sari, Usia : 31 th, Domisili : sragen. Selamat pagi dok. Saya sudah divonis dokter sudah tidak bisa sembuh & tidak bisa dioperasi. Bagaimana dok caranya menyikapi agar saya bisa semakin ikhlas & berdamai menerima keadaan saya yang terkadang membuat pikiran semakin kemana”. Dan semangat untuk pulih semakin menipis?
Jawaban:
Hallo mba Tyas, saya coba menjawab dan semoga dapat menjawab pertanyaannya ya mba. Dalam kondisi yang sedang dihadapi ini, memang kita perlu memahami terlebih dahulu kita sedang berada di tahapan yang mana dan bagaimana hal ini memengaruhi kita sehingga kita dapat mengetahui cara yang tepat untuk mengatasi persoalan yang sedang kita alami ini. Memang bersahabat dengan sakit bukanlah hal yang mudah dan ini merupakan proses yang terkadang maju mundur tergantung dari kondisi yang sedang kta hadapi.
Jika kita berbicara tentang ikhlas, ikhlas berarti kita bisa menerima kondisi kita apa adanya, baik kekuatan maupun keterbatasan kita. Setelah kita mengetahui kondisi dan menerimanya, maka kita akan mengetahui apa yang dapat kita lakukan untuk menjalani kehidupan dengan baik.
Di samping mengetahui tahapan dan kondisi ini, manajemen stres yang baik pun diperlukan oleh kita karena kondisi stres akan sangat memengaruhi kondisi kesehatan fisik kita, penting bagi kita untuk belajar pengelolaan stres sehari2 yang mungkin akan kita hadapi. Mungkin kita tidak bisa mengontrol kapan stres ini akan muncul, tetapi kita bisa mengontrol bagaimana kita bereaksi terhadap hal tersebut, salah satu caranya adalah kita dapat membicarakannya kepada orang yang kita percaya ketika stres ini muncul.
Kita pun dapat melakukan self monitoring, memonitor kondisi fisik, mental, dan aktivitas sehari-hari kita sesuai dengan kondisi yang kita alami. Hal ini membantu kita untuk lebih sadar akan kondisi diri dan hal apa yang dapat kita lakukan untuk bisa mulai bertindak.
Jangan lupa untuk berkomunikasi, mengomunikasikan tentang apa yang kita alami, kita rasakan, dan kita pikirkan pada orang-orang penting di kehidupan kita. Penting sekali untuk menjaga koneksi dengan orang-orang di sekitar kita agar kita bisa lebih merasa sehat dan lebih baik. Kita bisa bergabung dengan komunitas, seperti yang sudah saya sampaikan, tidak hanya mendapatkan social support, dari komunitas pun kita bisa mendapatkan informasi yang dapat membantu proses kita melalui penyakit ini dengan lebih baik. Mungkin itu yang dapat saya sampaikan mba Tyas, semoga menjawab dan dapat membantu mba Tyas untuk tetap menjaga semangatnya
8. Pertanyaan:
Nama : Ika Susianti, Usia : 33 tahun, Domisili : Tangerang, Pasien : Suami usia 35 tahun. Selamat siang Dokter. Ketika seseorang terdiagnosa sakit, perasaan yang dirasakan pasien pasti juga dirasakan keluarga pasien. Secara gak sadar mungkin perlakuan saya terlalu over menanggapi keluhan suami, atau suami yang menanggapinya over, saya gak paham. gimana kondisinya, sebenernya dia baik2 saja gak, sudah mendingan belum, itu saya harus tau cepet, maksud saya supaya tidak berkelanjutan dan kalau harus segera ditangani dokter ya ke dokter. sedangkan suami mungkin merasa gak nyaman saya membahas/menanyakan hal tersebut terus, gak tau bener begitu enggak, hanya lama lama saya merasa suami begitu.
Saya memang belum pernah menanyakannya secara langsung apakah dia merasa perlakuan saya ini berlebih, karena suami tipe orang yang kalau menjawab seperlunya saja, dia kalau udah males membahas suatu hal cuma bilang gak usah dibahas.
Bagaimana seharusnya saya sebagai keluarga pasien menanggapi / bagaimana perlakuan saya seharusnya dalam mendampingi beliau terutama saat dia sedang kurang fit. Dan jika pasien ada bilang “jangan suruh aku ke dokter lagi ya” Apakah baiknya saya ikutin saja dulu sambil dipantau ? Atau baiknya bagaimana saya harus menjawabnya. Maaf Dok panjang banget. Terima kasih.
Jawaban:
Selamat siang mba Ika, saya coba menjawab pertanyaannya ya mba. Saya yakin sekali mba Ika yang sekarang ini sebagai caregiver memiliki ketegaran dan kesabaran yang sering tidak terlihat oleh orang lain, Saya rasa saat ini mba Ika berperan sebagai caregiver dikarenakan ada rasa sayang kepada suami mba Ika, memiliki hubungan khusus/intimate relationship, dan memiliki simpati kepada kondisi suami saat ini. Hal yang wajar ketika mba khawatir terhadap kondisi suami dan ingin memberikan yang terbaik kepadanya. Namun terkadang memang permasalaan komunikasi menjadi salah satu hambatan yang dihadapi oleh seorang cargiver dan hal ini terkadang membuat seorang caregiver menjadi frustrasi yang mungkin pada akhirnya jika tidak terkelola dengan baik, mempengaruhi kondisi fisik maupun psikis dari caregiver itu sendiri.
Komunikasi merupakan kunci dari persoalan yang dihadapi ini. Mungkin ini beberapa yang dapat dilakukan dan tidak dilakukan dalam berkomunikasi, diantaranya:
Yang dapat dilakukan:
– Mempertimbangkan pasien mungkin sedang merasa tidak nyaman/sakit
– Memperhatikan kondisi mood dari pasien
– Bila perlu, hindarilah interaksi dengan pasien untuk sementara waktu
– Berkomunikasi asertif dengan anggota keluar, nakes, atau pihak terkait lainnya
Yang sebaiknya tidak dilakukan:
– Memendam emosi negatif sehingga yang akhirnya disampaikan adalah sindiran atau bahkan marah2
– Menutup2i informasi yang mungkin melibatkan pasien, seperti kondisi emosi diri sendiri
– Memaksakan pasien untuk bersikap “positif”
Mengetahui bahwa caregiver maupun pasien dapat mengalami stres, bukan berarti keduanya perlu sama-sama menutup-nutupi, justru perlu meningkatkan keterbukaan dalam berkomunikasi. Jadi saran saya perlu dikomunikasikan, disamakan persepsinya, seperti apa yang diinginkan agar sama2 paham bagaimana dapat memenuhi kebutuhan tersebut bersama2 sehingga keduanya merasa nyaman. Mungkin hal tersebut yang dapat saya sampaikan untuk menjawab pertanyaan mba Ika, semoga dapat membantu ya mba.
9. Pertanyaan:
Nama : Mustika Ningsih, Usia :27 tahun, Domisili : ciamis. Saya sering kebangun tiap malem, dan susah tidur lagi, kalo udah kebangun pikiran kemana” suka kepikiran tentang sakit yang diderita sampe gak tidur dan jadi sesak. Gimana cara mengatasi agar tidak kebangun malem lagi dan gak kepikiran macam²?
Jawaban:
Hallo mba Mustika, saya coba menjawab pertanyaannya ya mba. Seperti yang sebelumnya saya sampaikan, perasaan khawatir dapat muncul ketika kita menghadapi situasi yang dirasa kita potensial berbahaya atau mungkin ketika kita memiliki sejumlah pertanyaan atau pemikiran terhadap ketidakpastian sehingga kita perlu untuk mendapatkan jawaban agar intensitas kekhawatiran ini dapat kita minimalisir.
Hal yang dapat kita lakukan adalah kita dapat meregulasinya dengan menyampaikan kekhawatiran tersebut kepada orang yang kita percaya, atau sekedar menuliskan hal2 yang dikhawatirkan agar dapat membantu kita untuk membuat objektif sebenarnya apa yang kita khawatirkan. Setelah kita mengetahui apa yang kita khawatirkan, kita pun dapat mengetahui apa yang sebaiknya kita lakukan.
Jika terkait dengan kondisi kesehatan/fisik kita, kita dapat mengomunikasikannya pada profeisonal ahlinya, sepeti dokter yang menangani kita terkait kondisi yang sedang kita alami dapat membantu kita untuk mengetahui dengan benar kondisi kita (mendapatkan kepastian) apa yang dapat kita lakukan serta mencari alternatif/antisipasi yang baik ketika menghadapi situasi yang menimbulkan kekhawatiran kita, khususnya dalam hal kondisi kesehatan fisik
Dengan mengomunikasikan dan berbagi tentang apa yang kita rasakan kepada orang2 yang kita percaya dan dirasa nyaman, setidaknya dapat membantu kita untuk melepas kekhawatiran yang kita rasakan. Namun jika kekhawatiran ini dirasa sudah menganggu berbagai aspek kehidupan dan mungkin menurunkan kualitas kesehatan, ada baiknya berkonsultasi kepada dokter atau psikolog agar diberikan penanganan lebih lanjut. Sepertinya itu yang dapat saya sampaikan mba, semoga dapat menjawab pertanyaannya
10. Pertanyaan:
Nama: Iis somantri, Usia: 53thn, Domisili:sukabumi kota. bagaimana caranya agar kita tidak merasa berkecil hati diantara teman-teman sahabat dan keluarga.
Jawaban:
Selamat siang bu Iis, saya izin menjawab pertanyaannya ya bu. Dalam situasi/kondisi saat ini yang sedang ibu alami terkait dengan penyakit kronis, kita perlu secara sadar memahami secara utuh tentang diri kita sendiri. Hal ini dapat dimulai dengan menemukan apa yang menjadi kekuatan kita dan menemukan juga kekurangan atau keterbatasan kita saat ini (terkait dengan kondisi penyakit yang sedang dihadapi).
Dengan mengetahui kekuatan diri, kita bisa mengetahui apa yang dapat kita lakukan dan apa yang dapat kita berikan untuk berkontribusi di lingkungan sekitar kita sesuai dengan diri kita. Dan dengan mengetahui kekurangan, kita dapat mengetahui dengan pasti apa yang sebaiknya perlu kita kembangkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Begitu juga dengan mengetahui keterbatasan, kita dapat mengetahui apa yang sebaiknya tidak kita lakukan dan mengetahui antisipasi apa yang dapat dilakukan jika kita menghadapi situasi/kondisi yang berada di luar harapan kita.
Hal terpenting yang perlu dilakukan adalah bagaimana penerimaan kita, kita menerima kekuatan dan kelemahan di dalam diri kita, termasuk kekurangan dan keterbatasan kita. Menerima kekuatan dan kelemahan yang ada di dalam diri kita akan membuat kita lebih bisa mengetahui apa yang realistis dapat kita lakukan.
Setiap orang memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing, hal tersebut adalah manusiawi. Hal tersebut pun bukan merupakan sesuatu yang dapat dibanding2kan atau jadi perlombaan karena pada dasarnya hal itu adalah sesuatu yang personal dan setiap orang memiliki prosesnya masing-masing. Semoga dapat menjawab pertanyaannya ya bu.
“Mengetahui kondisi diri sangatlah penting agar bisa memahami kekuatan dan kelemahan dari diri kita. Mengetahui tahapan mana yang sedang kita lalui pun tidak kalah pentingnya untuk dapat mengetahui apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi persoalan kita. Ingatlah bahwa kita tidak sendiri ya. Kalau kata Helen Keller “meskipun dunia penuh dengan penderitaan, dunia juga penuh dengan upaya untuk mengatasinya”. Tetap semangat ya ibu, bapak, mas, dan mba semuanya. semoga materi dan pertemuan hari ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga sehat dan sukses selalu semuanya. Sampai berjumpa lagi di lain kesempatan.”_Rt. Annissa Apsyari, M.Psi., Psikolog